Indonesia, ketentuan hukum pajak material meliputi antara lain Undang-undang tentang Pajak Penghasilan PPh, pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa PPN,
Pajak Penjualan Barang Mewah PPn BM, Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB, serta pajak daerah.
Hukum pajak formal mengatur tentang cara-cara mengimplementasikan hukum pajak material menjadi suatu kenyataan. Termasuk didalamnya cara-cara
penyelenggaraan pemungutan pajak, antara lain mengenai penetapan suatu utang pajak, pengawasan oleh pemerintah terhadap penyelenggaraannya, kewajiban para
wajib pajak, baik sebelum maupun sesudah diterimanya surat ketetapan pajak, kewajiban pihak ketiga dan prosedur dalam pemungutan pajak yang melanggar
kewenangan fiskus, kewajiban fiskus, serta sanksi terhadap fiskus yang tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Tujuan pengaturan hukum pajak formal ini adalah untuk melindungi fiskus dan wajib pajak serta memberi jaminan agar hukum pajak material dapat
diselenggarakan dengan tepat. Dalam sistem perpajakan di Indonesia, saat ini ketentuan hukum pajak formal meliputi : Undang-undang tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan KUP, Penagihurat Paksa PPSP, serta Pengadilan Pajak.
C. Dasar Hukum Pemungutan Pajak di Indonesia
Hukum pajak menyangkut hukum konstitusi karena secara garis besar dan secara prinsip terdapat dalam konstitusi negara baik dalam Undang-undang Dasar
maupun konvensi. Agar dapat dilaksanakan, pemungutan pajak di Indonesia harus
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan undang-undang. Syarat ini sering disebut dengan syarat yuridis yaitu bahwa hukum pajak harus dapat memberikan jaminan atau kepastian hukum baik
bagi negara maupun bagi warganya. Bagi negara hukum, segala sesuatu harus diatur dengan undang-undang, termasuk pemungutan pajak.
Pemungutan pajak
di Indonesia
diatur dalam UUD 1945 yaitu pada Pasal 23 ayat 2 yang menyatakan “Pengenaan dan pemungutan pajak termasuk bea dan
cukai untuk keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan undang-undang”. Hal ini berarti bahwa pemungutan pajak hanya untuk keperluan negara dan harus
mendapatkan persetujuan rakyat melalui Dewan Perwakilan Rakyat. Ketentuan ini dipertegas dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945 yang ditetapkan oleh
Majelis Pemusyawaratan Rakyat tahun 2003 yang mengatur pemungutan pajak pada pasal 23 A. Pasal ini menentukan bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”. Penjelasan pasal 23 menyebut bahwa “Dalam menetapkan pendapat dan belanja, kedudukan Dewan
Perwakilan Rakyat lebih kuat dari pada kedudukan pemerintah. Ini tanda kedaulatan rakyat. Karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya
sendiri, segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat seperti pajak dan lain-lainnya harus ditetapkan dengan undang-undang yaitu dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat”. Menurut pengertian hukum konstitusi itu menunjukkan bahwa penarikan
pajak digunakan untuk keperluan negara dan tidak boleh ditarik oleh pihak swasta atau orang perorangan atau badan hukum swasta. Dasar hukum penarikan
Universitas Sumatera Utara
pemungutan pajak secara formal harus dalam bentuk undang-undang yang dibuat oleh DPR bersama-sama pemerintah, dan tidak boleh peraturan perpajakan dibuat
hanya oleh badan eksekutif pemerintah sendiri dalam bentuk peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan peraturan menteri. Oleh karena itu, untuk dapat menerapkan
suatu jenis pajak harus terlebih dahulu dibuat undang-undangnya. Kemudian agar dapat dilaksanakan, pemerintah dapat membuat aturan pelaksanaannya, antara lain
peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan selanjutnya sesuai dengan tata aturan perundang-undangan di Indonesia.
Karena di Indonesia terdapat daerah yang memiliki kewenangan mengatur rumah tangganya sendiri yaitu daerah provinsi dan kabupatenkota, dalam hal
pemungutan pajak yang dilakukan oleh daerah tersebut, berlaku juga ketentuan hukum yang sama dengan pemungutan pajak pusat. Untuk dapat diperlakukan suatu
pajak daerah, tidak boleh didasarkan pada keputusan kepala daerah gubernur atau bupatiwalikota semata, tetapi harus berdasarkan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam bentuk peraturan daerah. Dengan demikian, setiap jenis pajak daerah yang akan dipungut oleh pemerintah provinsi atau kabupatenkota harus
dilandasi dengan peraturan daerah. Peraturan daerah memiliki kekuatan yang sama dengan undang-undnag, dalam hal penetapan suatu peraturan di daerah, termasuk
dalam hal pemungutan pajak daerah. 1. Daerah hukum formal pemungutan pajak di Indonesia
Dasar hukum formal yang menjadi dasar dalam pemungutan pajak di Indonesia saat ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- undang Nomor 16 tahun 2000.
b. Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan Surat
Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2000.
c. Undang-undang Nomor 17 tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa
Pajak, dan d.
Undang-undang Nomor 14 tahun 2000 tentang Pengadilan Pajak. 2. Dasar hukum material pemungutan pajak di Indonesia
Dasar hukum material yang menjadi dasar dalam pemungutan pajak di Indonesia saat ini adalah :
a. Undang-undang Nomor 7 tahun 1987 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 2000.
b. Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 2000.
c. Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 1994. d.
Undang-undang Nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Materai.
Universitas Sumatera Utara
e. Undang-undang Nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2000.
f. Undang-undang Nomor 18 tahun 1987 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Serta berbagai peraturan daerah, baik Peraturan Daerah Provinsi maupun Peraturan Daerah Kabupaten Kota, yang mengatur tentang pemberlakuan suatu jenis
pajak di suatu provinsi atau kabupatenkota.
D. Pengelompokan Pajak