Pendidikan Guru
D. Pendidikan Guru
1. Masalah pendidikan guru Masalah pendidikan guru tidak dapat dilepaskan dari masalah pendidikan secara keseluruhan. Dalam pendidikan di Indonesia kita menghadapi dua masalah besar, yaitu masalah kuantitas dan kualitas pendidikan. Masalah pertama kuantitas pendidikan, berkenaan dengan penyediaan fasilitas belajar bagi semua anak usia sekolah. Hal itu berkenaan dengan penyediaan ruang kelas, gedung dan peralatan sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya.
Salah satu penyebab utama yang menuntut pengembangan kuantitas pendidikan adalah angka kelahiran. Meskipun persentasenya sudah semakin mengecil tetapi angka pertambahan kelahiran total masih cukup besar. Hal itu menyebabkan makin membesarnya jumlah calon murid ke sekolah dasar. Membesarnya jumlah murid SD dengan sendirinya mengakibatkan membesarnya juga jumlah siswa SLP, SLA, clan perguruan tinggi.
Sebab lain yang mendorong pertambahan calon siswa ke sekolah- sekolah adalah kebijaksanaan pemerintah yang memberikan kesempatan yang luas dalam pendidikan, terutama dengan diterapkannya wajib belajar sembilan tahun. Di samping itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan telah sernakin besar dan kemampuan ekonomi orang tua juga telah semakin baik.
Akibatnya sekolah-sekolah setiap tahun dihadapkan pada masalah melimpahnya calon murid yang semakin membengkak. Kecuali di sekolah dasar, pada daerah-daerah tertentu terjadi pengurangan jumlah murid, hal itu kemungkinan besar disebabkan keberhasilan program keluarga berencana. Telah disinggung sebelumnya bahwa pertarnbahan jumlah siswa tersebut selain menuntut penambahan ruang kelas, gedung, peralatan sekolah dan peralatan belajar, juga menuntut penambahan jumlah tenaga guru. Guru memegang peranan kunci bagi berlangsungnya kegiatan pendidikan. Tanpa kelas, gedung peralatan dan sebagainya proses pendidikan masih dapat berjalan walaupun dalam keadaan darurat, tetapi tanpa guru proses pendidikan hampir tak mungkin dapat berjalan. Dengan penambahan jumlah siswa tersebut dibutuhkan penambahan tenaga guru Akibatnya sekolah-sekolah setiap tahun dihadapkan pada masalah melimpahnya calon murid yang semakin membengkak. Kecuali di sekolah dasar, pada daerah-daerah tertentu terjadi pengurangan jumlah murid, hal itu kemungkinan besar disebabkan keberhasilan program keluarga berencana. Telah disinggung sebelumnya bahwa pertarnbahan jumlah siswa tersebut selain menuntut penambahan ruang kelas, gedung, peralatan sekolah dan peralatan belajar, juga menuntut penambahan jumlah tenaga guru. Guru memegang peranan kunci bagi berlangsungnya kegiatan pendidikan. Tanpa kelas, gedung peralatan dan sebagainya proses pendidikan masih dapat berjalan walaupun dalam keadaan darurat, tetapi tanpa guru proses pendidikan hampir tak mungkin dapat berjalan. Dengan penambahan jumlah siswa tersebut dibutuhkan penambahan tenaga guru
Masalah kedua yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah menyangkut kualitas. Masyarakat dan para ahli pendidikan banyak yang mensinyalir bahwa mutu pendidikan dewasa ini belum seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang mungkin melatarbelakangi hal tersebut. Selain masih kurangnya sarana dan fasilitas belajar yang tersedia, adalah karena faktor guru. Hal itu pun mungkin disebabkan dua hal, pertama guru belum atau tidak bekerja dengan sungguh-sungguh, dan kedua mungkin karena kemampuan profesional guru yang memang masih kurang. Banyak cara yang telah ditempuh dalam meningkatkan kompetensi guru, baik melalui pendidikan prajabatan (pre-service education), maupun pendidikan dalam jabatan (in-service training). Salah satu pendekatan yang telah dilaksanakan dalam pendidikan prajabatan adalah pendekatan kompetensi, sedangkan pelatihan dalam jabatan, salah satu program yang sampai sekarang masih berjalan adalah program bantuan pengembangan profesi.
