Kompensasi Untuk Menghargai Tanggung-Jawab Dan Beban Kerja

4. Kompensasi Untuk Menghargai Tanggung-Jawab Dan Beban Kerja

Praktik dokter adalah tempat dokter berkarya dan mengabdikan ilmu dan keterampilannya untuk melayani pasien dan masyarakat. Dalam era JKN, karya DLP diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab memelihara dan menyehatkan penduduk yang masuk dalam daftar pesertanya.

Komponen kedua dari metode Sandwich ini dibentuk untuk menghargai pengetahuan, keterampilan, dan waktu DLP yang dicurahkan untuk memelihara dan menyehatkan komunitas binaannya. Beban kerja DLP ditentukan dari jumlah peserta JKN yang masuk dalam daftar pesertanya (komunitas binaan). Pemanfaatan DLP oleh komunitas binaan ini dipengaruhi oleh karakteristik demografi, pola morbiditas dan angka utilisasi dari komunitas binaannya. Kemampuan menyelesaikan masalah kesehatan dari komunitas binaan ini ditentukan oleh tingkat kompetensi DLP. Makin kompeten DLP makin banyak masalah yang dapat diselesaikan di praktiknya dan makin sedikit yang dirujuk. Jadi pada prinsipnya komponen kedua ini memastikan bahwa setiap DLP akan diberi kompensasi sesuai dengan tingkat kompetensi, tanggung jawab, dan beban kerja masing-masing, tidak disamaratakan. Idealnya kompensasi komponen ini merupakan 50-60% dari total kompensasi DLP.

Metode kapitasi menjadi pilihan yang tepat untuk membayar komponen kedua dari metode Sandwich, karena 1) DLP memberikan pelayanan secara personal, sinambung dalam periode yang panjang (continuous and longitudinal care). Karena prinsip ini DLP memiliki daftar pasien yang menjadi tanggung jawabnya, jadi sejalan dengan metode kapitasi; 2) metode ini memotivasi DLP untuk melayani sesuai dengan kebutuhan pasien dan bekerja efisien.

Untuk menekan adverse selection dan mengakomodasi risiko yang disebabkan oleh karakteristik komunitas binaan, seyogianya dilakukan penyesuaian (adjustment) terhadap faktor yang telah terbukti berpengaruh besar pada pemanfaatan, seperti gender, umur, dan lain-lain.

Penyesuaian terhadap jumlah komunitas binaan

Penyesuaian terhadap jumlah peserta perlu dilakukan untuk menjaga agar DLP tidak menerima peserta secara berlebihan. 1 FTE DLP setara untuk melayani 2.500 peserta. Bila

DLP mempunyai peserta lebih dari 2.500 dikhawatirkan akan terjadi penurunan mutu layanan. Penyesuaian ini juga diperlukan untuk menjaga agar peserta tersebar merata dan terjadi perimbangan jumlah komunitas binaan di antara DLP. Penyesuaian dilakukan dengan cara memberi disinsentif untuk peserta ke 2001 dan seterusnya. Misalnya, peserta ke-1 sampai 2000 diberi poin 1, sedang peserta ke 2001 dan seterusnya diberi poin 0,5.

Penyesuaian terhadap gender

Penyesuaian terhadap status gender diperlukan mengingat ada peristiwa atau pelayanan khusus yang disebabkan perbedaan gender, misalnya pemasangan iud/implant, skrening kanker serviks uteri, dan pelayanan antenatal/postnatal. Bila dalam komunitas binaan DLP terdapat banyak peserta wanita, tentu banyak waktu tatap muka DLP yang diperlukan untuk melayani peserta wanita. Dari beberapa referensi, faktor gender diberi bobot 0,1. Artinya utilisasi populasi wanita 1,1 kali lebih banyak dari populasi umum.

