Kesiapan Belajar
D. Kesiapan Belajar
Tiap bahan pelajaran dapat diajarkan kepada anak secara efektif bila sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut. Ada tiga masalah penting berkenaan dengan penyesuaian bahan ajar dengan perkembangan anak:
1. Perkernbangan intelek Hasil penelitian berkenaan dengan perkembangan intelek anak menun- jukkan, bahwa tiap tingkat perkembangan mempunyai karakteristik tertentu tentang cara anak melihat lingkungannya dan cara memberi arti bagi dirinya sendiri. Mengajarkan suatu bahan pelajaran kepada anak, adalah mempresentasikan struktur bahan pelajaran sesuai dengan cara anak memandang atau mengartikan bahan pelajaran tersebut. Pengajaran merupakan suatu translation. Suatu dugaan umum bahwa ide atau konsep dapat direpresentasikan dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya sesuai dengan tingkat pemikiran anak pada tingkat usia tertentu, dan representasi pertama diperkuat dan diperbaiki pada tingkat selanjutnya.
Menurut Piaget, ada empat tingkat perkembangan anak: Tingkat pertama adalah tingkat Sensory motor, masa lahir sampai 2 tahun merupakan masa perkembangan kemampuan bergerak dan merespons terhadap rangsangan. Tingkat kedua, masa 2 sampai 7 tahun disebut tingkat Preoperasional. Tugas perkembangan anak pada masa ini terutama membentuk hubungan antara pengalaman dengan kegiatan. Melalui berbagai kegiatan anak bermanipulasi dengan lingkungan. Tingkat ini mulai dari perkembangan awal berbahasa sampai anak marnpu belajar bermanipulasi dengan simbol-simbol. Kemampuan simbolik utama yang harus dipelajari anak, adalah bagaimana merepresentasikan dunia luar melalui pembentukan simbol-simbol anak, tidak ada batas perbedaan antara motif dan peranan dirinya dengan kegiatan lingkungannya. Matahari bergerak karena didorong oleh Tuhan, dan bintang-bintang tidur seperti dia. Anak tidak dapat membedakan antara tujuan dengan cara atau alat untuk mencapainya. Hal itu karena anak lebih dipengaruhi oleh intuisi daripada oleh kegiatan simbolik, lebih banyak dipengaruhi perbuatan trial and error daripada hasil pemikiran.
Kekurangan utama pada tingkat ini adalah anak belum memiliki konsep perbedaan atau perlawanan (reversibility). Bila suatu benda berubah anak belum dapat menangkap ide bahwa benda tersebut dapat dikembalikan pada keadaan asalnya. Kekurangan tersebut sering menghambat penguasaan ide dasar bidang studi tertentu terutama matematika dan fisika. Tingkat ketiga, masa antara 7 sampai 11 tahun, merupakan masa anak sekolah, disebut juga tingkat "concrete Kekurangan utama pada tingkat ini adalah anak belum memiliki konsep perbedaan atau perlawanan (reversibility). Bila suatu benda berubah anak belum dapat menangkap ide bahwa benda tersebut dapat dikembalikan pada keadaan asalnya. Kekurangan tersebut sering menghambat penguasaan ide dasar bidang studi tertentu terutama matematika dan fisika. Tingkat ketiga, masa antara 7 sampai 11 tahun, merupakan masa anak sekolah, disebut juga tingkat "concrete
Operasi merupakan pengumpulan data tentang dunia sekitarnya, kemudian ditransformasikan sehingga dapat disusun dan digunakan secara selektif dalam memecahkan masalah. Operasi bersifat internalisasi dan reversible. Internalisasi berarti bahwa anak memecahkan masalah bukan dengan cara trial and error tetapi dengan pemikiran, trial and error digunakan untuk menjadi pembantu atau bahan pembanding pemikiran. Reversibility diperlukan, karena dalam operasi dibutuhkan adanya "complete compensation". Suatu operasi dapat dikompensasi dengan operasi sebaliknya. Pengurangan dikompensasi oleh penjumlahan, perkalian oleh pembagian.
Dengan operasi konkret anak mengembangkan struktur internalnya. Struktur internal merupakan hal yang sangat esensial, karena dengan struktur internal anak mampu beroperasi. Pada diri anak ada sistem simbolik internal yang merepresentasikan dunia luar. Agar anak menguasai apa yang diajarkan, maka bahan ajar harus disesuaikan dengan "bahasa" struktur internal tersebut. Operasi konkret dibimbing oleh "logika kelas" dan "logika" hubungan yang merupakan alat penstrukturan kenyataan yang dihadapinya dan pernah dialaminya pada saat yang lalu, tetapi ma belum mampu menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang sama sekali asing baginya. Ini tidak berarti anak yang beroperasi secara konkret tidak mampu mengantisipasi hal-hal yang tidak ada. Anak belum mampu secara sistematik melampaui informasi yang diberikan, untuk mendeskripsikan apa yang terjadi.