2. Standardisasi pendidikan guru Ada beberapa prinsip yang perlu dijadikan pegangan dalam pengembangan pendidikan guru. Pertama, syarat untuk masuk ke lembaga pendidikan guru (tingkat universitas) harus standar, tetapi prosedurnya cukup fleksibel sehingga dapat menjaring calon-calon yang potensial dan cocok. Penerimaan didasarkan atas pertimbangan potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadi yang dim i liki yang sesuai dengan sifat jurusan /program yang dipilih. Kedua, program pendidikan guru hendakriya memiliki tiga komponen yang terintegrasi, yaitu pendidikan umum, minimal satu bidang spesialisasi, dan keahlian dalam kurikulum dan pengajaran. Ketiga, perkembangan calon guru dinilai selama program berlangsung dengan teknik penilaian yang bervariasi, seperti: tes tertulis, lisan, pengamatan praktik secara langsung dan melalui video, serta penilaian atas hasil kerja mereka. Hanya yang memperlihatkan hasil-hasil yang baiklah yang dapat diluluskan, yang lain perlu pembinaan lagi. Keempat, program pendidikan guru perlu diakreditasi dengan standar yang memungkikan calon guru bisa bekerja 2. Standardisasi pendidikan guru Ada beberapa prinsip yang perlu dijadikan pegangan dalam pengembangan pendidikan guru. Pertama, syarat untuk masuk ke lembaga pendidikan guru (tingkat universitas) harus standar, tetapi prosedurnya cukup fleksibel sehingga dapat menjaring calon-calon yang potensial dan cocok. Penerimaan didasarkan atas pertimbangan potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadi yang dim i liki yang sesuai dengan sifat jurusan /program yang dipilih. Kedua, program pendidikan guru hendakriya memiliki tiga komponen yang terintegrasi, yaitu pendidikan umum, minimal satu bidang spesialisasi, dan keahlian dalam kurikulum dan pengajaran. Ketiga, perkembangan calon guru dinilai selama program berlangsung dengan teknik penilaian yang bervariasi, seperti: tes tertulis, lisan, pengamatan praktik secara langsung dan melalui video, serta penilaian atas hasil kerja mereka. Hanya yang memperlihatkan hasil-hasil yang baiklah yang dapat diluluskan, yang lain perlu pembinaan lagi. Keempat, program pendidikan guru perlu diakreditasi dengan standar yang memungkikan calon guru bisa bekerja
Pendidikan guru perlu memiliki suatu standar, yang akan menjadi acuan, baik dalam pengembangan, pelaksanaan maupun evaluasi program pendidikan guru.
Dengan mengacu pada National Education Association (NEA) Amerika Serikat, standar pendidikan guru meliputi lima komponen pendidikan, yaitu: perencanaan, irnplementasi, personalia, dan isi program serta keang- gotaan dalam profesi guru.
a. Perencanaan program
1. Tujuan program adalah menyiapkan calon guru agar mampu mengajar secara efektif.
2. Perencanaan program didasarkan atas pengetahuan tentang apa yang akan dikerjakan guru di sekolah.
3. Program disusun secara sistematis dan berisi perpaduan antara pendidikan umum, bidang studi dan profesi kurikulum.
4. Program disusun dan dikembangkan oleh ekspert dalam ilmu pendidikan (pedagogy), dalam bidang studi (spesilisasi) bersama para praktisi pendidikan.
5. Rencana program bersifat menyeluruh, berisi pemberian kesempatan untuk pengembangan sikap, penguasaan pengetahuan, dan keterampilan yang esensial bagi pelaksanaan pengajaran yang efektif.
b. Implementasi program
1. Implernentasi program sejalan dengan tujuan dan rencana prog- ram.
2. Prosedur penerimaan siswa, pembinaan serta pelulusannya sesuai dengan tujuan program.
3. Dosen lembaga pendidikan guru memiliki pengetahuan praktis tentang lapangan (sekolah dan pelaksanaan pengajaran).
4. Program menyediakan kesempatan yang cukup bagi calon guru untuk mempraktikkan apa yang mereka pelajari.
5. Program memadukan metode mengajar dengan bahan pelajaran.
c. Personalia program
1. Dosen lembaga pendidikan guru dan guru-guru di lapangan memperlihatkan sikap dan perilaku seperti yang diharapkan dalam program.
