a. Pada suatu saat, untuk PPh yang dipotong oleh pihak ketiga. b. Pada massa akhir pajak, untuk PPh karyawan yang dipotong oleh pemberi kerja,
atau yang dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha, atau oleh pengusaha kena pajak atas pemungutan PPN dan PPnBM, dan
c. Pada akhir tahun, untuk PPh Tampak bahwa walaupun menurut ajaran material utang pajak timbul pada saat
terpenuhinya taatbestand, tetapi karena berkaitan dengan administrasi perpajakan yang tidak sederhana, ketentuan perpajakan Indonesia memberikan kelonggaran
dalam penentuan saat terutangnya pajak atau saat timbulnya utang pajak. Pajak terutang ini harus dibayar sesuai dengan batas waktu jatuh tempo pembayaran
pajak yang ditentukan. Selama pajak dibayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, utang pajak akan hapus dan tidak ada tunggakan pajak yang perlu ditagih
oleh fiskus.
B. Faktor-faktor Penyebab Tunggakan Pajak semakin Besar
1. Pertambahan Jumlah Wajib Pajak Kegiatan ekstensifikasi dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
kewajiban membayar pajak mengakibatkan jumlah wajib pajak semakin bertambah setiap tahunnya.
Kewajiban wajib pajak yang utama adalah menghitung, memotong, menyetorkan, dna melaporkan pajaknya sendiri. Dari tabel di bawah dapat dilihat
Universitas Sumatera Utara
jumlah wajib pajak orang pribadi paling besar jumlahnya dibanding wajib pajak badan maupun wajib pajak bendaharawan.
Gambaran data wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdapat pada tabel 1.1 di bawah ini
Tabel 1.1 Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar
Keterangan 2011
2012
Orang pribadi 22.242
22.597 Badan
3.904 4.027
Bendaharawan 90
97 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, 2013
Di bawah ini dapat dilihat jumlah tunggakan pajak dari tahun 2011 sampai 2012 mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah wajib pajak berbanding lurus
dengan jumlah tunggakan pajak.
Tabel 1.2 Jumlah Tunggakan Wajib Pajak
Keterangan 2011
2012
Orang pribadi 768.302.728
981.135.532 Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, 2013
Universitas Sumatera Utara
2. Banyaknya Kohir sehingga Menyebabkan Banyak Wajib Pajak yang Tidak Patuh Ketidakpatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya
mendorong dikeluarkannya STP dan SKPKB. 3. Alamat Wajib Pajak Tidak Ditemukan atau Berpindah-pindah Tempat Tinggal
Alamat wajib pajak atau penanggung pajak yang tidak jelas maupun fiktif sehingga menyulitkan dalam pelaksanaan tindakan penagihan, seperti pengiriman
Surat Teguran dan penyampaian Surat Paksa. 4. Kurangnya Penyuluhan sehingga Pemahaman Rendah
Karena kurang penyuluhan maka mengakibatkan pemahaman masyarakat rendah, terutama warga yang tinggal di tempat yang masih sangat sulit terjangkau
informasi.
C. Kendala yang Terjadi dalam Penagihan Tunggakan Pajak
Pada dasarnya besarnya utang pajak dihitung sendiri oleh wajib pajak, apabila ternyata terdapat kekeliruan atau kesalahan wajib pajak dalam melakukan
perhitungan pajak yang terutang atau wajib pajak melanggar ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan perpajakan, Surat Ketetapan Pajak atau Surat Ketetapan
Pajak Tambahan. Ketiga surat ini merupakan sarana administrasi bagi Direktur Pajak Jenderal Pajak untuk melakukan penagihan pajak. Apabila tagihan pajak tidak
dibayar pada tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan, penagihan dapat dilakukan dengan Surat Paksa.
Universitas Sumatera Utara
Pada KPP Medan Belawan kendala-kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut :
1. Alamat wajib pajak atau penanggung pajak yang tidak jelas maupun fiktif
sehingga menyulitkan dalam pelaksanaan tindakan penagihan, seperti pengiriman Surat Teguran dan penyampaian Surat Paksa.
2. Keberadaan wajib pajak atau penanggung pajak tidak ditemukan baik karena
pindah domisili maupun dengan sengaja menghindar. 3.
Data dan informasi tentang wajib pajak atau penanggung pajak yaitu identitas lengkap, pengurus, serta daftar harta asset yang tidak selalu mutakhir sehingga
menyulitkan tindakan penagihan aktif. 4.
Kurangnya dan pengetahuan sebagian wajib pajak baru dalam bidang perpajakan, sehingga tunggakan yang timbul adalah sanksi administrasi yang tidak bisa
diterima wajib pajak. 5.
Kemampuan likuiditas wajib pajak atau penanggung pajak yang rendah untuk melunasi tunggakan pajaknya, dikarenakan kondisi perusahaan yang sedang
buruk, serta penetapan ketetapan pajak yang bermasalah yang terlalu membebani wajib pajak atau penanggung pajak.
6. Wajib pajak atau penanggung pajak tidak kooperatif dalam melunasi tunggakan
pajak seperti memperlambat tunggakan pajak, maupun wanprestasi atas kesepakatan pelunasan pajak.
7. Data wajib pajak yang hilang sehingga penagih pajak mengalami kesulitan.
Universitas Sumatera Utara
D. Penyelesaian Masalah Penagihan Tunggakan Pajak