Penyesuaian terhadap umur

Penyesuaian juga dilakukan terhadap umur peserta, karena umur peserta ini signifikan mempengaruhi tingkat pemanfaatan, terutama yang berusia di bawah 6 tahun dan di atas

65 tahun. Bayi dan balita perlu kunjungan rutin dan rentan terkena penyakit. Lansia banyak mengidap penyakit degeneratif dan penyakit kronis yang membutuhkan banyak waktu tatap muka DLP. Kedua kelompok umur ini diberi bobot yang sama, yaitu 0,5. Artinya pemanfaatan oleh populasi bayi/balita dan lansia 1,5 kali lebih banyak dari populasi umum.

Penyesuaian terhadap porto-folio DLP

Salah satu faktor penentu keberhasilan JKN adalah ketersediaan DLP yang handal sebagai gatekeeper dan tersebar merata di seluruh wilayah NKRI. Fakta menunjukkan kompetensi DLP saat ini sangat beragam dan belum cukup handal sebagai gatekeeper JKN. Dalam kondisi ini tidaklah adil bila DLP yang memiliki kompetensi rendah menerima kapitasi yang sama dengan DLP yang memiliki kompetensi tinggi. Sesuai dengan prinsip dasar komponen kedua ini, yaitu menghargai pengetahuan dan keterampilan DLP, maka kompensasinya pun tidak disamaratakan, jadi perlu ada penyesuaian terhadap kompetensi DLP.

Penyesuaian dapat menggunakan porto-folio DLP. Porto-folio mencerminkan kehandalan DLP, yaitu pengejawantahan pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman DLP dalam mengelola suatu masalah kesehatan sampai tuntas. Porto-folio ini diperoleh dari pengalaman praktik sehari-hari yang diperkaya dan dikukuhkan melalui program CPD terstruktur. Penggunaan istilah kehandalan DLP dimaksudkan untuk membedakan porto- folio ini dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012 yang fokus pada diagnosis, dan dengan kompetensi DLP yang setara spesialis produk dari UU Pendidikan Kedokteran tapi belum ada dokternya.

Secara teoritis, diasumsikan bobot kehandalan DLP produk kurikulum UU Pendidikan Kedokteran adalah 100 poin (maksimal). Poin maksimal ini menunjukkan DLP mampu menyelesaikan sebagian besar masalah kesehatan individu, suatu kodisi ideal yang diharapkan program JKN. Dengan mempertimbangkan kondisi saat ini diasumsikan bobot dokter internsip adalah 50 poin, dan bobot dokter umum adalah 60 poin.

Selisih bobot dokter umum dan DLP sebesar 40 poin ini menggambarkan perbedaan kehandalan dalam menyelesaikan masalah kesehatan peserta JKN. Makin besar poin berarti makin banyak masalah kesehatan yang dapat diselesaikan di praktiknya dan makin sedikit yang dirujuk ke spesialis. Dengan demikian poin ini dapat dijadikan faktor untuk menyesuaikan (adjustment) kapitasi berdasarkan porto-folio (lihat simulasi berikut).

Dokter umum yang ingin mempunyai kemampuan setara DLP dapat mengikuti program CPD terstruktur dalam dummy table di bawah ini. DLP dapat menentukan sendiri program CPD mana yang menjadi prioritasnya.

No

Poin 1 Healthy People: promoting health & preventing disease

Program CPD Terstruktur

2 2 Genetics in Primary Care

2 3 Care of Acutely Ill People

2 4 Care of Children & Young People

2 5 Care of Older Adults

2 6 Women’s Health

2 7 Men’s Health

2 8 Sexual Health

2 9 End-of-Life Care

2 10 Care of People with Mental Health Problems

2 11 Cardiovascular Health

2 12 Digestive Health

2 13 Care of People who Misuse Drugs and Alcohol

2 14 Care of People with ENT, Oral and Facial Problems

2 15 Care of People with Eye Problems

2 16 Care of People with Metabolic Problems

2 17 Care of People with Neurological Problems

2 18 Respiratory Health

2 19 Care of People with Musculoskeletal Problems

2 20 Care of People with Skin Problems

2 Total bobot maksimum

40 Adanya faktor penyesuaian porto-folio ini diharapkan dapat memotivasi dokter umum untuk

mengikuti program CPD terstruktur, karena poin yang diperoleh berdampak langsung pada peningkatan kompensasinya.