2. Dosen dan guru-guru yang membimbing calon guru, dipersiapkan khusus melalui latihan yang intensif dalam bidangnya.
3. Dosen, guru pamong dan staf lainnya dievaluasi dengan kriteria standar, dan penentuan kebijaksanaan personalia didasarkan atas hasil evaluasi tsb.
d. Isi program
1. Bahan pelajaran
1. Program menyediakan latihan bagi penguasaan keterampilan dasar yang belum dimiliki calon guru pada waktu masuk.
2. Program menyediakan pengajaran untuk pendidikan umum
3. Program menyediakan pengajaran tentang berpikir kritis, pemecahan masalah dan kreativitas.
4. Program menyediakan pengajaran bidang studi secara mendalam, baik yang berkenaan dengan bahan yang a kan diajarkan maupun bahan yang berhubungan erat.
5. Program menyediakan pengajaran tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
6. Program menyediakan pengajaran tentang bagaimana siswa belajar.
7. Program menyediakan kesempatan bagi calon guru untuk memperoleh dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan secara efektif terhadap siswa dari berbagai latar belakang budaya, ras, bahasa, agama, dan sosial ekonomi.
2. Proses pengajaran
1) Program menyediakan pengajaran bagi pengembangan fisik dan intelek siswa dari berbagai latar belakang.
2) Program menyediakan pengajaran tentang strategi pemgajaran.
3) Program menyediakan pengajaran tentang peranan guru dalam penentuart keputusan.
4) Program menyediakan pengajaran bagimana menggunakan bahan cetak, bukan cetak dan alat-alat teknologi.
5) Program menyediakan pengajaran bagaimana bekerja dan membantu anak- anak yang berkelainan.
6) Program meliputi pengajaran tentang pengelolaan kelas.
7) Program menyediakan pengajaran tentang pengembangan keterampilan hubungan interpersonal dan proses kelompok.
8) Program menyediakan pengajaran tentang keterampilan berkomunikasi secara luas, terutama yang berhubungan dengan peranan profesional guru.
9) Program menyediakan pengajaran tentang penilaian proses dan hasil belajar.
10) Program menyediakan pengajaran tentang peranan, pentingnnya dan sumbangan sekolah terhadap pembangunan bangsa.
11) Program menyediakan pengajaran tentang kebijaksanaan pemerintah dan pengelolaan pendidikan.
12) Program menyediakan pengajaran tentang hak dan tanggung jawab guru dart siswa.
e. Keanggotaan profesi
1) Program menyediakan pengajaran tentang bagaimana suatu profesi diorganisasi, fungsi berbagai organisasi profesi dan tanggung jawab anggota suatu organisasi profesi.
2) Program menyediakan pengajaran tentang hubungan antara organisasi profesi dengan lembaga-lembaga pemerintah yang mengelola pendidikan. Perencanaan dan implementasi program pendidikan guru di Indonesia
dapat dikembangkan dengan menggunakan standar NEA sebagai acuan. Hampir seluruh butir standar dapat diterapkan, walaupun untuk butir- butir tertentu membutuhkan beberapa penyesuaian, atau penerapannya secara berangsur-angsur.
Peningkatan mutu pendidikan guru melalui penerapan standar, membutuhkan beberapa hal.
Pertarna, perlu adanya kesamaan pandangan dari berbagai pihak yang berkepentingan dan terlibat dalam pengembangan pendidikan guru, ten- tang program dan standar program pendidikan guru. Adanya perbedaan pandangan yang jauh, selain akan menghambat kelancaran pengembangan program, juga bisa menghambat pencapaian program yang bermutu.
Kedua, perlu adanya kesiapan terutama dari para pengelola dan pelaksana program. Dosen lembaga pendidikan guru dan guru pamong, menjadi barisan terdepan dalam pembinaan profesi guru. Mereka harus menjadi ekspert dan sekaligus contoh model bagi para siswa pendidikan guru. Beberapa butir dalam standar menekankan hal itu. Sudah siap dan akan siapkah para dosen dan guru- guru di lapangan untuk menjadi ekspert dan model guru yang didambakan? Apa yang harus dilakukan terlebih dahulu agar mereka betul-betul siap? Guru profesional bukan hanya tahu banyak, tetapi juga bisa banyak.
