Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum

C. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum

Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, dan sentral- desentral. Dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi, kurikulum disusun oleh sesuatu tim khusus di tingkat pusat. Kurikulum bersifat uniform untuk seluruh negara, daerah, atau jenjang/jenis sekolah.

Di Indonesia dewasa ini terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah digunakan model Mi. Kurikulum untuk Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Umum, dan Sekolah Menengah Kejuruan pada prinsipnya seragam. Pengembartgan kurikulum tersebut sudah tentu memiliki tujuan dan latar belakang tertentu yang sangat mendesak dan mendasar.

Tujuan utama pengembangan kurikulum yang uniform ini adalah untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta memberikan standar

penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah. Hal itu dilatarbelakangi oleh beberapa kondisi. Pertama, wilayah negara Indonesia luas sekali, terbentuk atas pulau-pulau yang satu sama lain letaknya berjauhan dan terpisahkan oleh laut. Kedua, kondisi dan karakteristik tiap daerah berbeda-beda, ada yang sudah maju sekali dan ada yang sangat terbelakang, ada daerah tertutup ada yang terbuka, ada daerah kaya dan daerah miskin dan sebagainya. Ketiga, perkembangan dan kemampuan sekolah juga berbeda- beda. Ada sekolah yang sudah mapan mampu berdiri sendiri dan melakukan pengembangan sendiri, karena memililci personalia, fasilitas yang memadai, dan manajemen yang mapan. Sekolah yang lain kondisinya sangat memprihatinkan, karena segalanya masih berada pada tingkat darurat. Jumlah yang demikian ini tampaknya jauh lebih banyak dibandingkan dengan sekolah yang telah mapan. Keem pat, adanya golongan atau kelompok tertentu dalam masyarakat, yang ingin mengutamakan golongan atau kelompoknya dan menggunakan sekolah sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut.

Model pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi mempunyai beberapa kelebihan di samping juga kelemahan. Kelebihannya selain mendukung terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, dan tercapainya standar minimal penguasaan/perkembangan anak, juga model ini mudah dikelola, dimonitor dan dievaluasi, serta lebih hemat dilihat dari segi biaya, waktu, dan fasilitas. Hal-hal di atas tampaknya sesuai dengan kondisi dan tahap perkembangan negara kita dewasa ini.

Model pengembangan ini memiliki beberapa kelemahan. Pertama, menyeragamkan kondisi yang berbeda-beda keadaan dan tahap perkem- bangan intelek, alam dan sosial budayanya, sukar sekali. Penyeragaman dapat menghambat kreativitas, dapat memperlambat kemajuan sekolah yang sudah mapan dan menyeret perkembangan sekolah yang masih terbelakang. Penyeragaman yang sangat jauh dari kondisi dan sifat sesuatu wilayah akan menghambat kepesatan perkembangan wilayah tersebut. Kedua, ketidakadilan dalam menilai hasil. Dalam kurikulum yang seragam, penilaian sering dilakukan secara seragam pula. Yang dimaksudkan dengan seragam dalam penilaian yaitu kesamaan di dalam segi yang dinilai, prosedur dan alat penilaian serta standar Model pengembangan ini memiliki beberapa kelemahan. Pertama, menyeragamkan kondisi yang berbeda-beda keadaan dan tahap perkem- bangan intelek, alam dan sosial budayanya, sukar sekali. Penyeragaman dapat menghambat kreativitas, dapat memperlambat kemajuan sekolah yang sudah mapan dan menyeret perkembangan sekolah yang masih terbelakang. Penyeragaman yang sangat jauh dari kondisi dan sifat sesuatu wilayah akan menghambat kepesatan perkembangan wilayah tersebut. Kedua, ketidakadilan dalam menilai hasil. Dalam kurikulum yang seragam, penilaian sering dilakukan secara seragam pula. Yang dimaksudkan dengan seragam dalam penilaian yaitu kesamaan di dalam segi yang dinilai, prosedur dan alat penilaian serta standar

