catatan hasil wawancara dengan informan dan catatan hasil observasi telah terhimpun dengan baik. Peneliti melakukan wawancara dalam
berbagai sumber jenis usaha yang berbeda. Hal ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan data yang diperoleh berdasarkan jenis usaha.
3. Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti. Sebagai pendukung hasil wawancara, peneliti merekam setiap wawancara yang dilakukan dengan seluruh informan. Selain
itu peneliti juga melakukan dokumentasi yang dapat mendukung keakuratan data yang diperoleh di lapangan.
3. 8. Etika Penelitian
Dalam menulis karya ilmiah ini peneliti harus memperhatikan etika penelitian, terutama yang berkenaan dengan informan dalam hal
pengumpulan atau penelitian data dan informasi. Etika penelitian yang harus dipenuhi oleh peneliti meliputi
informed consent, anonimity, dan confidentiallity. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan
informed consent, yaitu memberikan penjelasan kepada informan mengenai maksud dan tujuan penelitian dengan tujuan agar informan
mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama informan, tetapi
lembar tersebut diberi kode nomor atau inisial responden anonimity.
Universitas Sumatera Utara
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan juga dijamin oleh peneliti dengan menyimpan hasil rekaman tersebut secara baik dan hanya
dilaporkan pada saat penyajian hasil riset confidentiality.
Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengurus surat izin penelitian dari Pembantu Dekan I FISIP USU sebagai pengantar ke PT.
Perkebunan Nusantara III Persero Sei Batanghari Medan bahwa peneliti akan melakukan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara III Persero
Distrik Asahan. Setelah itu, peneliti mendatangi PT. Perkebunan Nusantara III Persero Sei Batanghari Medan yang bersangkutan dan
memberikan surat pengantar dari kampus serta menjelaskan maksud kedatangan ke instansi tersebut. Setelah pengumpulan data dilakukan
maka berlanjut pada pengolahan data. Dalam pengolahan data, peneliti tetap mencantumkan nama informan sebab informan bersedia namanya
dicantumkan. Dan catatan hasil wawancara yang disimpan dengan baik serta kerahasiannya dijaga hanya dilaporkan pada saat penyajian hasil riset
confidentiality. Etika yang digunakan dalam penelitian ini bersifat objektif, jujur dan tidak terdapat manipulasi data.
3. 9. Kesulitan dalam Penelitian
Selama penelitian berlangsung, peneliti menemui beberapa kesulitan dalam penelitian dan pengerjaan laporan skripsi. Kesulitan yang
dihadapi adalah pihak PT. Perkebunan Nusantara III Persero Distrik Asahan sedikit memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti alasan
Universitas Sumatera Utara
pihak PT. Perkebunan Nusantara III Persero Distrik Asahan banyak data yang bersifat rahasia dan tidak dapat dibagikan secara luas hanya bersifat
khusus untuk internal PT. Perkebunan Nusantara III Persero.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.8 Sejarah Ringkas Perusahaan
4.1.1 Sejarah PTPN III Secara Umum
Pembentukan perusahaan di awali dengan proses pengambilan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI
pada tahun 1958 yang dikenal dengan proses nasionalisasi. Perusahaan perkebunan asing hasil nasionalisasi selanjutnya berubah menjadi
Perseroan Perkebunan Negara PPN, embrio yang turut membentuk perusahaan berasal dari NV. Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam
RCMA dan NV. Cultuur Mij’de Oeskust CMO merupakan perusahaan Perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak jaman Kolonial
Hindia Belanda. Salah satu perusahaan yang terbentuk diberi nama Perusahaan
Perkebunan Negara baru cabang Sumatera Utara PPN baru. Setelah beberapa kali mengalami perubahan bentukstatus hukum sesuai dengan
aturan perundang-undangan Pemerintah Republik Indonesia. Kemudian pada tahun 1968 PPN oleh pemerintah di restrukturisasi menjadi beberapa
kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan PNP. Selanjutnya pada tahun 1974 status hukum PNP diubah menjadi Perseroan Terbatas PT dan
diberi nama PT Perkebunan Persero.
Universitas Sumatera Utara
Dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas kegiatan usaha, perusahaan-perusahaan dalam lingkungan BUMN Sub Sektor perkebunan
dengan melakukan kegiatan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi, selain itu dilakukan perampingan struktur organisasi dan
program restrukturisasi tersebut telah dilakukan penggabungan 27 dua puluh tujuh BUMN perkebunan yaitu PT. Perkebunan I sampai dengan
PT. Perkebunan XXXII dan satu BUMN Peternakan yaitu PT. Bina Mulia Ternak menjadi 14 BUMN perkebunan baru yang diberi nama PT.
Perkebunan Nusantara I sampai dengan PT. Perkebunan Nusantara XIV. Kemudian pada tahun 1994 dilakukan proses penggabungan
manajemen, 3 BUMN perkebunan terdiri dari PT. Perkebunan III Persero, PT. Perkebunan IV Persero, dan PT. Perkebunan V Persero.
Selanjutnya melalui peraturan peraturan RI No. 8 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, ketiga perusahaan tersebut yang wilayah kerjanya di
Propinsi Sumatera Utara dilebur menjadi satu yang diberi nama “PT. Perkebunan III Persero” yang berkedudukan di Medan Sumatera Utara.
PT. Perkebunan III Persero didirikan dengan Akte Notaris Hanum Kamil, SH No.36 tanggal 11 Maret 1996 yang telah disahkan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat keputusan No. C2- 8331.HT.01.01Th.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat di dalam berita
Negara Republik Indonesia No.81 tahun 1996, dan tambahan Berita Negara No. 81 Tahun 1996, dan tambahan Berita Negara No. 8674 tahun
1996.
Universitas Sumatera Utara
Seiring dengan perubahan pola bisnis paradigma baru PT. Perkebunan Nusantara III Persero telah merancang program
Transformasi Bisnis sejak bulan Agustus 2003 sebagai kata kunci dari “Kinerja” PT. Perkebunan Nusantara III Persero sedang melakukan
perubahan terhadap pola target of strategic of business as usual menjadi
pola target of strategic of business. Untuk mendukung keberhasilan
program tersebut PT. Perkebunan Nusantara III Persero secara sistematis dan berkesinambungan melakukan upaya untuk mensosialisasikan
program strategic initiative melalui pemahaman dan penyebarluasan buku panduan Transformasi Bisnis Unit-Unit Usaha, melalui instruksi langsung
dari Distrik Manajer General Manajer setempat kepada jajarannya, dan menginformasikan melalui majalah Nusa Tiga milik PT. Perkebunan
Nusantara III Persero. Disamping itu melalui Malcom Bakdrige PT. Perkebunan Nusantara III Persero telah dan sedang melakukan pelatihan
terhadap sejumlah karyawan, pimpinan yang telah ditunjuk untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif sebelum melakukan
assessment terhadap jalannya proses program strategic initiative
CBHRM, OPEX, TQM, CRM, dan QFI sebagai upaya dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
4.1.2 Sejarah Perkebunan Distrik Asahan DASAH
PT. Perkebunan Nusantara III Persero merupakan salah satu usaha Agro Industri yang bernaung di bawah Badan Usaha Milik Negara
BUMN. PT. Perkebunan Nusantara III Persero merupakan
Universitas Sumatera Utara
penggabungan dari PTP III, PTP IV, dan PTP V sesuai dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 36 tahun 1996. PT. Perkebunan Nusantara
III Persero saat ini bergerak di sektor hulu Agro Industri dengan komoditi utama kelapa sawit dan karet.
PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu dari 14 PT. Perkebunan Nusantara yang ada di Indonesia dan Distrik Asahan
merupakan salah satu dari 8 Distrik yang ada di PT. Perkebunan Nusantara III yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan yang mengelola budi
daya tanaman kelapa sawit, karet dengan pabrik kelapa sawit dan unit Rumah Sakit. Distrik Asahan dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Direksi No. III.10SKPTSSR5502003 tanggal 10 Nopember 2003 yang membawahi 6 Kebun KBDSL, KSDDP, KSSIL, KAMBT, KPMDI
KHTPD, 1 Pabrik Kelapa Sawit PSSIL serta ditambah 1 Rumah Sakit RSDAP.
Distrik Asahan terletak di Desa Perkebunan Sei Silau Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. Jarak Distrik Asahan ke kota Kisaran ± 19
km, dan ± 174 km dari Kantor Direksi. Fungsi Utama Distrik Asahan adalah melaksanakan monitoring, analisis, evaluasi, memberikan
keputusan dan terobosan – terobosan serta memberdayakan sumber daya Perusahaan yang ada di wilayah Distrik Asahan.