Ketiga, agar guru-guru yang dihasilkan dari lembaga pendidikan guru, betul-betul bisa mengajar diperlukan pengalaman praktik yang memadai. Untuk itu diperlukan tempat praktik yang representatif yang memung- Idnkan para siswa calon guru, belajar berlatih dan berbuat banyak. Ini me nyangkut tersedianya tempat praktik yang representatif, dengan fasilitas dan peralatan praktik yang memadai. Pengembangan program pendidikan guru yang bermutu standar membutuhkan dalam menilai kompetensi, harus:
Keempat, pengembangan program pendidikan guru yang bermutu standar membutuhkan kepedulian, motivasi dan dedikasi yang tinggi dari para pelaksananya. Upaya apa yang harus dilakukan agar tercipta kondisi tersebut? Suatu pekerjaan akan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat, apabila para pelaku pekerjaan itu merasa enjoy dengan pekerjaan tersebut. Apa yang harus diupayakan agar para pelaksana pendidikan guru merasa enjoy. Hal yang sama juga berlaku agar para guru di sekolah merasa enjoy dengan pekerjaannya. Apakah imbalan finansial yang akan menumbuhkan enjoyness? atau pimpinart yang bijaksana dengan kepemimpinannya yang terbuka? atau Keempat, pengembangan program pendidikan guru yang bermutu standar membutuhkan kepedulian, motivasi dan dedikasi yang tinggi dari para pelaksananya. Upaya apa yang harus dilakukan agar tercipta kondisi tersebut? Suatu pekerjaan akan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat, apabila para pelaku pekerjaan itu merasa enjoy dengan pekerjaan tersebut. Apa yang harus diupayakan agar para pelaksana pendidikan guru merasa enjoy. Hal yang sama juga berlaku agar para guru di sekolah merasa enjoy dengan pekerjaannya. Apakah imbalan finansial yang akan menumbuhkan enjoyness? atau pimpinart yang bijaksana dengan kepemimpinannya yang terbuka? atau
3. Pendidikan guru berdasarkan kompetensi Salah satu model pendidikan guru yang mungkin bisa mencapai standar, adalah model pendidikan guru berdasarkan kompetensi (PGBK) atau competence based teacher education (CBTE). Beberapa ahli lebih setuju memakai kata performance (perbuatan atau perilaku) daripada competence, karena dipandangnya lebih luas. Dalam tulisan ini keduanya dipandang sama. Stanley Elam (1971) merumuskan beberapa unsur yang esensial dalam PGBK. Unsur-unsur itu berkenaan dengan program pendidikan, pelaksanaan program serta hal-hal yang bersifat umum.
1) Berkenaan dengan program pendidikan Elam merumuskan unsurunsur sebagai berikut:
a. Kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan perilaku) yang diperlihatkan siswa:
Berasal dari konsep yang tampak dari perenan guru, Dirumuskan secara jelas sehingga dapat diukur dalam perilaku siswa
sebagai perwujudan kemampuannya, Dapat dikenal secara umum.
b. Kriteria yang digunakan untuk mengukur kompetensi: Didasarkan dan disesuaikan dengan kompetensi-kompetensi yang
spesifik, Dirumuskan secara eksplisit dan menunjuk pada tingkat penguasaan
tertentu, Kriteria tersebut harus dipublikasikan.
c. Penilaian kompetensi siswa: Menggunakan perbuatan siswa sebagai sumber pertama, juga mengguriakan pengetahuan siswa yang berkaitan dengan rencana
untuk menganalisis, menginterpretasikan, dan minilai situasi atau perilaku,
Harus objektif.
d. Perkembangan siswa dalam menempuh program pendidikan ditentukan oleh kompetensi yang telah dikuasai, dan bukan ditentukan oleh waktu atau mata pelajaran yang telah ditempuh.
e. Program pengajaran ditujukan untuk mendorong perkembangan siswa serta menilai penguasaan siswa tentang kornpetensi kompetensi tertentu.
