Guru sebagai Pembimbing Belajar

B. Guru sebagai Pembimbing Belajar

Telah dijelaskan bahwa dalam kurikulum dapat dibedakan antara official atau written curriculum dengan actual curriculum. Official atau written cur- riculum merupakan kurikulum resmi yang tertulis, yang merupakan acuan bagi pelaksanaan pengajaran dalam kelas. Actual curriculum merupakan kurikulum nyata yang dilaksanakan of eh guru-guru. Kurikulum nyata merupakan implementasi dari official curriculum di dalam kelas. Beberapa ahli menyatakan bahwa betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), hasilnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan oleh guru di dalam kelas (actual). Dengan demikian, guru memegang peranan penting baik dalam penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum.

Pada keempat konsep pendidikan yang telah diuraikan di muka terdapat perbedaan peranan atau kedudukan guru. Dalam konsep pendidikan klasik, guru berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu, sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan, guru adalah pelatih kemampuan. Dalam Konsep interaksional guru berperan sebagai mitra belajar, sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi, guru lebih berperan sebagai pengarah, pendorong dan pembimbing. Dalam praktik pendidikan di sekolah, jarang sekali digunakan satu konsep pendidikan secara utuh. Pada umumnya pelaksanaan pendidikan bersifat eklektik, mungkin mencampurkan dua, tiga bahkan mungkin keempat-empatnya. Model- model konsep pendidikan tersebut dalam praktik tidak lagi dipandang sebagai model pendidikan yang masing-masing eksklusif, tetapi dapat dipadukan atau minimal dihubungkan satu dengan yang lainnya. Yang tampak adalah variasi peranan guru dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Dalam keseluruhan proses belajar- mengajar atau pada suatu waktu tertentu mungkin salah satu peranan lebih menonjol dari yang lainnya. Keempat ragam peranan tersebut sesungguhnya dapat ditempatkan dalam satu kontinum, seperti pada Bagan 10.1

BAGAN 10.1 Ragam peranan guru dalam proses belajar-mengajar PENYAMPAIAN

PENGARAH PENGETAHUAN

Para pelaksana pendidikan termasuk guru sering tidak melihat keempat peranan tersebut terletak dalam kontinum. Mereka melihatnya sebagai dua ekstrem. Pada satu ujung guru berperan sebagai penyampai ilmu dan pelatih dalam arti drilling, dan pada ujung lain peran guru sebagai pengarah, pembimbing, pendorong, fasilitator, dan sebagainya. Praktik pendidikan yang memberikan peranan kepada guru hanya sebagai penyampai ilmu atau pelatih dianggap model lama, sedangkan yang memberikan peranan sebagai pengarah, pendorong, pembimbing dipandang model baru.

Pandangan sederhana dan polair seperti itu memang banyak ditemukan, bukan hanya dalam pendidikan dan pengajaran tetapi juga dalam bidang-bidang lain. Sebenarnya semua konsep pendidikan itu baik atau memiliki kebaikan- kebaikan tertentu, di samping kendala-kendala tertentu pula. Dalam praktik yang lebih penting adalah mempertimbangkan, konsep pendidikan mana yang paling tepat untuk mencapai tujuan tertentu bagi kelompok peserta didik tertentu, pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, dalam waktu dan kondisi tertentu pula. Sejalan dengan konsep pendidikan tersebut peran-peran apa yang tepat dimainkan oleh guru. Pada saat dan situasi tertentu peran menyampaikan materi pengetahuan memang tepat dan sangat diperlukan, tetapi pada saat lain latihan pengembangan kemampuan dengan menggunakan media pembelajaran mutakhir tepat, karena memang hal itu sangat diperlukan dan sarananya ada. Pada saat dan situasi lain pengarahan dan dorongan terhadap siswa dalam merencanakan, dan melaksanakan suatu kegiatan atau memecahkan suatu masalah adalah tepat, karena kondisinya mendukung. Jadi, sesungguhnya realisasi dari peranan guru tersebut sangat situasional, tidak ada yang berlaku umum.

Meskipun demikian ada satu hal yang menjadi acuan bagi guru, dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan serta peranan yang akan dimainkannya, yaitu siswa. Tujuan utama kegiatan guru dalam mengajar ialah mempengaruhi perubahan pola tingkah laku para siswanya. Perubahan ini terjadi karena guru memberikan perlakuan-perlakuan. Tepat tidaknya, efektif tidaknya perlakuan Meskipun demikian ada satu hal yang menjadi acuan bagi guru, dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan serta peranan yang akan dimainkannya, yaitu siswa. Tujuan utama kegiatan guru dalam mengajar ialah mempengaruhi perubahan pola tingkah laku para siswanya. Perubahan ini terjadi karena guru memberikan perlakuan-perlakuan. Tepat tidaknya, efektif tidaknya perlakuan

Untuk mencapai kedua tujuan di atas, diperlukan hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Guru perlu menyenangi siswanya, bersikap menerima, mengerti, dan membantu. Sebaliknya siswa juga harus menerima, menyenangi, dan menghormati gurunya. Kesukaan dan sikap positif siswa kepada guru, akan meningkatkan hasil belajar mereka. Antara siswa dan guru perlu terjalin kerja sama yang baik dalam belajar. Di samping itu, guru harus memberikan kesempatan, dan menciptakan suasana kelas yang bebas, untuk mendorong siswa memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi. Guru tak mungkin menjawab semua pertanyaan siswa. Kesempatan belajar yang diciptakan guru adalah agar merangsang siswa belajar, berpikir, melakukan penalaran, jadi memungkinkan siswa untuk belajar sendiri. Jadi, antara guru dan siswa harus tercipta hubungan sebagai mitra belajar. Minat dan pemahaman, timbal balik antara guru dan siswa akan memperkaya kurikulum dan kegiatan belajar-mengajar pada kelas bersangkutan.