Universitas Sumatera Utara
4.9 Jenis Usaha kegiatan PT. Perkebunan Nusantara III
Persero
Perseroan bergerak dalam bidang usaha Perkebunan dengan komoditi utama kelapa sawit, karet dan kakao. Perseroan memiliki lahan
perkebunan yang didukung dengan pabrik pengolahan untuk masing- masing komoditi tersebut. Selain itu Perseroan juga memiliki fasilitas
pengolahan industri hilir karet. Lahan Perkebunan Perseroan tersebut di 5 lima Daerah Tingkat II Provinsi Sumatera Utara yaitu kabupaten Deli
Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu dan Tapanuli Selatan. Sampai dengan tanggal 31 Desember 1998, luas lahan
dikelola Perseroan mencapai 161.238 ha yang terdiri dari 141.684 ha kebun sendiri, kebun plasma maupun dari pihak lain menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi. Selain kegiatan utama di bidang Perkebunan, Perseroan juga
memiliki 5 lima unit usaha lainnya yaitu 1 satu unit instalasi pemompaan di Belawan dan 4 empat unit Rumah Sakit. Selain itu,
Perseroan juga memiliki 9 sembilan anak perusahaan di dalam dan di luar negeri untuk mendukung pemasaran, komoditi dan produk Perseroan
dan untuk memperoleh tambahan pendapatan Perseroan melalui deviden. Perusahan memiliki 11 pabrik kelapa sawit dengan jumlah
keseluruhan kapasitas pengolahan terpakai sebesar 313 ton dengan kapasitas pengolahan terpasang sebesar 510 ton Tandan Buah Segar TBS
per jam. Kapasitas pengolahan kakao tersebar di 6 enam lokasi kebun
Universitas Sumatera Utara
dengan jumlah kapasitas 2.6 ton Biji Kakao kering per hari. Perusahaan memiliki pabrik Industri Karet PIK sebagai industri hilir untuk mengolah
hasil karet alam di Tanjung Morawa Medan. Industri karet ini menghasilkan produk jadi yang di golongkan menjadi karet artikel karet
gelang dan suku cadang lainnya, sarung tangan dan benang karet. PIK mempunyai kapasitas produksi terpasang 8 ton per hari untuk karet gelang,
490 kg per hari untuk suku cadang karet lainnya, 3 ton per hari untuk sarung tangan dan 20 ton per hari untuk benang karet. Pabrik Resiprene
menghasilkan resin yang berasal dari olahan karet alam berkedudukan di Kebun Rambutan, Tebing Tinggi, Sumatera Utara dengan kapasitas
produksi 2 ton per hari.
4.10 Makna Logo Perusahaan
Pada tanggal 23 Maret 2004, di Grand Media Hotel Jakarta, PT. Perkebunan Nusantara III telah meluncurkan logo terbaru. Logo tersebbut
dimaksudkan agar perusahaan perkebunan siap menghadapi tehnologi baru dan tangan perubahan budaya kerja.
Gambar 4.1 Logo PT. Perkebunan Nusantara III Persero
Sumber PT. Perkebunan Nusantara III Persero
Universitas Sumatera Utara
Pengertian dari logo perusahaan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Gambar 12 helai daun kelapa sawit di sebelah kiri bola dunia dan tujuh
urat pada daun karet yang berwarna hijau disebelah kanan bola dunnia, melambangkan bahwa PT. Perkebunan Nusantara III memiliki 12
paradigma baru dan tujuh strategi bisnis yang saling mendukung agar tercapai tujuan yaitu selau menjadi perusahaan perkebunan terbaik
dengan teamwork yang solid dan inovatif serta ditunjang dengan green
technology, green business dan ramah lingkungan. 2. Gambar 5 garis lintang horizontal dan vertikal yang berwarna biru,
melingkari bola dunia, melambangkan bahwa PTPN III memiliki 5 tata nilai dan harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi yang
berkembang, agar selalu menjadi yang terdepan dalam peningkatan usaha.
3. Gambar 2 Meteor yang mengelilingi bumi sehingga membentuk angka 3, melambangkan PTPN III bergerak dinamis dengan semangat yang
tinggi untuk menguasai pasar global. Sedangkan meteor yang berwarna putih bermakna produksi Lateks dan Produk turunannya sedangkan
yang berwarna Orange adalah produksi CPO beserta turunannya, yang memancar tanpa henti untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia.
Secara keseluruhan logo baru ini adalah lambang dari niat dan motivasi tinggi seluruh personal PTPN III, untuk mewujudkan VISI dan
MISI PTPN III yang telah dicanangkan bersama, dengan ditunjang dengan
Universitas Sumatera Utara
lima tata nilai, 12 paradigma baru dan 7 STRATEGIS BISNIS yang dimiliki PTPN III.
4.11 Visi dan Misi
a. Visi PT. Perkebunan Nusantara III adalah : “Menjadi perusahaan agri bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata-kelola
bisnis terbaik. b. Misi PT. Perkebunan Nusantara III adalah :
1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan .
2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan. 3. Memberlakukan karyawan sebagai asset strategis dan
mengembangkannya secara optimal. 4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “imbal-hasil”
terbaik bagi para investor. 5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.
6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.
7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.
4.12
Tata Hubungan Organisasi
Universitas Sumatera Utara
4.4.1.
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan seluruh kegiatan untuk mencapai
suatu sasaran. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk gambaran grafik yang memperlihatkan hubungan antara unit-unit organisasi
dan garis-garis wewenang yang ada.
DASAH membangun sistem, prosedur dan proses yang menunjukkan bagaimana tata-kelola dilaksanakan sesuai dengan Struktur
Organisasi : 1 satu Distrik Manager, 6 enam Manager Kebun, 1 satu Manager PKS, 1 satu Manager RS, 4 Kepala Bidang Tanaman,
Keuangan, Umum dan TeknikTeknologi, 2 dua Staf Bidang Umum, 2 dua Staf Bidang Keuangan, 4 empat Staf Bidang Tanaman., seperti
tercermin Bagan 1.1 Struktur Organisasi PTPN III. Pisahkan struktur organisasi khusus Distrik dan Distrik KebunUnit.
Sistem tata kelola DASAH mengacu pada ketentuan yang sudah ditetapkan di dalam Proses Bisnis dan Instruksi Kerja. Segala bentuk
pelaporan baik produksi tanaman, pabrik, keuangan dan umum dikirim ke Kantor Direksi melalui Bagian Terkait. Hal-hal yang sifatnya prinsipil
dapat ditujukan langsung ke Direksi. Sistem tata kelola juga berpedoman kepada prinsip-prinsip GCG.
Hubungan pelaporan dilakukan secara berjenjang, Distrik Manager bertanggung jawab kepada Direksi, Manager bertanggung jawab kepada
Distrik Manager, Kepala Bidang membantu Distrik Manager dalam hal pengewasan ke Unit Kerja.
Universitas Sumatera Utara
Tata kelola perusahaan dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance yaitu: transparansi, independensi, akuntabilitas, responsibilitas dan
fairness, melalui SE Nomor 3.12SE032006 tentang Sosialisasi
Code of Conduct.
Universitas Sumatera Utara
1
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Distrik Asahan
Sumber : Siti Harum Munthe. 2014
Bagan Struktur Organisasi Distrik Asahan
DI STRI K MANAJER
MANAJER KEBUN
MANAJER PKS
MANAJER R. SAKI T
MASKEP
ATU AMU ASST
ASST KABI D
TANAMAN KABI D
TEKNI K KABI D
KEUANGAN KABI D
UMUM
STAF BI DANG
STAF BI DANG
STAF BI DANG
STAF BI DANG
ASKEP
KRANI 1 UMUM PKBL dll
MR SM-PN3
Universitas Sumatera Utara
4.13 Uraian Tugas
4.5.1. Distrik Manager
Secara umum fungsi utama manager adalah melaksanakan fungsi manajemen dalam pengambilan keputusan serta membuat terobosan-
terobosan dengan memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di distriknya untuk mencapai kinerja yang optimal. Tugas distrik manager
adalah : 3. Menindaklanjuti usulan peremajaan tanaman dan investasi lainnya
di Distrik. 4. Mengkoordinir, memonitor, mengevaluasi persediaan dan
pelaksanaan pemupukan serta distribusi pupuk. 5. Mengkoordinir panen angkut olah PAO dalam dan antar distrik
6. Mengawasimenyetujui pembelian dan pembayaran tandan buah segar TBS karet plasma.
7. Merencanakan, melaksanakan pengukuran dan pendataan di kebununit.
8. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pemeliharaan tanaman dan pabrik serta unit rumah sakit.
9. Memonitor dan mengevaluasi mutu produksi yang dihasilkan di Unit kerjanya.
3. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait. 4. Mengusulkan, mengalokasikan dan menyalurkan dana Kemitraan
dan Bina Lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
5. Melaksanakan sistem penilaian karya di Distrik.
4.5.2. Bidang Tanaman
Fungsi utama yaitu membantu distrik manajer untuk melaksanakan fungsi manajemen dalam pengambilan keputusan serta membuat
terobosan-terobosan baru dengan memberdayakan fungsi manajemen di bidang tanaman untuk mencapai kinerja yang optimal. Dalam menjalankan
tugasnya, kepala bidang tanaman dibantu oleh 2 staf, yaitu: 1. Staf Bidang Eksploitasi Karet Kelapa Sawit,
2. Staf Bidang Investasi dan Pengukuran Kelapa Sawit Tugas dari bidang tanaman adalah :
1. Merencanakan, melaksanakan pengukuran dan pendataan di kebun unit
2. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pemeliharaan tanaman 3. Memonitor dan mengevaluasi mutu produksi yang dihasilkan di unit
kerjanya 4. Melaksanakan sistem penilaian karya di Distrik
5. Membuat kontrak pengangkutan TBS, janjangan kosong, pemeliharaan tanaman dan non-tanaman serta pembayarannya
dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya.