2. Berkenaan dengan pelaksanaan program menurut Elam PGBK memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pengajaran bersifat individual dan personal. Dalam PGBK waktu bukan sesuatu yang konstan tetapi hanya sebagai variabel, karena tiap siswa punya latar belakang dan tujuan yang berbeda, maka pengajaran sangat bersifat personal dan individual.
b. Pengalaman belajar siswa dituntun oleh umpan balik yang diterima dari teman, dari guru atau dari dirinya sendiri. Setiap basil yang is memperoleh merupakan umpan balik yang menentukan kegiatan selanjutnya.
c. Program pengajaran tersusun dalam suatu sistem. Semua komponen pengajaran tersusun secara sistematis terarah pada pencapai tujuan tertentu.
d. Penekanan program pengajaran adalah pada keluaran (hasil) dan bukan pada masukan.
e. Pelaksanaan pengajaran bersifat modular. Modul merupakan seperangkat kegiatan belajar, dengan unsur-unsur (tujuan, prasyarat, pra-penilaian, kegiatan pembelajaran, pasca-penilaian, dan perbaikan) ditujukan membantu siswa menguasai kemampuan- kemampuan tertentu. Pengajaran modular memungkinkan pengajaran bersifat individual, personal dan independen, maju sesuai dengan iramanya sendiri.
f. Siswa dinyatakan telah selesai dalam sutau program, apabila telah mengusai semua kemampuan yang dituntut.
3. Di samping dua komponen PGBK di atas, menurut Elam ada beberapa karakteristik dasar yang menyangkut hal-hal lain yang lebih umum.
a. Program pengajaran berpusat pada lapangan. Karena PGBK menekankan pada perbuatan maka kegiatan pengajarannya sebanyak-banyaknya dilaksanakan di lapangan dalam situasi yang nyata.
b. Dalam pelaksanaan pengajaran siswa banyak mendapat kesempatan berlatih membuat penentuan keputusan.
c. Bahan-bahan dan pengalaman disiapkan dalam bentuk yang memungkinkan banyak mendapatkan konsep, keterampilan dan pengetahuan. Bahan-bahan disusun dalam bentuk materi protokol dan dibantu atau diintegrasikan dengan materi latihan.
d. Guru dan siswa bersama-sama merencanakan pengajaran. Siswa membuat keputusan tentang pengajarannya, ia pula yang mencobanya, serta menilai hasil dan pelaksanaannya.
e. Untuk memberikan umpan batik dalam rangka perbaikan dan mengadakan regeneratif maka siswa juga mengadakan penclitian- penelitian.
f. Pembinaan profesional bukan hanya pada pendidikan pra-jabatan tetapi diteruskan dalam pengembangan karier.
g. Siswa bukan saja harus menguasai teknik-teknik pengajaran, tetapi juga harus menguasai teknik-teknik pengajaran, harus mampu mendiagnosis, mengintegrasikan dan memecahkan problem-prob- lem pengajaran.
Pendidikan guru yang didasarkan atas kompetensi mengajar dan PGBK mempunyai beberapa proposisi:
1. Guru adalah orang yang berpendidikan luas dengan latar belakang bidang pengajaran yang mendalam,
2. Perbuatan guru memanifestasikan penguasaan behavioral science yang luas,
3. Dalam keputusan is ambit secara rasional,
4. Guru menguasai teknik-teknik komunikasi serta strategi mengajar dengan baik,
5. Dalam perbuatannya guru merefleksikan profesionalisme.
Menurut Robert Houston dan Howard L. Jones ada lima belas kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu:
1. Mendiagnosis kebutuhan emosional, sosial, jasmaniah, intelektual siswa.
2. Merumuskan tujuan-tujuan instruksional yang didasarkan atas kebutuhan siswa.
3. Membuat rencana pelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
4. Melaksanakan pengajaran sesuai dengan rencana tersebut
5. Merencanakan dan melaksanakan penilaian untuk menilai hasil belajar siswa dan efektivitas pengajaran.
6. Menyesuaikan pengajaran dengan latar belakang budaya siswa.
7. Memperlihatkan keterampilan mengajar dan model-model pengajaran untuk mencapai tujuan tertentu bagi siswa tertentu.
8. Memperlihatkan pola-pola komunikasi yang efektif dalam kelas.
9. Menggunakan sumber-sumber yang sesuai untuk mencapai tujuan pengajaran.
10. Memonitor proses dan hasil belajar dan mengadakan perbaikan pengajaran.
11. Menguasai bidang studi yang akan diajarkannya.
12. Menggunakan keterampilan manajerial dan organisasi dalam mendorong perkembangan sosial, emosi, jasmani dan intelek siswa.