Tingkat keempat, masa antara 11 sampai dengan 14 tahun, merupakan tingkat "formal operation". Kegiatan intelektual anak didasarkan atas kemampuan beroperasi pada tingkat hipotetis dan bukan lagi pada tingkat pengalaman, atau terbatas pada apa yang telah dikenalnya. Seorang anak mampu memikirkan kemungkinan variabel-variabel, dan bahkan mampu mendeduksi hubungan potensial yang dapat dicek dengan percobaan atau pengamatan. Operasi intelektual telah berkembang sampai pada tingkat semacam operasi logis ahli logika, sarjana atau para pemikir lainnya. Pada tingkat ini anak mampu memberikan pernyataan formal atau pernyataan axiomatik pada ide-ide yang Tingkat keempat, masa antara 11 sampai dengan 14 tahun, merupakan tingkat "formal operation". Kegiatan intelektual anak didasarkan atas kemampuan beroperasi pada tingkat hipotetis dan bukan lagi pada tingkat pengalaman, atau terbatas pada apa yang telah dikenalnya. Seorang anak mampu memikirkan kemungkinan variabel-variabel, dan bahkan mampu mendeduksi hubungan potensial yang dapat dicek dengan percobaan atau pengamatan. Operasi intelektual telah berkembang sampai pada tingkat semacam operasi logis ahli logika, sarjana atau para pemikir lainnya. Pada tingkat ini anak mampu memberikan pernyataan formal atau pernyataan axiomatik pada ide-ide yang
Yang sangat penting dalam mengajarkan konsep-konsep dasar adalah anak dibantu untuk berkembang dari berpikir konkret pada menggunakan cara berpikir yang lebih konseptual. Hal itu akan sia-sia saja, bila guru mengajarkannya dengan cara menyajikan penjelasan-penjelasan formal yang didasarkan atas logika, kurang disesuaikan dengan cara berpikir anak serta kurang mengaplikasikannya. Dalam pengajaran matematika sering anak bukan belajar "aturan matematis", tetapi belajar menggunakan alatalat atau resep-resep matematis tanpa memahaminya.
Perkembangan intelek anak bukanlah suatu rangkaian perkembangan yang bersifat tertutup, tetapi terbuka, merespons terhadap pengaruh lingkungannya terutama lingkungan sekolah. Perkembangan intelek anak perlu ditunjang oleh kesempatan-kesempatan yang berguna agar berkembang lebih pesat. Menurut David Page seorang ahli dan guru yang sangat berpengalaman dalam mengajar matematika, dalam pengajaran dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi dalam perkembangan intelek menunjukkan kecenderungan yang sama, bahwa anak lebih spontan, lebih kreatif, lebih energik dibandingkan dengan orang dewasa. Belajar anak dalam segala hal lebih cepat dibandingkan dengan orang tua.
2. Kegiatan belajar Belajar sesuatu bidang pelajaran, minimal meliputi tiga proses. Pertama, proses mendapatkan atau memperoleh informasi baru untuk melengkapi atau menggantikan informasi yang telah dimiliki atau menyempurnakan pengetahuan yang telah ada. Kedua, transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas yang baru. Transformasi meliputi cara-cara mengolah informasi untuk sampai pada kesimpulan yang lebih tinggi. Ketiga, proses evaluasi untuk mengecek apakah manipulasi sudah memadai untuk dapat menjalankan tugas rnencapai sasaran. Apakah kesimpulan yang telah dilakukan dengan saksama, dapat dioperasikan dengan baik.
Dalam mempersiapkan bahan pelajaran, biasanya kita susun bahan pelajaran tersebut dalam rentetan episode (satuan pelajaran). Dalam tiap episode terdapat ketiga proses di atas. Episode belajar dapat panjang, juga dapat pendek, berisi banyak konsep, atau hanya beberapa konsep saja. Dalam menyajikan bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan murid, episode-episode bahan pelajaran, kita manipulasi dengan beberapa cara. Cara-cara yang biasa dilakukan adalah: memperpanjang atau memperpendek isi episode, memberikan ganjaran dalam bentuk pujian, pemberian gelar juara, dan sebagainya, mempersiapkan pertanyaan yang dapat memberikan motivasi intrinsik atau ekstrinsik.
3. Spiral Kurikulum Jika prinsip-prinsip perkembangan anak telah diperhatikan, bahan ajar telah disusun dalam urutan yang logis dan cukup mendorong perkembangan dan keadaan memungkinkan untuk memperkenalkannya seawal mungkin; apakah anak akan menjadi orang dewasa dan berpengetahuan. Bila sudah cukup berpengetahuan apakah menjadi orang dewasa yang lebih baik? Bila javvabannya cenderung ke arah tidak atau tidak jelas (ambigius), hal itu menunjukkan belum adanya keteraturan dalam mated, kurikulum.
Kurikulum bukan sesuatu yang staffs tertutup, tetapi merupakan spiral terbuka. Kurikulum memiliki struktur bahan ajar, yang disusun atau dibentuk di sekitar prinsip-prinsip, masalah-masalah dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kurikulum selalu membutuhkan baik anak didik maupun masyarakat sekitarnya.