4.5.3. Bidang Teknik Pengolahan
Dalam melaksanakan tugasnya, kepala bidang teknik pengolahan ini dibantu oleh 2 staf bidang teknik pengolahan dan 1 orang staf bidang
laboratorium unit PRBTN. Tugas dari bidang pengolahan ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1.
Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pemeliharaan pabrik
2.
Memonitor dan mengevaluasi mutu produk yang dihasilkan di unit kerjanya
3.
Mem onitor dan mengawasi pengolahan limbah pabrik
4.
Mengevaluasi laporan bulanan kinerja peralatan pabrik
5.
Melaksanakan pengendalian sistem komputerisasi yang terintegrasi berbasis data base secara konsisten dan
up to date.
4.5.4. Bidang KeuanganUmum
Dalam melaksanakan tugasnya kepala bidang keuangan umum dibantu oleh 1 staf bidang keuangan dan 1 staf bidang umum. Tugas dari
bidang keuangan umum ini adalah: 1. Mengkoordinir, memonitor, mengevaluasi persediaan barang di
distrik dan unit. 2. Membuat kontrak sesuai kewenangannya
3. Mengawasi pengadaan barang dan jasa di unit kerja distrik 4. Mengevaluasi, mengawasi dan mengatur laporan perkembangan
kekuatan tenaga kerja karyawan distrik, kebununit 5. Kompilasi laporan peristiwa masalah umum LPMU kebununit
6. Mengusulkan dan memonitoring mengevaluasi penyaluran dana usaha kecil menengah UMKM dan kemitraan bina lingkungan
KBL 7. Melaksanakan sistem penilaian karya di distrik.
8. Mengevaluasi penerimaan karyawan permanent penderes di kebun.
Universitas Sumatera Utara
4.5.5. Krani-I Urusan Administrasi Umum
A. Tugas – Tugas 1. Melaksanakan Program Transformasi Bisnis dan Komitmen terhadap
Sistem Manajemen PTP. N – III. :
2. Mengerjakan AU 29 dan PB 10 dan administrasi cuti karyawan. 3. Mengerjakan Administrasi Pelatihan dan membantu pelaksanaan
OJT ISO 9001, ISO 14001, SMK3 dan pelatihan lainnya. 4. Membantu pelaksanaan kegiatan umum, sosial dan keagamaan.
5. Mengarsipkan dan memelihara dokumen. 6. Melaksanakan tugas tugas lainnya yang diberikan atasan yang
bersifat insidentil. B.
1. Melaksanakan tugas – tugas yang telah ditentukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Tanggung Jawab :
2. Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Asisten Personalia
Administrasi ISO 900114001 bertugas untuk :
1. Mengadministrasikan dan memelihara dokumen ISO 90014001 di bagian KBL dan melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan
ISO 2. Membantu tugas-tugas Krani-I Urusan Administrasi Keuangan
3. Mendokumentasikan hari-hari berhalangan 4. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan
Universitas Sumatera Utara
4.14 Pelanggan dan Stakeholder
Stakeholder yang ada di Distrik Asahan terdiri dari LSM, Wartawan, Mitra Binaan, Muspika,dan Rekanan pemasok barang dan jasa.
Harapan Perusahaan terhadap stakeholder.
Tabel : 4.1 Harapan kepada Stakeholder
Sumber : database perusahaan 2014 No.
Stakeholder Harapan
1. Karyawan
Kepuasan kerja Employee Satisfaction.
2. Pemasokrekanan
Transaksi yang memuaskan dan kelangsungan kerja sama.
3. Pemerintah
Kepatuhan pada hukum dan kontribusi dalam pembangunan
4. Pesaing
Persaingan yang sehat 5.
Auditor Independensi
6. Masyarakat sekitar, Mitra
Binaan, dan Lingkungan Manfaat bagi masyarakat dan kelestarian
lingkungan 7.
Media Massa, LSM dan Ormas
Keterbukaan informasi
8. Serikat Pekerja
Perlakuan yang adil dan wajar 9.
Legislatif Ketaatan pada hukum dan peraturan, serta
hubungan yang baik antara perusahaan dengan legislatif dan masyarakat
10. Perguruan Tinggi dan
Lembaga Penelitian Kerjasama yang saling menguntungkan.
Penghargaan atas hasil penelitian dan saran yang diberikan
11. Petani Plasma
Pembinaan teknis, dan kemitraan
Universitas Sumatera Utara
4.15 Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III Persero
Ada beberapa regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan misi yang harus diemban oleh perusahaan-perusahaan yang
dimiliki oleh negara. Regulasi tersebut antara lain, Peraturan Pemerintah PP No. 12 Tahun 1998 tentang Perseroan Terbatas Persero dan PP No.
13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum Perum terlihat adanya keharusan kedua perusahaan itu untuk memberikan dukungan terhadap
usaha kecil dan koperasi. Regulasi tersebut diperluas dengan dikeluarkannya UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara BUMN, dimana BUMN bukan saja mendukung usaha kecil dan koperasi, tetapi juga harus mendukung program-program sosial lainnya.
Regulasi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah sesungguhnya telah memiliki komitmen dengan tanggungjawab sosial perusahaan CSR,
walaupun idealnya tanggungjawab sosial perusahaan tersebut dilakukan tanpa adanya regulasi.
Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara PTPN III sebagai salah satu BUMN yang bergerak di sektor perkebunan dari industri hulu
hingga hilir, menurut informan kunci yaitu japinde sihaloho
52
52
Hasil wawancara dengan Krani PKBL yaitu japinde sihaloho tanggal 27 april 2014
juga telah melakukan tanggungjawab sosialnya kepada masyarakat, bahkan jauh
sebelum adanya regulasi peraturan yang mewajibkan perusahaan melakukan itu. Namun sebelum regulasi tersebut dibuat oleh pemerintah,
bentuk tanggungjawab sosial tersebut belum dikelola secara tersendiri, dan
Universitas Sumatera Utara
program-program bantuan yang diberikan belum terencana dengan baik. Bantuan yang diberikan masih bersifat spontanitas dan masih bersifat
hadiah atau derma sosial. Tanggungjawab sosial tersebut semakin intens dilaksanakan oleh
perusahaan dan menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk melakukannya setelah dikeluarkannya regulasi, khususnya yang terkait dengan regulasi
pada perusahaan-perusahaan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara BUMN. PTPN III sebagai salah satu perusahaan BUMN, tentu juga
harus mentaati regulasi tersebut. Pedoman yang digunakan sebagai dasar hukum PTPN III dalam
mengelola program kemitraan adalah: 1. Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-236MBU2003,
tanggal 17 Juni 2003 dan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER- 05MBU2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan PKBL.
2. Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor KEP-100MBU2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Perhitungan kinerja Bagian Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL. 3. Surat Edaran Kementrian BUMN Nomor SE-433MBU2003 tanggal
16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaannya PKBL. 4. Selain petunjuk pelaksanaan tersebut, PTPN III juga menerbitkan
petunjuk teknis melalui Instruksi Kerja IK Nomor IK-3.10-01-05.
Universitas Sumatera Utara
Dasar hukum tersebut merupakan pedoman yang digunakan oleh Bagian PKBL untuk mengimplementasikan tanggung jawab sosial
perusahaan CSR. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan informan utama dari PTPN III bahwa ”Dasar hukum tersebut merupakan rujukan
yang digunakan oleh Bagian KBL untuk mengimplementasikan PKBL”. Menurut buku Instruksi Kerja PTPN III, Program kemitraan adalah
program untuk meningkatkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan menengah UMKM agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana bagian laba BUMN. Mitra Binaan adalah Usaha Mikro, Kecil dan menengah UMKM yang telah mendapat bantuan pinjaman
modal usaha dari bagian laba BUMN Pembina. Tujuan Program ini adalah:
1. Untuk mewujudkan hubungan yang harmonis khususnya dengan masyarakat disekitar wilayah usaha PT. Perkebunan Nusantara III
Persero dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya sehingga tercapainya tidak ada pencurian
zero loss dan tidak ada konflik zero conflick.
2. Menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan khususnya Usaha Mikro, Kecil dan menengah UMKM disekitar wilayah usaha
PT. Perkebunan Nusantara III Persero dan Usaha Mikro, Kecil dan menengah UMKM Sumatera Utara pada umumnya sehingga tercapai
pemerataan pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Ruang lingkup program kemitraan adalah masyarakat disekitar wilayah usaha PT. Perkebunan Nusantara III Persero Distrik Asahan dan
masyarakat Sumatera Utara pada umumnya. Program-program yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara III ini terdiri dari :
1. Pinjaman a. Pinjaman Modal Kerja : adalah bantuan penambahan modal kerja dan
atau untuk pembelian aktiva tetap guna meningkatkan produksi dan penjualan Mitra Binaan.
b. Pinjaman Khusus : bersifat jangka pendek dan hanya diberikan kepada Mitra Binaan.