13. Sensitif terhadap kebutuhan dan perasaan sendiri dan juga terandap kebutuhan dan perasaan orang lain.
14. Bekerja efektif dalam kelompok profesional.
15. Menganalisis efektivitas keprofesionalannya dan terus berusaha memperluas efektivitas tersebut.
4. IKIP, FKIP, STKIP sebagai lembaga pendidikan guru Di Indonesia dewasa ini, kita mempunyai dua kelompok lembaga pendidikan guru, yaitu: IKIP, FKIP, dan STKIP yang merupakan lembaga pendidikan guru pada jenjang perguruan tinggi, dan PGA pada jenjang pendidikan menengah. Sebelumnya pada jenjang pendidikan menengah juga ada SPG dan SGO yang menyiapkan calon-calon guru sekolah dasar. Dewasa ini penyiapan 4. IKIP, FKIP, STKIP sebagai lembaga pendidikan guru Di Indonesia dewasa ini, kita mempunyai dua kelompok lembaga pendidikan guru, yaitu: IKIP, FKIP, dan STKIP yang merupakan lembaga pendidikan guru pada jenjang perguruan tinggi, dan PGA pada jenjang pendidikan menengah. Sebelumnya pada jenjang pendidikan menengah juga ada SPG dan SGO yang menyiapkan calon-calon guru sekolah dasar. Dewasa ini penyiapan
Dalam bagian ini yang akan dibahas terbatas hanya pada IKIP, FKIP, dan STKIP sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) yang menyiapkan guru dan tenaga kependidikan lainnya pada jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama dan Sekolah Lanjutan Atas serta LPTK sendiri. Meskipun ada tiga lembaga formal lembaga pendidikan guru berjenjang pendidikan tinggi, yaitu IKIP, FKIP, dan STKIP, tetapi dasar, tujuan dan misinya sama, perbedaannya hanya pada keorganisasiannya saja. IKIP sebagai lembaga pendidikan guru berstatus institut merupakan lembaga otonom, berada langsung di bawah Mendikbud, mempunyai jumlah fakultas, jurusan, dan program studi. FKIP merupakan lembaga pendidikan guru, berstatus fakultas berada di universitas (di bawah Rektor), mempunyai sejumlah Jurusan dan Program Studi. STKIP setara dengan FKIP mempunyai beberapa Jurusan dan Program Studi, tetapi kedudukannya otonom seperti IKIP (di bawah Menteri).
LPTK (IKIP, FKIP, dan STKIP) mempunyai misi menyiapkan tenaga- tenaga profesional di bidang kependidikan, dalam berbagai bidang keahlian/program studi, program gelar clan non-gelar. Program gelar memberikan tekanan pada pembentukan keahlian akadernik, sedang non- gelar pada keahlian profesional.
Menurut Kepmen 211 tahun 1982, ada tiga jenjang program gelar, yaitu Sarjana (Si) dengan rentang studi 8-14 semester, jenjang Pascasarjana (52) rentang studi 12-18 semester dan jenjang Doktor (S3) rentang 16-22 semes- ter di atas SMTA. Dewasa ini yang menyelenggarakan jenjang program S2 dan S3 hanya beberapa IKIP, belum ada FKIP dan STKIP yang menyelenggarakan jenjang program S2 dan S3.
