Minat dan Motif Belajar
E. Minat dan Motif Belajar
Dalam perencanaan kurikulum sering dibedakan antara tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Seorang yang berpendirian lebih praktis lebih mengutamakan tujuan jangka pendek, yang dapat dicapai dengan penggunaan bahan yang singkat serta metode yang sederhana. Orang yang lebih ideal, lebih mengutamakan tujuan jangka panjang, karena tujuan jangka pendek tidak memberikan arah sama sekali. Kedua macam tujuan tersebut sama pentingnya dan diperlukan dalam pelaksanaan program. Tujuan jangka panjang merupakan tujuan akhir pendidikan (the end of education), penting, sebab merupakan sasaran akhir, Dalam perencanaan kurikulum sering dibedakan antara tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Seorang yang berpendirian lebih praktis lebih mengutamakan tujuan jangka pendek, yang dapat dicapai dengan penggunaan bahan yang singkat serta metode yang sederhana. Orang yang lebih ideal, lebih mengutamakan tujuan jangka panjang, karena tujuan jangka pendek tidak memberikan arah sama sekali. Kedua macam tujuan tersebut sama pentingnya dan diperlukan dalam pelaksanaan program. Tujuan jangka panjang merupakan tujuan akhir pendidikan (the end of education), penting, sebab merupakan sasaran akhir,
Pendidikan di Amerika Serikat dewasa ini sangat menekankan pada keunggulan (excellence). Masalahnya, untuk mencapai hal tersebut, apa yang harus diajarkan, bagaimana mengajarkannya serta bagaimana membangkitkan minat belajar murid. Pencapaian keunggulan bukan hanya bagi anak-anak yang cerdas tetapi juga ditujukan bagi anak-anak biasa. Konsep pendidikan atau pengajaran hanya dipersiapkan bagi anak ratarata agar sesuai bagi setiap kelompok anak, adalah kurang tepat. Persoalannya, bagaimana menyiapkan bahan pengajaran yang dapat merangsang minat belajar anak cerdas, tetapi juga tidak mematikan minat atau tetap mendorong minat belajar anak-anak yang tidak cerdas. Untuk mencapai cita-cita pendidikan unggul dibutuhkan kurikulum yang sesuai, pendidikan guru yang efektif, menggunakan alat-alat bantu pengajaran yang cukup serta diciptakan berbagai usaha pemberian motivasi.
Pembangkitan motif belajar pada anak, sukar dilaksanakan apabila proses belajar lebih menekankan pada satuan-satuan kurikulum, sistem kenaikan kelas, sistem ujian, serta mengutamakan kontinuitas dan pendalaman belajar.
Mengenai pemusatan perhatian dan minat belajar terletak dalam suatu kontinum yang bergerak dari sikap apatis atau sama sekali tidak menaruh minat sampai dengan yang sangat berminat. Minat atau perhatian belajar ini sangat berhubungan dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar juga bergerak dari yang aktif, yang berbentuk suatu proyek yang berisi kegiatan kompetitif, yang banyak membangkitkan minat belajar anak sampai dengan kegiatan yang bersifat excessive yakni setiap anak secara pasif menanti giliran penugasan, yang banyak memberikan kebosanan dan apatisme.
Pembangkitan minat belajar pada anak, ada yang bersifat sementara (jangka pendek), dan ada juga yang lebih bersifat menetap (jangka panjang). Terdapat perbedaan usaha untuk membangkitkan minat yang bersifat sementara dengan yang lebih bersifat menetap. Penggunaan film, audio visual aid, dan lain- lain dapat membangkitkan minat yang bersifat sementara. Untuk yang lebih berjangka lama, film, audio visual aid, dan lain-lain dapat menimbulkan Pembangkitan minat belajar pada anak, ada yang bersifat sementara (jangka pendek), dan ada juga yang lebih bersifat menetap (jangka panjang). Terdapat perbedaan usaha untuk membangkitkan minat yang bersifat sementara dengan yang lebih bersifat menetap. Penggunaan film, audio visual aid, dan lain- lain dapat membangkitkan minat yang bersifat sementara. Untuk yang lebih berjangka lama, film, audio visual aid, dan lain-lain dapat menimbulkan
Beberapa hal dapat diusahakan untuk membangkitkan motif belajar pada anak yaitu pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi anak, menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan untuk menemukan (discovery), menerjemahkan apa yang akan diajarkan dalam bentuk pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Sesuatu bahan pengajaran yang berarti bagi anak yang disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir anak, dan disampaikan dalam bentuk anak lebih aktif, anak banyak terlibat dalam proses belajar dapat membangkitkan motif belajar yang lebih berjangka panjang.
Salah satu sistem untuk membangkitkan motif belajar para siswa, yang sekarang sedang dikembangkan adalah yang disebut meritocracy. Meritocracy merupakan sistem pengajaran yang menekankan pada kompetisi atau persaingan. Dalam sistem meritocracy siswa mempunyai kesempatan untuk maju terus sesuai dengan prestasi belajar yang dicapainya. Posisi dalam sekolah selanjutnya ditentukan oleh record di sekolah sebelumnya. Kesempatan pendidikan selan- jutnya bahkan juga kesempatan pekerjaan selanjutnya, ditentukan oleh sukses sebelumnya. Dalam sistem meritocracy anak yang pandai dapat berkembang pesat, jauh meninggalkan teman-temannya, tetapi sebaliknya anak yang kurang pandai akan jauh tertinggal. Sistem meritocracy dapat membangkitkan motif yang sangat besar bagi anakanak yang pandai, tetapi dapat mematahkan semangat anak- anak yang kurang. Sistem meritocracy selain mempunyai beberapa kebaikan, juga mempunyai beberapa efek negatif terutama berkenaan dengan suasana belajar.
Efek yang kurang baik dalam suasana belajar dapat dikontrol dengan perencanaan yang matang.
Dalam sekolah yang menekankan sistem kompetitif, dibutuhkan usaha- usaha remedial terutama untuk anak-anak lambat belajar. Penyuluhan khusus sering dibutuhkan bukan saja oleh anak-anak yang lambat tetapi juga anak cepat. Remedial dan penyuluhan bukan satu-satunya jawaban untuk mengatasi masalah belajar yang bersifat kompetitif. Salah satu kelemahan sistem meritocracy adalah terlalu menekankan pada science dan teknologi, pelajaran yang berkenaan dengan humanisme kurang sekali. Hal itu dapat diatasi dengan menggunakan sistem pendidikan yang pluralistis. Pendidikan seni, musik, drama serta pendidikan humanitas lainnya sangat membantu untuk mencapai keseimbangan.