2. Hibah a. Bantuan pendidikan dan pelatihan magang untuk Mitra Binaan.
b. Bantuan pemasaran produksi. Program kemitraan memiliki tingkat bunga pinjaman jasa
administrasi yang dikenakan kepada Mitra Binaan sesuai peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05MBU2007 sebesar 6 per tahun
dari limit pinjaman dan bagi hasil 10 sampai dengan maksimal 50
dalam jangka waktu maksimal 36 bulan.
Sumber dana program kemitraan berasal dari :
1.
Penyisihan laba BUMN setelah pajak sebesar 2 setahun atau sesuai keputusan RUPS.
2.
Pengembalian pinjaman Mitra Binaan dan,
Universitas Sumatera Utara
3.
Hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana program kemitraan setelah dikurangi beban operasional.
Ada beberapa syarat usaha kecil menengah UMKM yang dapat ikut serta dalam program kemitraan, yaitu :
1.
Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000,- di luar tanah dan bangunan usaha atau hasil penjualan maksimal Rp 1.000.000.000,-
tahun. 3. Milik warga Negara Indonesia WNI; berdiri sendiri, artinya bukan
merupakan anak cabang perusahaan yang dimiliki, di kuasai atau berafiliasi baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha
menengah atau pun usaha besar. 4. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang berbadan hukum
maupun tidak berbadan hukum termasuk koperasi. 5. Telah melakukan kegiatan minimal 1 tahun serta mempunyai potensi
dan prospek usaha untuk dikembangkan. Selanjutnya ada beberapa persyaratan yang wajib dilakukan oleh
calon Mitra Binaan untuk mendapatkan pinjaman dari PT.Perkebunan III antara lain:
1. Mengajukan proposal permohonan pinjaman yang memuat : Data pribadi sesuai KTP;
Data Usaha bentuk usaha, alamat usaha, mulai mendirikan usaha, jumlah tenaga kerja, dsb;
Universitas Sumatera Utara
Data Keuangan meliputi Laporan KeuanganCatatan Keuangan 3 bulan terakhir;
Rencana Penggunaan Dana Pinjaman
2. Melampirkan : Fotocopy KTP SuamiIstri atau identitas lainnya;
Fotocopy Kartu Keluarga; Pas Photo ukuran 3x4;
Fotocopy SITU,SIUP,TDUP,NPWP atau surat keterangan usaha dari lurah desa bersifat fleksibel;
Fotocopy agunan yang akan dijaminkan serendah-rendahnya surat camat atau akta notaris
Gambar Denah Lokasi Usaha; Fotocopy Rekening BankBuku Tabungan.
Pengajuan Proposal calon Mitra Binaan di Bagian PKBL 1. Calon Mitra Binaan CMB baik perorangan maupun clusterkelompok
mengajukan proposal permohonan peminjam modal kerja kepada Direksi PTPN III.
Universitas Sumatera Utara
2. Terhadap proposal CMB yang telah didisposisi Direksi, Kabag PKBL menginstruksikan Kaur. Perencanaan Pembinaan melakukan
Analisasurvey lapangan. 3. Kepala Bagian PKBL menetapkan CMB yang layak mendapatkan
bantuan Pembinaan dan menetapkan jumlah pinjaman. 4. Proposal Program Kemitraan yang diterima oleh bagian PKBL baik
yang telah direalisasi maupun yang belum dengan sendirinya menjadi milik perusahaan, oleh karena itu Perusahaan berhak mengarsipkan
maupun mengembalikannya kepada pemohon. Tata cara pengajuan dana program kemitraan:
1.
Calon Mitra Binaan CMB menyampaikan proposal dana pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya ditujukan kepada BUMN
Pembina dengan mencantumkan antara lain : a. Nama dan alamat unit usaha dan pemilik usaha.
b. Bukti dan identitas diri pemilik pengurus.
2.
Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang minimal dari lurahkepala desa.
Perkembangan usaha arus kas, rugi laba, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan dan hasil usaha serta rencana usaha
dan kebutuhan dana yang diharapkan.
3.
Persyaratan lain yang dianggap perlu oleh masing-masing BUMN Pembina.
Universitas Sumatera Utara
4.
BUMN Pembina melaksanakan analisa kelayakan secara langsung atas permohonan calon Mitra Binaan, kemudian mengadakan
koordinasi dengan kordinator dengan BUMN Pembina.
5.
Mitra Binaan yang layak untuk dibina menyelesaikan proses administrasi pinjaman sesuai ketentuan BUMN Pembina.
6.
Pemberian dana pinjaman kepada calon Mitra Binaan CMB dituangkan dalam surat perjanjian kontrak yang sekurang-
kurangnya memuat : a. Nama dan alamat BUMN Pembina dan Mitra Binaan.
b. Hak dan kewajiban BUMN Pembina dan Mitra Binaan. c. Jumlah pinjaman dan peruntukannya.
d. Syarat-syarat pinjaman jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok dan bunga, sanksi dan lain-lain.
7.
BUMN Pembina dilarang memberikan pinjaman kepada calon Mitra Binaan CMB yang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina
lain. Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN Pembina.
2. Menyelenggarakan pencatatan pembukuan dengan tertib. 3. Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati.
Universitas Sumatera Utara
4. Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN Pembina.
Sedangkan BUMN Pembina mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1. Melaksanakan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan calon Mitra Binaan secara langsung.
2. Menyiapkan dan menyalurkan dana program kemitraan kepada Mitra Binaan.
3. Menyampaikan laporan berkala triwulan, semesteran dan tahunan kepada Menteri BUMN dan kordinator BUMN Pembina.
Pada pelaksanaan program kemitraan itu sendiri apabila terjadi permasalahan dalam pengembalian pinjaman oleh Mitra Binaan, maka
dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Kurang Lancar
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga telah 1 satu hari dan belum melampaui 180 seratus delapan
puluh hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran diberikan surat teguran pertama oleh Manajer KebunUnit yang ditandatangani oleh
Distrik Manajer setempat. 2. Ragu – Ragu
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 seratus delapan puluh hari dan
Universitas Sumatera Utara
belum melampaui 360 tiga ratus enam puluh hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, diberikan surat teguran kedua oleh Manajer
KebunUnit yang ditandatangani oleh Distrik Manajer setempat. 3. Macet
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 tiga ratus enam puluh hari dari
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran diberikan surat peringatan I, II, III oleh Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan yang ditandatangani oleh
Direktur Keuangan. 4. Eksekusi Jaminan
Mengeksekusi jaminan Mitra Binaan dapat dilaksanakan setelah diadakan rapat tim Distrik Manajer KebunUnit dan Bagian Kemitraan
dan Bina Lingkungan, kemudian memberitahukan secara tertulis kepada Direktur Keuangan untuk mendapat persetujuan dan selanjutnya membuat
surat pemberitahuan tertulis kepada Pengadilan Negeri setempat. Terhadap kualitas pinjaman kurang lancar, ragu-ragu dan macet
dapat dilakukan usaha-usaha pemulihan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri No. KEP-236MBU2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PROGRAM KEMITRAAN DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III
5.1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL sebagai
strategi dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility CSR di
PT.Perkebunan Nusantara III
Corporate Social Responsibility CSR adalah program pemerintah sebagai bentuk kontribusi perusahaan untuk turut meningkatkan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Di dalam pelaksanaannya PKBL tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang ada pada CSR. Pada
dasarnya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan merupakan wujud implementasi
Corporate Social Responsibility CSR di BUMN
53
Peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar area operasional PTPN III secara langsung atau tidak langsung juga akan berkontribusi bagi
kelancaran aktivitas operasional perusahaan. Artinya, kegiatan operasi .
Sebagai sebuah korporat, PTPN III tentu berupaya untuk memaksimasi keuntungannya. Keuntungan tersebut tentunya diharapkan
akan mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan karyawannya, pengembangan perusahaan, dan kontribusinya bagi peningkatan
pendapatan nasional. Di samping itu, PTPN III juga berkepentingan untuk dapat berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama
masyarakat yang berada di sekitar area operasional PTPN III.
53
Hasil wawancara dengan Krani PKBL yaitu Japinde Sihaloho tanggal 27 april 2014
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tidak akan terganggu karena adanya gangguan berupa perusakan lahan, pencurian hasil perkebunan, konflik dengan warga
sekitar, dan sebagainya. Karena menurut Krani PKBL Japinde Sihaloho sebagai informan
kunci yaitu : ”….Implementasi Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan PKBL sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan lebih mengutamakan program dan kegiatannya pada
daerah-daerah yang bersentuhan langsung dengan area PTPN III.”
Wawancara dengan Japinde Sihaloho Tanggal 27 April 2014
Ini menunjukkan bahwa tanggungjawab sosial merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meredam
gangguan-gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh masyarakat di sekitar operasional perusahaan.