Administrasi Komponen 2

Administrasi untuk menerapkan komponen ini relatif mudah, dengan catatan manajemen kepesertaan BPJS dan manajemen rekam medik DLP yang cukup baik. Dibutuhkan langkah berikut ini untuk menerapkan komponen kedua metode Sandwich.

1. Adanya ketetapan tentang formula pembayaran kapitasi dan metode menghitung biaya kapitasi yang disepakati bersama. Di sini metode kapitasi diterapkan sebagai strategi

membayar dokter yang terintegrasi dengan metode lain dalam model Sandwich. Jadi komponen biaya pembentuk kapitasi tidak sama dengan metode kapitasi untuk membayar fasilitas kesehatan. Ketetapan ini menjadi tanggung jawab Kemenkes, BPJS, dan IDI.

2. Adanya program CPD terstruktur yang dikaitkan dengan porto-folio DLP dan harus mengacu pada kompetensi DLP produk UU Pendidikan Kedokteran. Pengembangan

program ini menjadi tanggung jawab IDI, KKI, Kemenkes, dan BPJS.

Contoh penerapan kompensasi untuk tanggung jawab dan beban kerja

Dalam era JKN, telah ditetapkan untuk membayar dokter dengan metode Sandwich. Pembayaran komponen 2 metode Sandwich menggunakan metode kapitasi, dan ditetapkan kapitasi dasar sebesar Rp.3.000 per peserta per bulan, dengan formula sebagai berikut:  2000 peserta pertama masing-masing diberi 1 poin, peserta berikutnya diberi 0,5 poin

 Setiap peserta wanita mendapat tambahan 0,1 poin  Setiap peserta di bawah 6 tahun dan di atas 65 tahun mendapat tambahan 0,5 poin  Seluruh peserta mendapat tambahan poin setara poin porto-folio dokter

Simulasi berikut menunjukkan kompensasi untuk tanggung jawab dan beban kerja yang diterima 2 dokter. Dr.DD dengan masa kerja 8 tahun berpraktik di wilayah pekotaan (kategori 1), memiliki porto-folio 0,75, dipilih oleh 2.000 peserta yang terdiri dari 700 pria dan 1.300 wanita; dari segi usia ada 400 peserta berusia di bawah 6 tahun, 300 peserta berusia di atas 65 tahun dan sisanya berusia antara 6-65 tahun. Dr.FF dengan masa praktik 4 tahun berpraktik di daerah terpencil (kategori 8), memiliki porto-folio 0,45, mempunyai komunitas binaan 2.500 peserta dan 1500 di antaranya peserta wanita, 700 peserta berusia di bawah 6 tahun, 1400 peserta berusia 6-65 tahun, dan 400 peserta berusia di atas 65 tahun.

Perhitungan kompensasi untuk tanggung jawab dan beban kerja yang dihitung berdasarkan formula dan data di atas menghasilkan take home pay per bulan untuk Dr. DD = Rp.11.940.000 dan untuk Dr. FF = Rp.12.195.000.

Dr.DD

Dr.FF

Komunitas binaan (peserta)

2,500 Kapitasi/peserta/bulan (Rp)

3,000 Formula penyesuaian

2,000 2000 x 1 + 500 x 0,5 2,250  Poin umur 

 Poin dasar kapitasi 

2000 x 1

350 700 x 0,5 + 400 x 0,5 550  Poin gender 

 Poin porto-folio DLP 

4,075 Take home pay/bulan (Rp)

Total

12,225,000 (Catatan: NILAI YANG DISAJIKAN DALAM SIMULASI INI HANYA UNTUK MODELING)