Program non-gelar disebut juga program Diploma, terdiri atas Diploma I dengan paket kurikulum 2 semester, dan rentang studi 2-4 semester, Di- ploma II paket kurikulum 4 semester, rentang studi 4-6 semester, Diploma 3 paket kurikulum 6 semester, rentang studi 6-10 semester clan Diploma 4 paket kurikulum 8 semester, rentang studi 8-14 semester di atas SMTA. Selama ini Program non-gelar disebut juga program Diploma, terdiri atas Diploma I dengan paket kurikulum 2 semester, dan rentang studi 2-4 semester, Di- ploma II paket kurikulum 4 semester, rentang studi 4-6 semester, Diploma 3 paket kurikulum 6 semester, rentang studi 6-10 semester clan Diploma 4 paket kurikulum 8 semester, rentang studi 8-14 semester di atas SMTA. Selama ini
Selain kedua program di atas, ada lagi satu program yang diterapkan pada LPTK, yaitu program Akta. Program ini ditujukan untuk memberikan wewenang kependidikan khususnya wewenang mengajar. Bagi para mahasiswa LPTK program ini sudah terintegrasi dengan program gelar maupun non-gelar, tetapi bagi luar LPTK yang ingin menjadi guru, harus mengambilnya secara terpisah. Ada lima jenjang program Akta, masing- masing beban studinya 20 SKS, hanya berbeda jumlah SKS yang telah dimiliki pada bidang studi non-kependidikan. Akta I setelah memiliki 20 SKS, Akta II setelah memiliki 60 SKS, Akta III setelah memiliki 90 SKS, Akta IV setelah memiliki 124 SKS dan Akta V setelah memiliki 160 SKS pada bidang studi non-kependidikan.
Penyiapan tenaga kependidikan pada LPTK umumnya menggunakan model pendidikan simultan (concurrent model) yaitu materi bidang studi diberikan bersama-sama dengan materi kependidikan, kecuali untuk program akta bagi talon guru dari luar LPTK menggunakan model pendidikan berurutan (consecutive model), kependidikan ditempuh setelah menguasai bidang studi.
Secara garis besar ada dua jenis keahlian yang dibina pada LPTK, yaitu guru dan non-guru, baik untuk jenjang Sekolah Dasar, STLP maupun SLTA. Penyiapan guru Sekolah Dasar dilaksanakan dalam program D2 PGSD, ada program guru kelas ada guru bidang studi khususnya pendidikan jasmani. Pada beberapa IKIP mulai dirintis pengembangan PGTK untuk guru Taman Kanak- Kanak. Untuk tenaga guru SLTP, dan SLTA (SMU dan SMK) disiapkan dalam program D3 dan Si berbagai bidang studi, kelompok pendidikan ilmu sosial, bahasa dan sastra, matematika dan ilmu pengetahuan alam, teknik dan kejuruan, serta olah raga dan kesehatan. Untuk tenaga non-guru disiapkan dalam program Si, bidang bimbingan dan konseling, teknologi pendidikan, administrasi pendidikan, pendidikan luar sekolah, dan pendidikan luar biasa. Peningkatan profesionalisme para dosen dilakukan melalui program S2 dan S3, baik bidang studi maupun kependidikan.
Walaupun LPTK umumnya tidak menerapkan konsep PGBK secara utuh, tetapi beberapa prinsip dan unsur PGBK tetapi menjadi pegangan. Prinsip penting
PGBK yang tetap diperhatikan dalam program pendidikan LPTK adalah tekanannya pada pengembangan kemampuan. Konsep kemampuan ini telah dimodifikasi yaitu dipadukan dengan konsep disiplin ilmu (bidang studi) dalam pengembangan topik-topik inti. Prinsip lainnya adalah tekanan kepada pengalaman lapangan. Pengembangan kemampuan profesional pada bidang kependidikan, khususnya guru harus diperkuat dengan pengalaman lapangan yang cukup intensif dan kaya.
Program pendidikan guru yang dikembangkan pada LPTK diarahkan pada pengembangan kemampuan yang seimbang, baik antara kemampuan sebagai tenaga ahli-profesional dengan sebagai warga negara, maupun antara kemampuan/penguasaan bidang ilmu/bidang studi dengan bidang kependidikan. Pengembangan kemampuan yang seimbang ini dirancang dalam program pendidikan/kurikulum dengan komponen-komponen dasar umum, dasar kependidikan, proses belajar-mengajar dan bidang studi. Bobot SKS memang lebih besar pada bidang studi hampir tiga perempat dari kependidikan. Rinciannya adalah dasar umum 14 SKS, dasar kependidikan 12 SKS, proses belajar-mengajar
18 SKS, dan bidang studi 100-116 sks.