Implikasi Pada Kebijakan Nasional

7. Implikasi Pada Kebijakan Nasional

Penerapan JKN yang menempatkan BPJS sebagai pembayar tunggal (single payer) dengan mekanisme asuransi kesehatan sosial akan mendorong perubahan berantai (domino effect) pada berbagai bidang dan sektor. Sektor pendidikan harus berubah agar dapat menyediakan tenaga kerja yang jenis, kualitas dan kuantitasnya sesuai kebutuhan JKN. Sektor pemberi pelayanan akan terdorong melakukan integrasi vertikal dan horizontal untuk mengamankan pasarnya dan untuk menjamin kesinambungan pelayanan bagi peserta JKN, industri farmasi terdorong memproduksi obat-obatan berkualitas dan harganya terjangkau (murah), lembaga dan institusi baru akan terbentuk untuk mengawal hak masyarakat, menjamin kualitas layanan dan mengawasi penyelenggaraan JKN yang baik (good governance), dan perubahan lainnya.

Dalam melaksanaka berbagai perubahan menuju sistem pelayanan kesehatan nasional yang lebih baik tersebut, sekaligus harus ditata pula status dan karir profesi dokter. Dalam konteks ini adanya metode membayar dokter yang transparan dan menjadi acuan semua pemangku kepentingan sangat diperlukan, mengingat status dan karir dokter selama ini nyaris terabaikan. Penerapan metode Sandwich skala nasional harus ditempatkan sebagai salah satu kebijakan untuk menata ulang sistem pelayanan kesehatan nasional. Penerapan metode ini antara lain membutuhkan regulasi dan kebijakan lintas sektor berikut ini:  Menetapkan porsi dana untuk pelayanan primer minimal 40-50% dari total dana BPJS.

Penetapan ini menunjukkan komitmen negara untuk menjamin sistem pelayanan kesehatan yang menopang JKN berorientasi pelayanan primer, mengutamakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan seluruh penduduk Indonesia, dan menyelesaikan 80-90% masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

 Menetapkan Indeks Geografi Praktik Dokter sebagai acuan pemangku kepentingan dalam menyusunan kebijakan tentang penyebaran dokter, pemberian kompensasi dokter, dan penghitungan biaya pelayanan kesehatan.

 Menetapkan profesi dokter sebagai profesi strategis yang karir dan kesejahteraannya dijamin negara, baik sebagai abdi negara (PNS) maupun bukan abdi negara. Hal ini bukan berarti seluruh dokter Indonesia harus menjadi PNS.

 Menetapkan DLP sebagai pemilik usaha pelayanan kesehatan primer atau pemilik entitas praktiknya, mengingat dokter adalah self-employed profession dan dalam era JKN nanti praktik DLP akan menjadi karir dan tumpuan hidup mayoritas dokter Indonesia selama ia berprofesi dokter + 30-40 tahun. Kebijakan ini sekaligus diarahkan untuk menata ulang bentuk entitas praktik DLP yang ada saat ini agar menjadi entitas praktik DLP yang dapat  Menetapkan DLP sebagai pemilik usaha pelayanan kesehatan primer atau pemilik entitas praktiknya, mengingat dokter adalah self-employed profession dan dalam era JKN nanti praktik DLP akan menjadi karir dan tumpuan hidup mayoritas dokter Indonesia selama ia berprofesi dokter + 30-40 tahun. Kebijakan ini sekaligus diarahkan untuk menata ulang bentuk entitas praktik DLP yang ada saat ini agar menjadi entitas praktik DLP yang dapat

 Menetapkan organisasi profesi dokter sebagai pihak yang berwenang mewakili entitas praktik DLP dalam bernegosiasi dengan pihak BPJS, mengingat DLP sebagai pemilik praktiknya dan pelayanan DLP kepada peserta JKN pada hakekatnya merupakan pengejawantahan pengetahuan, keterampilan dan waktu kerja DLP.

Catatan: Metode Membayar Dokter Spesialis di Era JKN

Metode Sandwich yang dirancang untuk membayar dokter layanan primer ini, dapat pula diterapkan untuk membayar dokter spesialis. Penyesuaian yang harus dilakukan adalah pada komponen 2, yaitu komponen untuk membayar kompensasi untuk tanggung jawab, beban kerja dan kinerja dokter. Dengan mempertimbangkan cara kerja dan pola pelayanan dokter spesialis, metode yang tepat untuk membayar komponen 2 ini adalah metode FFS namun pembayarannya bukan berdasarkan tarif jasa medik, tapi berbasis relative value unit (RVU) yang diadopsi dari konsep Resource Based Relative Value Scale (RBRVS).

Jadi metode Sandwich untuk membayar dokter spesialis terdiri dari 3 komponen:

 komponen 1 (sebagai kompensasi kebutuhan dasar profesi dokter), berbasis salary,  komponen 2 (sebagai kompensasi tanggung jawab, beban kerja dan kinerja dokter),

berbasis relative value unit, dan  komponen 3 (sebagai insentif kontribusi dokter mensukseskan program nasional),

berbasis fee for service reimbursement.