Motif dalam Hikayat Hang Tuah
4. Motif dalam Hikayat Hang Tuah
Motif merupakan landasan berpikir dari masalah-masalah yang menjadi penggerak di dalam cerita. Motif menggerakkan tokoh-tokoh dalam membentuk alur cerita. Seperti halnya dalam cerita-cerita lama lainnya, dalam Hikayat Hang Tuah pun terdapat berbagai motif sastra dalam arti yang luas, umpamanya mimpi, tapa, ramalan, dan lain-lain. Unsur-unsur itu mempunyai dua fungsi:
a. sebagai tanda pengenal yang tepat dalam konvensi sastra Melayu. Pembaca atau pendengar mengharapkan bersua dengan unsur-unsur tersebut yang tempatnya dalam cerita sudah tidak asing lagi bagi mereka;
b. sebagai motif cerita mempunyai fungsi tertentu, yang menggerakkan dan mendorong cerita lebih lanjut.
Di dalam Hikayat Hang Tuah terdapat motif-motif sebagai berikut:
a. Motif Angka
Menarik perhatian bahwa di dalam Hikayat Hang Tuah di ± 286 tempat terdapat penggunaan angka antara 2 sampai dengan 10 dengan segala kelipatan dan kombinasinya. Angka 1 yang pada umumnya hanya dipakai sebagai kata bantu bilangan seekor, sebuah, sekeping, sebidang, dan sebagainya untuk menyatakan sesuatu benda yang berwujud, dalam pembicaraan ini tidak dihitung. Seperti tertera di bawah ini, banyaknya tempat dan macamnya kombinasi.
Untuk hal-hal tertentu digunakan angka-angka lima kali atau lebih sebagai berikut: orang
: 3 - 4 - 5 - 6 - 8 , istimewa banyak 7 - 30 - 40 hari/malam
: 3 - 5 - 7 , istimewa banyak 7 - 10 - 20 - 40 senjata
: 4 - 8 - 100 , istimewa banyak 7 - 10 - 20 - 40 perahu
: 4 - 3 - 6 - 17, istimewa banyak 10 - 40 ukuran depan kati, hasta, dan sebagainya: 4 - 5 - 6 - 10 - 20 gajah kenaikan: 1000
b. Motif Makota
Makota adalah tanda kebesaran raja yang utama, lambang takhta kerajaan. Dalam teks Hikayat Hang Tuah kita jumpai dua kali motif makota. Motif yang pertama hanya sebagai tanda pengenal dalam kebiasaan sastra Melayu, sedangkan motif yang kedua adalah motif cerita yang menunjukkan arah cerita yang mengabdi kepada tema pokok. Perhatikan motif tersebut di bawah ini:
Sang Pertala Dewa dari keinderaan mendapat dari tuan Puteri Gemala Rakna Pelinggam seorang anak laki-laki, amat baik parasnya serta keluar dengan membawa makotanya sekali (1 : 6).
Mahkota di sini tanda kebesaran raja, tempat segala kebaktian Hang Tuah ditumpahkan. Jatuhnya mahkota berarti runtuhnya kerajaan. Jatuhnya makota ini oleh pengarangnya disamakan waktunya dengan jatuhnya keris Hang Tuah yang disambar oleh buaya putih.
Motif makota di sini membayangkan sebelumnya kepada raja, Hang Tuah, dan semua orang Melayu serta semua pembaca bahwa unsur-unsur dalam tema pokok menghadapi masa keruntuhannya.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
Di sini pun tanda-tanda itu secara tegas dinyatakan bahwa baginda selama hilang mahkotanya menjadi sakit kepala dan tubuhnya demam sehingga ia pun tahulah akan dirinya.
c. Motif Fitnah
Motif fitnah menggerakkan raja Malaka mengutus Hang Tuah membunuh raja Inderapura. Sesampai di Inderapura, Hang Tuah menyuruh segala orang mencari yang membunuh Sang Si Tuah. Mana yang bertemu habis diambil, ditangkap, dan dibawa turun ke perahu. Di sini Anda lihat, ayah Sang Si Tuah dibunuh Hang Tuah karena ia durhaka, tetapi anak berhak akan kesetiaan Hang Tuah. Pembelaan terhadap anak Hang Jebat berarti:
1) kesetiaan Hang Tuah terhadap sahabat karibnya.
2) sebagai motif cerita untuk memperlihatkan bahwa Hang Tuah dalam berbakti kepada tuannya tanpa memperhatikan diri dan keluarga. Buktinya anaknya sendiri baru mendapat arti setelah Hang Tuah dibuang dan mundur.
Dengan membawa sejumlah orang hukuman dari Inderapura, Hang Tuah kembali ke Malaka. Raja sangat bersukacita dan memeluk leher Hang Tuah. Motif ikan todak dan motif fitnah yang mengenai Sang Si Tuah ini pun dipakai untuk menojolkan kebaktian Hang Tuah kepada raja. Kesimpulan motif firnah:
1) merupakan motif pusat sepanjang teks,
2) dipakai untuk menunjukkan secara jelas kebaktian Hang Tuah,
3) dipaka sebagai motif cerita yang menggerakkan cerita lebih lanjut, antara lain ke arah kebesaran kerajaan Keling yang turut mengangkat martabat Malaka,
4) sangat erat berkaitan dengan motif melindungi yang difitnah oleh Bendahara: Raja Muda satu kali dan Hang Tuah dua kali. Apabila Bendahara tidak memberi perlindungan kepada Raja Muda dan Hang Tuah, cerita tidak berkembang ke arah tema pokok,
5) dipakai untuk memperlihatkan dengan jelas watak-watak pelaku utama.
Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Cermati kembali penggalan “Hikayat Hang Tuah”!
2. Deskripsikan kemungkinan adanya motif-motif yang lain dalam kehidupan sekarang!
3. Simpulkan keberadaan motif-motif tersebut terhadap jalannya cerita untuk kehidupan sekarang!
Bab II ~ Transportasi