Pengertian Pajak Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Hukum

BAB III GAMBARAN DATA

A. Pengertian Pajak

Untuk dapat memahami pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak diharuskan membayar pajak yang terutang, tentunya perlu terlebih dahulu dipahami apa yang dimaksud dengan pajak. Banyak pengertian defenisi yang diberikan oleh para ahli pajak tentang pajak yang mungkin berbeda antara satu ahli dengan ahli lainnya, sesuai dengan cara pandang masing-masing ahli. Secara umum dapat dikatakan bahwa pajak adalah pungutan dari msyarakat kepada negara atau pemerintah berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali kontra prestasi balas jasa secara langsung yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan Waluyo, 2010 : 2 Dari defenisi pajak di atas, dapat disimpulkan pengertian pajak adalah pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya. Pajak adalah pembayaran wajib berdasarkan Undang-undang yang tidak dapat dihindari bagi yang berkewajiban, dan bagi mereka yang tidak mau membayar pajak dapat dilakukan paksaan. Dengan demikian, akan terjamin bahwa kas negara selalu berisi uang pajak. Di sisi lain, pengenaan pajak berdasarkan Undang-undang akan menjamin bagi 22 Universitas Sumatera Utara pembayar pajak adanya keadilan dan kepastian hukum sehingga pemerintah tidak dapat sewenang-wenang menetapkan besarnya pajak dan menyalahgunakan data yang diberikan oleh wajib pajak selain untuk tujuan pemungutan pajak.

B. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Hukum

a. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Kekuatan Hukum Pada dasarnya pajak merupakan peralihan kekayaan dari masyarakat kepada negara tanpa ada kontra prestasi imbalan yang langsung diperoleh oleh pembayar pajak. Oleh karena itu, untuk dapat diterapkan, pajak harus disepakat oleh masyarakat tersebut. Kesepakatan ini dituangkan dalam bentuk undang-undang yang dibuat oleh pemerintah dan dewan legislatif yang merupakan perwujudan dari wakil masyarakat rakyat. Dengan didasarkan pada undang-undang, pajak dapat dikatakan merupakan hasil kesepakatan anggota masyarakat untuk diberlakukan dalam masyarakat tersebut. Hal ini menjadi dasar hukum pemungutan pajak yang mengikat anggota masyarakat untuk patuh membayarnya. Dengan demikian, pemungutan pajak pada suatu negara sangat erat kaitannya dengan hukum. Tanpa dasar hukum yang jelas dan disepakati oleh masyarakat, pajak tidak dapat diterapkan. Dari uraian di atas, jelas bahwa pemungutan pajak atas kekayaan atau penghasilan oleh fiskus atau negara kepada orang atau wajib pajak diatur dalam bentuk sebuah hukum. Hukum tersebut dalam arti formal berupa undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Adanya keharusan pemungutan pajak berdasarkan hukum menimbulkan hukum pajak atau hukum fiskal yang saat ini telah menjadi salah satu Universitas Sumatera Utara cabang ilmu pengetahuan yang berkembang, seiring dengan perkembangan pemungutan pajak. Oleh karena itu, untuk memahami pajak sangat perlu memahami terlebih dahulu hukum pajak. Hukum pajak dimaksudkan sebagai dasar dalam proses pemungutan pajak oleh negara kepada masyarakat rakyat atau wajib pajak. Dalam hukum pajak ditentukan dasar dan cara supaya masyarakat wajib pajak bersedia membayar pajak yang ditentukan oleh pemerintah. Di sini ini terlihat hubungan hukum pajak antara masyarakat orang pribadi atau badan sebagai wajib pajak dengan negara melalui fiskus yang memungut pajak. Jadi hukum pajak merupakan hukum yang mengatur mengenai kewajiban orang atau badan sebagai wajib pajak yang dapat dipaksakan untuk menyerahkan sebagian kekayaan atau penghasilannya kepada negara sebagai penarik pajak yang secara formal diatur dengan undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya. Ditinjau dari segi hukum, unsur-unsur pajak merupakan suatu hal yang mutlak harus ada agar pemungutan pajak dapat dilakukan. Unsur-unsur pajak antara lain harus ada undang-undang yang mengaturnya, ada pemungutan pajak yaitu pemerintah, ada objek pajak, dan ada masyarakat yang menjadi wajib pajak yang harus membayar pajak. Apabila semua unsur tersebut telah ada, pemungutan pajak dapat dilaksanakan. Terpenuhinya semua unsur pajak tersebut akan menimbulkan suatu perikatan antara negara dan wajib pajak berdasarkan ketentuan undang-undang. Bila ditinjau dari perikatan yang melahirkan kewajiban bagi wajib pajak untuk membayar pajak yang terutang. Pajak merupakan perikatan yang timbul karena Universitas Sumatera Utara undang-undang untuk membayar suatu jumlah tertentu kepada negara yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan yang secara langsung dapat ditunjukkan yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Perikatan yang melahirkan kewajiban pembayaran pajak yang perlu dipahami oleh wajib pajak agar dengan penuh kesadaran membayar pajak yang terutang. b. Pengertian Hukum Pajak Untuk memahami hukum pajak, perlu kiranya mengetahui pengertian hukum pajak menurut para ahli. Salah satu pengertian hukum pajak adalah sebagaimana dikemukakan oleh ahli hukum pajak Indonesia, yaitu R. Santoso Brotodiharjo, SH., dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak yang menyatakan bahwa hukum pajak yang juga disebut hukum fiskal adalah keseluruhan dari peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui kas negara sehingga merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan-hibungan hukum antara negara dengan orang-orang atau badan-badan hukum yang berkewajiban membayar pajak yang selanjutnya disebut wajib pajak R.Santoso Brotodiharjo 1981:2 . Tugas hukum pajak adalah menelaah keadaan-keadaan dalam masyarakat yang dapat dihubungkan dalam masyarakat, merumuskannya dalam peraturan-peraturan hukum dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum ini. Dengan demikian, hukum pajak diperlukan untuk menjamin hak dan kewajiban pajak serta kewenangan dan Universitas Sumatera Utara kewajiban negara melalui fiskus dalam melaksanakan ketentuan yang dimaksud oleh undang-undang. Perlunya hukum pajak misalnya saja dapat dilihat pada penagihan pajak. Untuk memaksa wajib pajak membayar pajak yang terutang yang menjadi kewajiban, hukum pajak menetapkan bahwa terhadap wajib pajak yang tidak melunasi utang pajaknya sebagaimana mestinya dapat dilakukan upaya penagihan pajak. Penagihan pajak ini mulai dari tindakan himbauan agar wajib pajak membayar tepat pada waktunya, mengirimkan surat teguran atas keterlambatan wajib pajak dalam membayar pajak, sampai dengan tindakan penagihan pajak secara paksa, diantaranya dengan melakukan penyitaan terhadap barang milik wajib