Insentif Untuk Mendukung Pencapaian Target Pembangunan Kesehatan

5. Insentif Untuk Mendukung Pencapaian Target Pembangunan Kesehatan

Keberadaan DLP di tengah masyarakat adalah untuk menerapkan trias peranan dokter (agent of change, agent of development & agent of treatment). Namun, selama ini DLP hanya difungsikan sebagai agent of treatment, yang hanya peduli dengan praktiknya. Praktik DLP belum dilibatkan dan terlepas dari tujuan pembangunan kesehatan nasional, seperti penurunkan AKI dan AKB, mensukseskan program KB, penurunkan insidens dan prevalens TB, dan lain-lain. Program nasional ini seolah-olah hanya milik Puskesmas, Dinkes, dan Kemenkes.

Era JKN menjadi peluang untuk mengembalikan trias peranan dokter dan mengajak DLP turut aktif berpartisipasi mendukung pencapaian target pembangunan kesehatan nasional. Caranya dengan melibatkan DLP untuk melaksanakan program nasional di komunitas binaan DLP. Dalam komunitas kecil ini DLP harus dapat mencapai target maksimum. Misalnya imunisasi lengkap 100%, K1 dan K4 100%, gizi buruk 0%, kesembuhan TB 100%, dan lain lain.

Komponen ketiga metode Sandwich ini dibentuk dengan maksud memberi insentif kepada DLP yang berperan aktif dalam mendukung pencapaian program nasional. Metode yang tepat untuk membayar insentif DLP adalah FFS reimbursement, karena FFS memotivasi dokter untuk melaksanakan lebih banyak pelayanan. DLP yang memberikan pelayanan yang termasuk dalam program nasional seperti disimulasikan di dummy table berikut ini dapat menagih insentifnya setiap periode.

Pelayanan Kesehatan

Poin

Program KB

Pasang IUD

Pasang implant

Vasektomi

Program imunisasi

Imunisasi dasar lengkap

Imunisasi Influenza pada lansia

Program menurunkan AKI, AKB, AKBA

Pengendalian penyakit

Deteksi kasus baru TB

Pengobatan TB tuntas

Adanya komponen ketiga ini diharapkan dapat memotivasi DLP untuk secara proaktif melaksanakan program kesehatan nasional. Setiap DLP akan menerima insentif berbeda, yang besarnya bergantung pada peranannya dalam mendukung pencapaian target pembangunan kesehatan nasional. Besar insentif ini idealnya sekitar 5-10% dari total kompensasi dokter.

Dalam era JKN, seluruh penduduk akan terbagi habis ke semua DLP, atau bila dibalik, komunitas kecil DLP (1000-2500 peserta) bila digabungkan menjadi satu adalah sama dengan populasi nasional. Jadi keterlibatan DLP dalam melaksanakan progran nasional akan memberi hasil yang sangat bermakna pada upaya meningkatkan derajat kesehatan nasional.

Administrasi Komponen 3

Administrasi untuk menerapkan komponen ketiga metode Sandwich ini juga relatif mudah. Untuk menyiapkan penerapannya diperlukan langkah berikut ini.

1. Adanya ketetapan sistem poin yang dikaitkan dengan pembayaran DLP. Para penanggung jawab program nasional, organisasi profesi, dan BPJS. perlu duduk bersama untuk menentukan skala prioritas program nasional dan membuat sistem poin.

2. Adanya ketetapan tentang nilai faktor konversi per poin dan tata cara penagihan insentif berdasarkan sistem poin.

Contoh penerapan insentif DLP untuk mendukung pencapaian target pembangunan kesehatan nasional

Dalam era JKN, telah ditetapkan untuk membayar dokter dengan metode Sandwich. Pembayaran komponen 3 metode Sandwich menggunakan metode FFS. Para DLP yang melaksanakan pelayanan yang termasuk program nasional akan mendapat insentif yang besarnya sesuai dengan poin yang ditetapkan, dan penagihan dilakukan secara berkala.

Simulasi berikut menunjukkan insentif untuk mendukung pencapaian target pembangunan kesehatan nasional yang diberikan kepada Dr. DD dan Dr. FF berdasarkan partisipasinya dalam satu periode. Bila ditetapkan faktor konversi 1 poin adalah Rp.500,-, maka dalam simulasi ini Dr. DD yang mengumpulkan 3.730 poin mendapat insentif Rp.1.865.000 per bulan, dan Dr. FF mendapat insentif Rp.2.150.000 per bulan dari 4.300 poin.

Dr. FF Pelayanan Kesehatan

Dr. DD

Poin

Frek Poin Program KB

Frek

Poin

Pasang IUD

Pasang implant

Program imunisasi

10 500 Imunisasi Influenza pada lansia

Imunisasi dasar lengkap

Program menurunkan AKI, AKB, AKBA