Hasil dan kemajuan belajar yang dicapai siswa ditentukan juga oleh bentuk hubungan antara guru dan siswa, antara guru dan administrator, antara guru dan orang tua siswa. Hubungan guru dengan siswa menjadi syarat mutlak, bukan hanya dalam hubungan sebagai pembimbing dan yang dibimbing tetapi juga sebagai mitra belajar. Karena itu guru harus memahami siswa yang dibimbingnya dan sebaliknya siswa harus mengakui kewibawaan pembimbingnya. Hubungan antara guru dengan siswa harus didukung oleh hubungan yang sejalan antara guru dengan administrator dan guru dengan orang tua siswa. Hubungan guru dengan administrator haruslah bersikap terbuka, sehingga memungkinkan guru mencari jalan, berkreasi dan berani mencoba sendiri sesuatu usaha instruksional yang lebih baru yang dipandangnya lebih relevan dengan kegiatannya selaku guru. Antara keduanya juga tercipta hubungan sebagai mitra yang baik, tetapi dengan tugas yang berbeda. Administrator mengadakan bimbingan dan supervisi dengan Hasil dan kemajuan belajar yang dicapai siswa ditentukan juga oleh bentuk hubungan antara guru dan siswa, antara guru dan administrator, antara guru dan orang tua siswa. Hubungan guru dengan siswa menjadi syarat mutlak, bukan hanya dalam hubungan sebagai pembimbing dan yang dibimbing tetapi juga sebagai mitra belajar. Karena itu guru harus memahami siswa yang dibimbingnya dan sebaliknya siswa harus mengakui kewibawaan pembimbingnya. Hubungan antara guru dengan siswa harus didukung oleh hubungan yang sejalan antara guru dengan administrator dan guru dengan orang tua siswa. Hubungan guru dengan administrator haruslah bersikap terbuka, sehingga memungkinkan guru mencari jalan, berkreasi dan berani mencoba sendiri sesuatu usaha instruksional yang lebih baru yang dipandangnya lebih relevan dengan kegiatannya selaku guru. Antara keduanya juga tercipta hubungan sebagai mitra yang baik, tetapi dengan tugas yang berbeda. Administrator mengadakan bimbingan dan supervisi dengan

Semua kegiatan dan fasilitas yang dipilih serta peranan yang dilakukan guru harus tertuju pada kepentingan siswa, diarahkan pada memenuhi kebutuhan siswa, disesuaikan dengan kondisi siswa, dan siswa menguasai apa yang diberikan atau memperoleh perkembangan secara optimal.

Dalam mengoptimalkan perkembangan siswa, ada tiga langkah yang harus ditempuh. Pertama, mendiagnosis kemampuan dan perkembangan siswa. Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuan- kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya. Setiap peserta didik sebagai individu mempunyai kemampuan, kecepatan belajar, karakteristik dan problem-problem sendiri, yang berbeda dengan individu lainnya. Perkembangan yang optimal hanya mungkin dapat dicapai apabila kegiatan yang dilakukan siswa dan bantuan yang diberikan guru, disesuaikan dengan kondisi tersebut.

Kedua, memilih cara pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran yang betul-betul disesuaikan dengan perbedaan individual, harus pendekatan pembelajaran yang bersifat individual. Pendekatan demikian pernah dilaksanakan pada delapan PPSP dengan menggunakan sistem modul, tetapi karena alasan-alasan tertentu, PPSP dibubarkan dan metode tersebut tidak digunakan lagi. Konsep modul dan sistem belajar sendirinya masih dipakai pada SMP dan Universitas Terbuka. Di sekolah- sekolah biasa umumnya digunakan pendekatan yang bersifat klasikal. Dalam pendekatan klasikal sebenarnya tidak tertutup kemungkinan untuk memperhatikan perbedaan individual. Salah satu prinsip pengajaran yang efektif, adalah nnenggunakan pendekatan atau metode dan media yang bervariasi, "pendekatan multi metode-multi media". Dengan Kedua, memilih cara pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran yang betul-betul disesuaikan dengan perbedaan individual, harus pendekatan pembelajaran yang bersifat individual. Pendekatan demikian pernah dilaksanakan pada delapan PPSP dengan menggunakan sistem modul, tetapi karena alasan-alasan tertentu, PPSP dibubarkan dan metode tersebut tidak digunakan lagi. Konsep modul dan sistem belajar sendirinya masih dipakai pada SMP dan Universitas Terbuka. Di sekolah- sekolah biasa umumnya digunakan pendekatan yang bersifat klasikal. Dalam pendekatan klasikal sebenarnya tidak tertutup kemungkinan untuk memperhatikan perbedaan individual. Salah satu prinsip pengajaran yang efektif, adalah nnenggunakan pendekatan atau metode dan media yang bervariasi, "pendekatan multi metode-multi media". Dengan

Ketiga, kegiatan pembimbingan. Pemilihan .dan penggunaan metode dan media yang bervariasi tidak dengan sendirinya, akan mengoptimalkan perkembangan siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran tersebut perlu disertai dengan usaha-usaha pemberian dorongan, bantuan, pengawasan, pengarahan dan bimbingan dari guru. Pembimbingan ini diberikan pada saat kegiatan pembelajaran, atau di luar kegiatan pembelajaran. Pembimbingan juga dapat berupa usaha-usaha pemberian remedial teach- ing dan pengayaan.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24