pajak, pelelangan barang yang disita guna memperoleh pelunasan utang pajak, serta upaya pencegahan dan penyanderaan terhadap wajib pajak. Hanya saja, agar wajib pajak tidak dirugikan, fiskus harus melakukan tindakan penagihan pajak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Fiskus tidak boleh melakukan tindakan sewenang-wenang, dan bila hal ini dilakukan, wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan keberatan dan gugatan terhadap tindakan fiskus tersebut. Terhadap fiskus yang melakukan tindakan sewenang-wenang dan menyalahgunakan jabatannya dapat dikenakan sanksi sesuai dnegan ketentuan yang berlaku. Semua ini diatur dalam hukum pajak yang dituangkan dalam Undang- undang Perpajakan. Dalam hukum pajak terdapat dua pihak sebagai subjek hukum yang berbeda, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Pihak penarik pajak, yaitu subjek hukum negara dalam pengertian badan hukum publik, yang dalam pelaksanaannya diwakili oleh fiskus, dan 2. Pihak wajib pajak, yaitu subjek hukum orang yang dapat tediri dari : a. Orang dalam pengertian orang pribadi natuurlijkeperson; b. Orang dalam pengertian badan hukum rechtperson, seperti perusahaan dalam bentuk badan hukum persero terbatas PT, koperasi, perusahaan negara, firma, dan perseroan komanditer CV. Biasanya dalam Undang- undang Perpajakan orang dalam pengertian badan hukum disebut sebagai badan. Dalam hukum, manusia bukanlah satu-satunya subjek hukum. Dalam lalu lintas hukum diperlukan suatu hal lain yang bukan manusia yang menjadi subjek hukum. Oleh karena itu, di samping orang, dikenal juga subjek hukum yang bukan manusia yang disebut sebagai badan hukum. Badan hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan kewajiban. Badan hukum bertindak sebagai satu kesatuan dalam lalu lintas hukum seperti orang pribadi. Hukum menciptakan badan hukum. Oleh karena itu, pengakuan organisasi atau kelompok manusia sebagai subjek hukum sangat diperlukan karena ternyata bermanfaat bagi lalu lintas hukum. Karena badan hukum yang dalam pajak disebut sebagai badan mempunyai hak dan kewajiban, maka badan memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai wajib pajak, sama seperti wajib pajak orang pribadi. Hanya saja secara konkret dalam melaksanakan hak dan kewajibannya badan diwakili oleh pengurus yang dalam hukum pajak ditetapkan sebagai penanggung pajak. Universitas Sumatera Utara Kedudukan kedua pihak dalam perpajakan negara, melalui fiskus, dan wajib pajak tidak sama sebab dalam hubungan hukum yang terjadi pihak fiskus atau negara sebagai penarik pajak berkedudukan lebih tinggi dan merupakan badan hukum publik yang mewakili dan menyelenggarakan kepentingan rakyat banyak. Dalam hal ini pihak fiskus atau negara dapat memaksakan pengenaan pajak kepada orang dan badan masyarakat berdasarkan undang-undang yang berlaku. Di sisi lain, kedudukan wajib pajak sebagai pihak tertagih lebih rendah sehingga dapat dipaksa untuk membayar pajak itu kepada negara oleh fiskus sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Walaupun demikian, dalam melaksanakan kewenangannya fiskus tetap harus menghormati oleh hukum Undang-undang Perpajakan dan tidak boleh bertindak sewenang-wenang. c. Hukum Pajak Mineral dan Hukum Pajak Formal Hukum pajak terbagi menjadi dua, yaitu hukum pajak material dan hukum pajak formal. Hukum pajak material mengatur tentang norma-norma yang menerangkan keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa saja yang harus dikenakan pajak, serta besarnya pajak terutang. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hukum ini memuat segala sesuatu tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak, peraturan-peraturan yang memuat kenaikan-kenaikan dan hukuman-hukuman serta tata cara pembebasan dan pengembalian pajak serta hak tagihan yang dimiliki fiskus. Dalam sistem perpajakan Universitas Sumatera Utara Indonesia, ketentuan hukum pajak material meliputi antara lain Undang-undang tentang Pajak Penghasilan PPh, pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa PPN, Pajak Penjualan Barang Mewah PPn BM, Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB, serta pajak daerah. Hukum pajak formal mengatur tentang cara-cara mengimplementasikan hukum pajak material menjadi suatu kenyataan. Termasuk didalamnya cara-cara penyelenggaraan pemungutan pajak, antara lain mengenai penetapan suatu utang pajak, pengawasan oleh pemerintah terhadap penyelenggaraannya, kewajiban para wajib pajak, baik sebelum maupun sesudah diterimanya surat ketetapan pajak, kewajiban pihak ketiga dan prosedur dalam pemungutan pajak yang melanggar kewenangan fiskus, kewajiban fiskus, serta sanksi terhadap fiskus yang tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Tujuan pengaturan hukum pajak formal ini adalah untuk melindungi fiskus dan wajib pajak serta memberi jaminan agar hukum pajak material dapat diselenggarakan dengan tepat. Dalam sistem perpajakan di Indonesia, saat ini ketentuan hukum pajak formal meliputi : Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP, Penagihurat Paksa PPSP, serta Pengadilan Pajak.

C. Dasar Hukum Pemungutan Pajak di Indonesia