5.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran Program Kemitraan
Maksud, tujuan dan sasaran program kemitraan PTPN III sesuai dengan PERMEN-5-MBU-2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan PKBL
54
54
Hasil wawancara dengan Krani PKBL yaitu Japinde Sihaloho tanggal 27 april 2014
. Dan Mitra Binaan sebagai usaha kecil yang mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
program kemitraan mengetahui apa maksud, tujuan dan sasaran program kemitraan
55
5.3. Cakupan Wilayah
. Seperti penuturan Bapak Suprianto bahwa: “….Program Kemitraan adalah program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Dilaksanakannya program kemitraan bertujuan demi keamanan PTPN III. Sasaran program kemitraan adalah masyarakat yang
bertempat tinggal di sekitar wilayah PTPN III.” Wawancara dengan Bapak Suprianto Tanggal 29 April 2014
Dari penyataan diatas, Tujuan ataupun maksud pelaksanaan program adalah untuk mewujudkan hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sekitar dan
menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan khususnya UMKM sekitar PTPN III dan sasaran program adalah
masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar wilayah PTPN III.
Cakupan wilayah merupakan suatu ukuran yang merefleksikan bahwa seberapa jauh kawasan yang dapat dijangkau oleh PTPN III
tersebut dan mencakup keseluruhan masyarakat sekitar.
Cakupan wilyah untuk seluruh Asahan tetapi ada istilah koridor 1 yaitu untuk yang langsung bersinggungan dengan wilayah perkebunan.
Usaha Kecil yang berada dikoridor 1 lebih diutamakan demi meminimalisir ganguan dari masyarakat seperti pencurian asset
perusahaan. Cakupan wilayah disini yaitu mencakup 6 prkebunan yaitu Kebun Bandar Selamat KBDSL, Kebun Sei Dadap KSDDP, Kebun Sei
55
Mereka mengetahui setelah mendapat keterangan dipelatihan di Sei Karang.
Universitas Sumatera Utara
Silau KSSIL, Kebun Ambalutu KAMBT, Kebun Pulau Mandi
KPMDI Kebun Huta Padang KHTPD.
5.4. Proporsi bantuan
Dana bantuan yang diberikan oleh pihak PTPN III kepada Mitra Binaanya tidak dilakukan secara sembarangan. Krani PKBL bersama tim
survey melakukan analisa kelayakan di lapangan. Data dari proposal yang diberikan oleh calon Mitra Binaan saat pemberian proposal diperiksa
kebenarannya. Proporsi dana yang diberikan tidak hanya berkisar pada anggaran saja, tetapi juga pada serapan maksimal, artinya apabila areal dan
prospek ke depannya bagus maka anggaran yang diberikan pun harus lebih besar.
ketersediaan dana yang dimiliki oleh PKBL dan besar bantuan yang telah diprogramkan untuk masing-masing KabupatenKota yang
diprogramkan untuk mendapatkan batuan sebagai perwujudan dari tanggungjawab sosial PTPN III terhadap masyarakat. Besarnya bantuan
yang diprogramkan untuk masing-masing KabupatenKota antara lain didasarkan pada luas areal PTPN III di masing-masing wilayah
KabupatenKota tersebut. Besar bantuan yang diberikan untuk Program Kemitraan ini sangat
tergantung pada proposal yang diajukan dan kelayakan usaha yang sedang digeluti yang bersangkutan. Proporsi pemberian dana bantuan program
kemitraan tidak sesuai dengan kebutuhan dari Mitra Binaan.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sukamto bahwa :
“….uang yang diberikan tanggung untuk pengembangan usaha sebab uang pinjaman tidak lebih dari Rp. 50.000.000¸saya
sudah menjadi Mitra Binaan sejak tahun 2008 dan usaha saya bergerak dibidang Mebel elektronik, dan untuk jenis usaha saya
ini perlu modal yang besar. Saya telah meminjam ketiga kalinya dan jumlah pinjaman bertambah sedikit pertama Rp. 35.000.000
dan yang kedua dan ketiga besarnya Rp.50.000.000.”
Wawancara dengan Bapak Sukamto Tanggal 28 April 2014 Besarnya bantuan yang diberikan sangat bervariasi tergantung pada
kelayakan usaha yang bersangkutan, Besar dana yang diberikan bervariasi antara Rp 10.000.000,- rupiah hingga Rp 90.000.000,-
56
5.5.
Karakteristik Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Mitra Binaan
. Untuk Distrik Asahan variasi jumlah pinjaman dana tidak lebih
dari Rp. 50.000.000. meskipun usaha yang digeluti membutuhkan dana yang cukup besar namun pinjaman tetap berkisar Rp. 15.000.000 – Rp.
50.000.000. Hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan usaha.
Karakteristik pelaku usaha Mikro, kecil dan menengah UMKM dalam penelitian ini merupakan gambaran dari status sosial mereka yang
peneliti temui selama melakukan wawancara dan observasi dengan 6 Mitra Binaan PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan.
Beberapa karakteristik pelaku UMKM tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
56
Hasil wawancara dengan Krani PKBL yaitu japinde sihaloho tanggal 27 april 2014
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Karakteristik pelaku usaha Mikro, kecil dan menengah UMKM
No. Karakteristik
Penjelasan
1. Situasi sosial
Mereka yang telah lama ber- kecimpung dalam dunia wirausaha
2. Keputusan untuk berwirausaha -Berbekal pengalaman dari orang tua
bisnis turun-temurun -Memiliki ketertarikan lebih kepada
dunia usaha dan tidak tertarik menjadi karyawan yang memiliki
keterikatan kerja.
3. Pendidikan
Mulai dari SD, SMP, dan didominasi oleh lulusan SMU dan paling tinggi
Perguruan Tinggi. 4.
Tempat usaha Pada umumnya mereka
memanfaatkan areal tempat tinggal menjadi tempat usaha.
5. Perekrutan tenaga kerja
- Pada umumnya pelaku UKM ini mempekerjakan sanak keluarga istri
atau saudara - Warga sekitar tetangga dengan
alasan kepercayaan terhadap orang yang sudah dikenal.
6. Jumlah Pinjaman yang
diberikan oleh pinjaman oleh PKBL PT. Perkebunan
Nusantara III Persero Distrik Asahan
Sebesar 15 juta sampai 50 juta dengan lama pencicilan 36 bulan
Sumber: Wawancara dan Observasi di Lapangan dengan para Mitra Binaan PKBL Agus Salim Lubis, Dedi Hari Syahputra, Sukamto,
Legimin, Suprianto,
Syarifuddin Mustofa Hsb S.kom Pada April 2014
Universitas Sumatera Utara
5.6. Proses Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan
Nusantara III
Proses implementasi program kemitraan diawali dengan pengajuan proposal oleh usaha kecil. Proposal yang diajukan tentunya memuat usaha
yang telah dilakukan selama ini dan ditujukan untuk mengembangkan usaha yang telah dirintis dengan mengajukan pinjaman dana sesuai dengan
yang dibutuhkan dan kelayakan usahanya. Persyaratan ini menunjukkan bahwa yang mengajukan peminjaman dana harus sudah punya pengalaman
di bidang usaha yang ditekuninya minimal satu tahun. Artinya, pinjaman dana yang diajukan tidak untuk membuka usaha atau kegiatan baru, tetapi
lebih pada pengembangan dan peningkatan usaha yang telah ada. Proposal yang diajukan ke pihak PTPN III, sifatnya perseorangan
per kegiatan usaha atau juga atas nama kelembagaan. Dalam implemetasi Program Kemitraan belum melibatkan pemerintahan setempat Kepala
DesaLurah, meskipun demikian, pihak perusahaan sudah berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak pemerintah KabupatenKota dalam
implementasinya untuk menghindari terjadinya pemberian dana bantuan yang tumpang tindih antara pemerintah dengan pihak perusahaan. Proposal
yang sudah siap, diajukan oleh yang bersangkutan ke Distrik Manager. Proposal yang masuk ke Distrik Manager akan dievaluasi oleh tim yang
sudah terbentuk. Evaluasi meliputi kelengkapan administrasi yang disyaratkan, antara lain: ”jaminan atau agunan” peminjaman dana.
”Jaminan atau agunan” yang dilampirkan dalam proposal dapat berupa
Universitas Sumatera Utara
Surat Tanah minimal Surat Camat atau Notaris, BPKP kenderaan, dan lain-lain yang dapat menjadi jaminan
57
Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan kembali melakukan analisis kelayakan proposal yang diajukan dengan cara turun ke lapangan
untuk mengecek apakah proposal yang diajukan sesuai dengan kenyataan di lapangan dan besarnya jumlah dana yang dimohon layak dengan usaha
yang akan dikembangkan. Hasil analisis kelayakan tersebut akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan apakah proposal tersebut ”layak”atau ”tidak
layak” untuk dibantu. Hal lain yang dijadikan dasar pertimbangan untuk menyatakan apakah proposal yang diajukan ”layak” atau ”tidak layak”
adalah ketersediaan dana yang dimiliki oleh PKBL dan besar bantuan yang telah diprogramkan untuk masing-masing KabupatenKota yang
diprogramkan untuk mendapatkan batuan sebagai perwujudan dari tanggungjawab sosial PTPN III terhadap masyarakat. Besarnya bantuan
yang diprogramkan untuk masing-masing KabupatenKota antara lain .