Terlepas dari pro dan kontra, kelebihan dan kekurangannya kita akan mencoba melihat peranan guru di dalamnya. Peranan guru baik dalam model sentralisasi maupun desentralisasi dapat dilihat dalam tiga tahap, yaitu tahap perancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Kurikulum juga dapat dilihat dalam lingkup makro dan juga mikro. Pengembangan kurikulum pada tahap perancangan berkenaan dengan seluruh kegiatan menghasilkan dokumen kurikulum, atau kurikulum tertulis. Pelaksanaan kurikulum atau disebut juga implementasi kurikulum, meliputi kegiatan menerapkan semua rancangan yang tercantum dalam kurikulum tertulis. Evaluasi kurikulum merupakan kegiatan menilai pelaksanaan dan hasil-hasil penggunaan suatu kurikulum. Kurikulum makro yaitu kurikulum yang menyeluruh meliputi semua komponen, atau meliputi seluruh wilayah, atau seluruh siswa pada jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum mikro merupakan jabaran atau rincian dari kurikulum makro, atau rancangan bagi pelaksanaan pengajaran di kelas. Kedua dimensi pengembngan kurikulum tersebut dapat dilihat pada Bagan 10.2 Bagan 10.2 Tahap dan Lingkup Pengembangan Kurikulum

1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi

Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mernpunyai peranan dalam perancangan, dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim atau komisi khusus, yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kuri- kulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kuriku- lum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, satu catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa hari saja. Kurikulurn untuk saw tahun, satu semester atau satu catur wulan disebut juga program tahunan, semesteran, catur wulanan, sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu atau hari, disebut satuan pelajaran. Program tahunan, semesteran, catur wulanan, ataupun satuan pelajaran memiliki kornponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran, dan evaluasi, hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda.

Menjadi tugas gurulah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi, serta menyusun program dan alat evaluasi yang tepat. Suatu kurikulum yang tersusun sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan berstruktur, tetapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.

Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu memilih dan menciptakan situasi-situasi belajar yang menggairahkan siswa, mampu memilih dan melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, bahan pelajaran dan banyak mengaktifkan siswa. Guru hendaknya mampu memilih, menyusun dan melaksanakan evaluasi, baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar siswa untuk menilai efisiensi pelaksanannya itu sendiri.

Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan pengajarannya. Ia juga hendaknya melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan pengajarannya. Ia juga hendaknya melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi

2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi

Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah atau sekolah-sekolah tersebut. Dengan demikian kurikulum terutama isinya sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri, tetapi kurikulum ini cukup realistis.

Bentuk kurikulum seperti ini mempunyai beberapa kelebihan di •samping juga kekurangan. Kelebihan-kelebihannya, di antaranya (1) kurikulum sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat, (2) kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemarnpuan sekolah, baik kemampuan profesional, finansial maupun manajerial, (3) disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya, (4) ada rnotivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru) untuk mengembangkan din, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.

Beberapa kelemahan bentuk kurikulum ini, adalah: (1) tidak adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat, (2) tidak adanya standar penilaian yang sama, sehingga sukar untuk diperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah lainnya, (3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah/ wilayah lain, (4) sukar untuk mengadakan pengelolaan dan penilaian secara nasional, (5) belum semua sekolah/daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.

Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan, yaitu bentuk sentraldesentral. Beberapa waktu yang lampau di Perguruan Tinggi di Indonesia digunakan model pengembangan kurikulum yang sifatnya desentralisasi. Tiap universitas, institut, atau akademi mempunyai otonomi untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri, satu berbeda dengan yang lainnya. Dewasa ini kadar desentralisasinya agak berkurang, dengan adanya usaha-usaha ke arab penyeragaman. Untuk beberapa perguruan tinggi sejenis dikembangakan kerangka kurikulum dan kelompok- kelompok mata kuliah atau program inti yang seragam. Sebagai contoh, pada IKIP atau FKIP ada kelompok-kelornpok mata kuliah dasar umum, dasar keguruan, dan proses belajar mengajar yang seluruhnya seragam, ditentukan atau disusun bersama di tingkat nasional. Perbedaan antara suatu IKIP dengan IKIP lainnya adalah pada kelompok mata kuliah kejuruan atau spesialisasi. Bentuk kurikulum yang berlaku pada IKIP, FKIP ini mungkin dapat diklasifikasikan sebagai kurikulum sentralisasi- desentralisasi.

Dalarn kurikulum yang dikelola secara desentralisasi dan sampai batas- batas tertentu juga yang sentralisasi-desen-tralisasi, peranan guru dalam pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran kurikulum induk ke dalam program tahunan/semester/ catur wulan, atau satuan pelajaran, tetapi juga di dalarn menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalam merumuskan setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan seperti itu, mereka mempunyai perasaan turut memiliki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirirtya dalam pengembangan kurikulum.

Karena guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutserta- kan, mereka akan memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum di dalam kolas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagai pengguna, tetapi peren- cana, pemikir, penyusun, pengernbang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24