Bila hasil evaluasianalisa yang dilakukan oleh Distrik Manager terhadap proposal yang diajukan oleh Calon Mitra Binaan telah memenuhi
persyaratan untuk selanjutnya pihak Distrik Manager akan meneruskan proposal tersebut ke Kantor Direksi yang berkedudukan di Kota Medan
melalui Bagian Umum. Selanjutnya Bagian Umum akan mengirim proposal tersebut ke Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan KBL.
57
Menurut Hasil wawancara dengan Krani PKBL yaitu japinde sihaloho tanggal 27 april 2014
Universitas Sumatera Utara
didasarkan pada luas areal PTPN III di masing-masing wilayah KabupatenKota tersebut.
Besar bantuan yang diberikan untuk Program Kemitraan ini sangat tergantung pada proposal yang diajukan dan kelayakan usaha yang sedang
digeluti yang bersangkutan. Bila memang dari hasil analisa usaha mitra yang bersangkutan layak untuk dibantu dengan jumlah yang besar pihak
PKBL siap untuk membantu. Gambaran proses implementasi program kemitraan sebagaimana diuraikan di atas menunjukkan bahwa
implementasi tanggungjawab sosial perusahaan CSR melalui program kemitraan sangat tergantung pada proposal yang masuk pada Bagian
PKBL, tentunya yang sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Program PKBL.
Bila proposal yang diajukan oleh calon mitra dinyatakan layak untuk dibantu, maka sebelum proses pencairan bantuan dilakukan, pihak
PKBL terlebih dahulu melakukan pelatihan ”Manajemen Kewirausahawan” selama dua hari kepada seluruh mitra yang akan
diberikan bantuan pinjaman modal. Informan kunci yaitu Krani PKBL Japinde Sihaloho menyebutkan bahwa :
“….Tujuan dari pelatihan ”Manajemen Kewirausahawan” adalah agar mitra yang diberikan bantuan mampu memaksimalkan
usahanya dan mampu membuat pembukuan keuangan usahanya, serta membuat laporan keuangan selama 3bulan kepada pihak
perusahaan sebagai bagian dari kewajiban mitra terhadap perusahaan PTPN III.”
Wawancara dengan Japinde Sihaloho Tanggal 27 April 2014
Universitas Sumatera Utara
Bantuan yang diberikan oleh perusahaan PTPN III pada Mitra Binaan melalui Program Kemitraan ini adalah dalam bentuk pinjaman
uang. Mekanisme penyaluran dan pengembaliannya hampir menyamai mekanisme Lembaga Perbankan Formal seperti Bank. Proses pencairan
bantuan pinjaman disalurkan kepada mitra melalui rekening Bank yang dimiliki oleh Mitra Binaan. Proses pencairan melalui rekening Bank ini
menurut informan bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam penyaluran bantuan pinjaman
tersebut, seperti pemotongan bantuan pinjaman oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab
58
.
58
Hasil Observasi april 2014
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1 Proses pengajuan pinjaman
Sumber: Siti Harum Munthe. 2014
Pengajuan proposal ke Distrik Asahan
Evaluasi proposal oleh tim evaluasi di Distrik Asahan
Proposal Dikirim ke kantor di direksi yaitu ke Bagian Kemitraan
dan Bina Lingkungan KBL.
Usaha yang dinyatakan layak mendapat pinjaman maka diberi
pelatihan ”Manajemen Kewirausahawan
KBL yang menentukan layaktidak layak dibantu
usaha kecil tersebut KBL menganalisis kelayakan
proposal dengan turun
langsung
Pencairan dana
melalui rekening Bank yang
dimiliki oleh Mitra binaan
Universitas Sumatera Utara
Implementasi dari tanggungjawab sosial perusahaan CSR melalui program kemitraan kepada masyarakat UMKM bukanlah dalam bentuk hibah, melainkan
dalam bentuk pinjaman, dan peneliti menyebutnya dengan istilah ”bantuan pinjaman”. Istilah ini penelitian buat karena bantuan yang diberikan sifatnya adalah pinjaman,
namun pinjaman tersebut bersifat ”bantuan” karena pinjaman tersebut bunganya relatif rendah hanya sebagai jasa administrasinya, yaitu: 6 persen pertahun 0,5 persen
per bulan dan dikembalikan dalam jangka waktu 36 bulan 3 tahun. Tidak seperti pada lembaga Perbankan Formal Bank dimana cicilan kredit langsung dibayarkan
setelah satu bulan peminjaman, bantuan pinjaman yang diberikan PTPN III baru akan dicicil setelah tiga 3 bulan pinjaman disalurkan, sehingga relatif meringankan bagi
penerima bantuan pinjaman. Bantuan pinjaman diberikan bertujuan agar, dana yang dikembalikan oleh mitra dapat digulirkan kepada calon mitra-mitra lain yang masih
antri mengharapkan bantuan pinjaman tersebut. Kemudahan dalam proses pengajuan bantuan pinjaman dana program
kemitraan tercermin dari bagan 1.2 dan Struktur organisasi yang ada di PTPN III ini rentang kendalinya tidak begitu panjang sehingga memudahkan dalan proses realisasi
program kemitraan. Struktur ini pula yang mempengaruhi mudah tidaknya prosedur pengajuan proposal mengenai kemitraan di PTPN III tersebut.
Hal ini tercermin dari hasil wawancara dengan Bapak Agus Salim Lubis bahwa :
“Prosedur pengajuan proposal sangat mudah dan syarat-syarat untuk menjadi Mitra Binaan juga mudah dipenuhi. Jika masyarakat memiliki
kesulitan seperti membuat proposal sesuai dengan ketentuan maka pihak PKBL PTPN III siap membantu. Dan saya hanya perlu ke bagian PKBL untuk
mengurus semua keperluannya, hal ini sangat memudahkan.” Wawancara dengan Bapak Agus Salim Lubis Tanggal 29 April 2014
Universitas Sumatera Utara
Prosedur pengajuan untuk menjadi calon Mitra Binaan mudah untuk dilaksanakan. Hal ini berarti bahwa PTPN III tersebut dapat dikatakan mampu untuk
menghindari birokrasi yang berbelit-belit red tape dalam mengimplementasikan
program kemitraan dan bina lingkungan tersebut.
5 .6.1 Jaminan Sebagai Ikatan Moralitas Dan Kepercayaan Trust
Sebelum tahun 2003, jaminan surat tanah cukup Surat Tanah yang dibuat oleh Kepala Desa, namun kebijakan itu ternyata tidak membuat para Mitra Binaan memiliki
ikatan moralitas yang baik untuk mengembalikan bantuan yang diberikan. Akibatnya, bantuan yang diberikan pada Mitra Binaan, sebagian besar mencapai 90 persen tidak
dikembalikan ke perusahaan. Pengalaman tersebut membuat perusahaan merubah kebijakannya tentang jaminan, yaitu minimal Surat Camat atau Notaris untuk jaminan
Surat Tanah. Dengan berubahnya jaminan tersebut, sejak tahun 2003, tingkat pengembalian bantuan oleh mitra menjadi lebih baik, dan dapat mencapai 80 persen
59
Menurut Agus Salim bahwa: .
Jaminan yang diberikan ini sifatnya hanyalah sebatas ikatan moralitas yang dapat memberikan dorongan moral agar yang bersangkutan dapat mengembalikan
bantuan yang diberikan sehingga dana tersebut dapat diteruskan pada mitra-mitra lainnya yang juga sangat membutuhkan. Dan jika calon Mitra Binaan tidak memiliki
agunan maka perusahaan memberikan banyak kemudahan dengan memperbolehkan menggunakan agunan milik keluarga dengan syarat membawa surat kuasa dari pihak
keluarga.
59
Menurut Hasil wawancara dan observasi dengan Krani PKBL yaitu japinde sihaloho tanggal 27 april 2014
Universitas Sumatera Utara
“ ….jaminan yang harus disediakan tidak memberatkan dan hal itu wajar dan saya menganggap itu sebagai motivasi agar dapat mengembalikan pinjaman yang
telah diberikan PTPN III.” Wawancara Dengan Agus Salim Tanggal 29 April 2014
Keyakinan trustor perusahaan terhadap keyakinan relasinya Mitra Binaan
pada yang lain. Keyakinan ini mempunyai bentuk keputusan pada trust atau no trust,
terhadap trustee. Wujud model pertama ini antara lain ability ketrampilan kelompok,
benelovence persepsi terhadap tujuan positif trustee pada trustot, dan integrity kejujuran dan keterbukaan
60
5.7. Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III dalam
Memberdayakan UMKM
. Sejak tahun 2003 perusahaan tidak memiliki kepercayaan
no trust untuk memberikan bantuan tanpa adanya jaminan Surat Camat atau Notaris untuk jaminan Surat Tanah sebab berdasarkan pengalaman pengembalian
pinjaman sangat rendah hampir 90 persen tidak dikembalikan. Dengan keputusan yang dibuat perusahaan untuk “
no trust” maka terjadi keterikatan moral untuk mengembalikan pinjaman. Jaminan yang mengikat mereka untuk lebih termotivasi
dalam mengembalikan pinjaman lunak program kemitraan.
Kemitraan seperti tercantum dalam UU N. 20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas
dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Kerjasama yang terjadi disini adalah kerjasama antara pihak PTPN III dengan beberapa wirausahawan yang ada
60
Meyer Davis 1995. Journal Academy of Management Review, 1995. Vol.20, No. 3. P. 718.
Universitas Sumatera Utara
ataupun yang bertempat tinggal di dekat kantor PTPN III tersebut. Kerjasama ini dilakukan dengan memberikan bantuan dana pinjaman lunak kepada wirausaha dengan
membebankan bunga sebesar 6 per tahun. Bunga tersebut digunakan oleh pihak PTPN sendiri untuk biaya administrasi. Penetapan bunga sebanyak 6 tersebut sesuai dengan
Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05MBU2007 sebagai berikut : 1. Jasa Administrasi Program Kemitraan sebesar 6 tahun dari limit pinjaman
2. Berdasarkan prinsip jual beli yang disetarakan dengan marjin 6 per tahun 3. Atau berdasarkan prinsip bagi hasil 10 10:90 sd maksimal 50 50:50
5.7.1. Rendahnya Transparansi Informasi Program Kemitraan
Pelaksanaan suatu program tidak dapat terlepas dari proses komunikasi yang terjalin baik awal dan akhir. Komunikasi bisa menentukan suatu kesuksesan suatu
program. Komunikasi adalah hal penting dalam penyaluran program kemitraan. Sosialisasi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang efektif untuk
memberitahukan informasi kepada masyarakat mengenai program-program yang ada di PTPN III itu sendiri, khususnya informasi mengenai program kemitraan. Untuk
komunikasi awal tentang program kemitraan masyarakat tidak diberi sosilisasi atau ada pemberitahuan secara resmi tentang program kemitraan bagi usaha kecil disekitar
baik melalui spanduk, koran, dan baliho.
Seperti penuturan informan yaitu Dedi hari sahputra bahwa: “….
Informasi awal tentang program kemitraan PTPN III didapat karena adanya faktor kedekatan dengan orang yang didalam perusahaan
seperti teman atau saudara, ataupun masyarakat sekitar yang telah ikut dalam program kemitraan di PTPN III. Informasi hanya dari mulut ke mulut mouth
to mouth. Kecenderungan informasi tertutup.” Wawancara dengan Dedi hari sahputra Tanggal 28 April 2014
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan informan diatas jelas bahwa Masyarakat mengetahui program kemitraan melalui teman-teman atau saudara yang ada di dalam perusahaan ataupun
masyarakat sekitar yang telah ikut dalam program kemitraan di PTPN III. Informasi yang didapat bukan dari sosialisasi melainkan informasi dari keluarga dan teman atau
pun rekan kerja mereka. Informasi bersifat mouth to mouth yakni dari keluarga dan
teman ataupun rekan dari Mitra Binaan tersebut. Perusahaan memiliki anggapan bahwa masyarakat mengetahui program
kemitraan sehingga sosialisasi tidak diperlukan. Seperti penuturan Informan kunci yaitu Japinde Sihaloho sebagai Krani pkbl bahwa:
“…Pada tahun 2004 sosialisasi pernah dilaksanakan satu kali dan sekarang tidak ada lagi sosialisasi. Perusahaan mengganggap bahwa
masyarakat sudah tahu tentang program kemitraan yang mempunyai program memberikan pinjaman kepada usaha kecil yang ada disekitar perusahaan jadi
tidak diperlukan sosialisasi.” Wawancara dengan Japinde Sihaloho Tanggal 27 April 2014
Pada kenyataannya Masyarakat sekitar sebagai sasaran program kemitraan kelompok sasaran kebijakan tidak mendapatkan informasi yang seharusnya mereka
ketahui secara jelas clarity tentang proram kemitraan PTPN III bahwa PTPN III
memberikan pinjaman lunak kepada UMKM melalui program kemitraan kepada masyarakat sekitar perusahan sebagai institusi bisnis yang mempunyai wujud tanggung
jawab sosial.
5.7.2. Inkonsistensi Waktu Jadwal Pelaksanaan Program Kemitraan
Untuk konsistensi jadwal pelaksanaan program kemitraan yaitu penerimaan calon Mitra Binaan tergantung pada besarnya dana PKBL besarnya laba BUMN 2,
lancarnya pengembalian pinjaman Mitra Binaan, dan besarnya bantuan yang
Universitas Sumatera Utara
diprogramkan untuk masing-masing KabupatenKota antara lain didasarkan pada luas areal PTPN III di masing-masing wilayah KabupatenKota tersebut
61
. Untuk mengatasi hal ini PTPN III selalu menerima proposal yang diajukan untuk kemudian
diuji kelayakannya oleh pihak Distrik Asahan sehingga pada saat ada pemberitahuan dari kantor direksi PTPN III bahwa ada jadwal penerimaan calon Mitra Binaan maka
pihak pihak PTPN III Distrik Asahan langsung memberikan proposal yang telah diuji kelayakannya oleh pihak Distrik Asahan Distrik Asahan memasukkan proposal yang
layak ke dalam daftar tunggu jadwal penerimaan calon Mitra Binaan pada saat jadwal penyerahan proposal
62
Selanjutnya setelah Calon Mitra Binaan menjadi Mitra Binaan maka Mitra Binaan membayar 3 bulan kemudian setelah pencairan dana pinjaman dan dihitung
sebagai bulan pertama pembayaran cicilan pinjaman calon Mitra Binaan ke kantor direksi PTPN III. Jadwal survey
bagian operasional dan tim untuk studi kelayakan ke lapangan semua itu akan di informasikan labih lanjut kepada pihak calon Mitra Binaan terkhusus untuk jadwal
penagihan uang mitra sudah ditentukan setiap bulan.
63
61
Dalam satu tahun bisa 1,2 dan 3 kali penerimaan calon mitra binaan.
62
Jadwal penyerahan proposal ke Distrik Asahan tidak ada, semua proposal diajukan diuji kelayakannya dan masuk dalam daftar tunggu.
63
dalam jangka waktu maksimal cicilan 36 bulan ditambah 3 bulan pertama tidak dihitung jadi total jangka watu 39 bulan.
. Hal ini untuk meringankan Mitra Binaan diawal pembayaran. Dan pembayaran langasung dikutip oleh petugas
khusus penagihan setiap bulan atau ditransfer. Jika Mitra Binaan mengalami keterlambatan atau penunggakan pembayaran maka tidak ada denda. Selain itu
Perusahaan juga memberikan banyak kemudahan yaitu jika mengalami penunggakan
Universitas Sumatera Utara
maka dapat diberikan keringanan dengan memperkecil cicilan dan menambah waktu pembayaran memberikan tambahan bulan.
5.7.3. Aktor pelaksana PKBL
Tanpa memandang seberapapun jelas dan konsistennya perintah pelaksanaan dan tanpa memandang seberapapun akuratnya perintah tersebut ditranmisikan, jika
kekurangan sumber daya maka pelaksanaan tidak akan efektif. Pertama, Sumber daya manusia staff adalah mereka yang secara langsung
terlibat di dalam proses pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan yaitu distrik manajer, kepada bidang, staf urusan dan kepala pelaksana. Sementara itu yang
melaksanakan ataupun bagian operasional untuk menangani program ini hanya 1 orang saja, yaitu Krani PKBL.
Didalam struktrur Krani PKBL terletak di bawah Kabid Umum dan disebut Krani-1 Administrasi Keuangan Umum. Krani Umum ini menangani mulai dari
masalah PKBL, asuransi, dan urusan humas lainnya. Walaupun yang melaksanakan ataupun bagian operasional untuk menangani
program ini hanya 1 orang saja yaitu Krani Umum, Perusahaan merasa hal itu tidak merupakan masalah sebab dalam pelaksanaannya ada yang disebut “Tim survey” yang
membantu Krani PKBL untuk menguji atau mengidentifikasi kelayakan suatu proposal sebelum masuk ke daftar tunggu. Kemudian diserah kepada kantor direksi pusat
untuk menentukan keputusannya. Tim survey dari PKBL DASAH beserta Krani PKBL yang mendatangi untuk
mengidentifikasi kelayakan usaha untuk berpartisipasi dalam Program Kemitraan. Tim survey
ini dibentuk
tidak
Universitas Sumatera Utara
melalui mekanisme yang jelas. Dari sini terlihat bahwa pelaksanaan PKBL belum menjadi sesuatu agenda khusus perusahaan
64
5.7.4. Sikap dan Komitmen Pelaksana Program Kemitraan
.
Kecenderungan sikap atau perilaku para pelaksana yang diwujudkan dalam tingkah laku seperti keadilan, kesopanan, dll. Komitmen yang tinggi serta kejujuran
agar program kemitraan dapat terwujud sesuai dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Kejujuran mengarahkan pelaksana agar tetap berada dalam garis aturan.
Sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana program kemitraan dalam melaksanakan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan. Sikap atau perilaku sangat berpengaruh dalam pelaksanaan program. Dalam pelaksanaan program kemitraan ini penyaluran dana dilakukan secara
jujur dan objektif. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Suprianto yaitu : “…Sikap dari pelaksana program kemitraan baik dan sesuai dengan
aturan sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab. Tingkah laku seperti sopan santun juga tergambar dari cara dia berkomunikasi yang
bersikap terbuka.” Wawancara dengan Bapak Suprianto Tanggal 29 April 2014
Sifat tanggap dari pelaksana program kemitraan tersebut membuat para Mitra Binaan menjadi lebih nyaman untuk berkomunikasi dengan pelaksana program
kegiatan, sehingga nantinya kehidupan harmonis antara pelaksana dan Mitra Binaan diharapkan dapat tercapai.
64
Hasil observasi
Universitas Sumatera Utara
Seorang calon Mitra Binaan menunggu dalam waktu yang lama untuk menjadi Mitra Binaan sebab proses seleksi yang dilakukan oleh pihak PTPN III
mempertimbangakan banyak hal penting khususnya mengenai prospek usaha tersebut ke depannya
65
65
Hal ini terlihat dari syarat bahwa usaha tersebut telah berjalan minimal 1 tahun, tujuannya bukan untuk membuka usaha tetapi pengembangan usaha.
.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PEMBERDAYAAN DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM KEMITRAAN
PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III 6.3.
Rendahnya Pelatihan dan Pendampingan Usaha
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berprestasi dalam kegiatan
sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas – tugas kehidupannya
66
Pelaksanaan program kemitraan dalam rangka strategi pemberdayaan untuk pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM tidak bisa hanya
dibidang permodalan saja, namun juga harus berorientasi secara keseluruhan atas kebutuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM baik secara individu maupun
kelompok termasuk mendasarkan pada potensi sumberdaya manusianya. Pemberdayaan UMKM sebagai suatu rencana yang harus direncanakan serius dan
lebih memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat pelaku UMKM mampu mengembangkan komunikasi antar mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat
saling berdiskusi secara kontruktif dan mengatasi permasalahan yang ada .
67
Disamping memberikan pinjaman dana program kemitraan PTPN III juga memberikan pelatihan dan pembinaan pada Mitra Binaannya. Pelatihan tersebut
.
66
Edi Suharto. Op. cit hal 59
67
Loc. Cit
Universitas Sumatera Utara
mencakup pelatihan manajemen produksi, pelatihan pemasaran dan pembinaan motivasi. Pelatihan yang hanya dilaksanakan pertama kali sebelum pencairan dana
pinjaman selama 3 hari di Sei Karang, Galang. Menurut Syarifuddin Mustofa Hsb S.kom bahwa:
“…Pelatihan yang hanya dilaksanakan pertama kali sebelum pencairan dana pinjaman selama 3 hari tidak cukup karena
pembinaanpelatihan harus dilakukan dengan pemantauanpengawasan rutin. Ketika Mitra Binaan mengalami masalah maka PTPN III sebagai BUMN
Pembina dapat membuka ruang diskusi forum discoussion untuk mencari solusi dari masalah-masalah yang dihadapi agar sesame Mitra Binaan dapat
saling member masukan dan saling membantu sehingga komunitas UMKM Mitra Binaan dapat memiliki kekuatan, ketangguhan, berdaya. Inilah
seharusnya yang disebut pemberdayaan. Tetapi PTPN III tidak melakukan itu semua, mereka hanya menagih pembayaran cicilan pinjaman tanpa bertanya
apa masalah yang dihadapi dan bagaimana perkembangan usahanya. Seperti saya dan beberapa teman saya yang saya tahu mengalami kesulitan seperti
saya dalam perkembangan usaha, modal yang tertanam dan saya tidak tahu harus bagaimana menghadapinya dan pihak PTPN III hanya menagih tanpa
bertanya.” Wawancara dengan Bapak Bapak Syarifuddin Mustofa S.Kom Tanggal 29
April 2014
Pemberdayaan dilakukan dengan pelatihan, artinya setiap Mitra Binaan di latih untuk dapat menjalankan kegiatan usahanya lebih baik lagi dengan mendatangkan
motivator-motivator yang berpengalaman. Pelatihan seharusnya dilakukan secara berkelanjutan agar Mitra Binaan benar-benar dapat menjalankan usahanya sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan. Pelatihan ini dapat dilaksanakan secara bekerjasama dengan lembaga-lembaga pelatihan dan ketrampilan, perguruan tinggi,
Universitas Sumatera Utara
ataupun dengan dinas intansi pemerintah yang sesuai dengan pelatihan dan pembinaan yang diberikan. Seperti bekerjasama dengan perguruan tinggi yang
memiliki program pendidikan dan pelatihan kewirausahaan. Pada kasus permasalahan yang dialami Mitra Binaan tidak ada komunikasi
lanjutan follow up agar pihak BUMN Pembina mengetahui apa yang menjadi
masalah dari Mitra Binaannya sehingga menunggak atau terlambat. Tidak adanya pendampingan inilah harus menjadi catatan bagi BUMN Pembina. Padahal untuk
beberapa kasus selain bantuan dana yang dibutuhkan Mitra Binaan adalah pelatihan dan pendampingan usaha.
Seperti hasil wawancara dengan Bapak Bapak Syarifuddin Mustofa S.Kom bahwa:
“…Tidak adanya pendampingan usaha seperti pemantauan rutin dari PTPN III BUMN Pembina merupakan kendala dalam berkembang terutama
usaha kecil yang sedang bermasalah tertunggak pembayaran pinjaman dari program kemitraan. Saya berharap PTPN III BUMN Pembina dapat
memberdayakan Mitra Binaannya karena pada dasarnya Program Kemitraan adalah program tanggung jawab sosial perusahaan jadi BUMN bukan hanya
memberikan uang pinjaman dan pelatihan diawal lalu lepas tangan. PTPN III sebagai BUMN Pembina harus memberdayakan dengan turut memberikan
pemantauan rutin dan memberikan pelatihan sehingga permasalahan UMKM seperti kami dapat teratasi membantu menyelesaikan permasalahan UMKM
juga.” Wawancara dengan Bapak Bapak Syarifuddin Mustofa S.Kom Tanggal 29
April 2014
Dari komunikasi awal dan akhir yang terjalin antara PTPN III sebagai BUMN Pembina dan Mitra Binaan BUMN jelas bahwa komunikasi satu arah tidak ada
hubungan timbal balik. Komunikasi adalah hal penting dalam penyaluran program kemitraan. Tanpa komunikasi yang baik maka perusahaan tidak dapat mengetahui
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan Mitra Binaan atau kelemahan dari program kemitraan yang sedang dilaksanaan atau telah dilaksanakan. Permasalahan yang penunggakan pembayaran
pinjaman adalah bukti bahwa beberapa UMKM mengalami masalah. Permasalahan yang dihadapi Mitra Binaan perlu mendapatkan perhatian lebih dan BUMN Pembina
harus lebih memantau rutin dan menanyakan serta memberikan solusi atas masalah yang dihadapi UMKM seperti diskusi antara UMKM dengan pihak BUMN Pembina.
Pembinaanpelatihan berupa pendampingan langsung atau khusus kepada Mitra Binaan tentu perlu dilakukan mengingat bahwa pemberdayaan harus bersifat
berkelanjutan. PembinaanPelatihan bisa dibantu oleh Mitra Binaan yang telah berhasil atau selesai sehingga dapat berbagi ilmu dan memandirikan sesama UMKM.
Keberlanjutan adalah suatu kondisi dimana Mitra Binaan yang telah mendapat dana pinjaman lunak menjadi lebih mandiri. Artinya, di masa yang akan datang, Mitra
Binaan yang mandiri ini akan mengambil peran dari PTPN III untuk memberikan binaan kepada pihak lain.
Diharapkan Mitra Binaan akan mampu memberikan bantuan kepada pihak lain setelah habis masa waktu untuk menjadi Mitra Binaan PTPN III tersebut
demi keberlanjutan program kemitraan turut membantu Mitra Binaan baru.
6.4. Dampak Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III
dalam Memberdayakan UMKM
Bidang Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III melaksanakan program kemitraan untuk memberdayakan UMKM.
Setiap pelaksanaan program pasti ada dampak yang ditimbulkannya. Seperti
dampak sosial dan dampak
Universitas Sumatera Utara
ekonomi yang ditimbulkan dari pelaksanaan program kemitraan terhadap usaha kecil menengah.
Dampak sosial meliputi perencanaan kegiatan usaha, menejemen keuangan, Meningkatkannya pendidikan anak Mitra Binaan dan Membuka lapangan pekerjaan:
Menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar. Dampak ekonomi meliputi pendapatan, modal dan biaya para Mitra Binaan usaha kecil menengah sebelum dan sesudah
mengikuti program kemitraan di PT. Perkebunan Nusantara III.
1. Dampak Sosial