Mengindentifikasi Komponen Kesastraan Teks Naratif (Pelaku dan Perwatakan, Plot dan Konflik, Latar, Tema) dalam Novel
2. Mengindentifikasi Komponen Kesastraan Teks Naratif (Pelaku dan Perwatakan, Plot dan Konflik, Latar, Tema) dalam Novel
Novel merupakan karangan berbentuk prosa yang mempunyai kemiripan dengan cerpen. Novel mempunyai permasalahan yang lebih rumit karena jangkauan penceritaan tokoh sampai mengalami perubahan nasib.
Berikut ini merupakan sinopsis novel Salah Asuhan angkatan Balai Pustaka atau sering dikenal angkatan 20-an.
Salah Asuhan
Abdul Muis
Cerita ini ditokohi seorang anak bernama Hanafi yang hidup dengan seorang ibunya yang sudah menjanda. Karena kesederhanaannya, mereka diasuh oleh orang tua Rafiah yang kaya. Dalam keluarga itu, Hanafi menunjukkan kerajinan dan kreativitasnya. Melihat itu semua, orang tua Rafiah memberinya kesempatan untuk belajar di sekolah. Sesudah mendapatkan pendidikan Barat, Hanafi merasa bahwa negerinya merupakan negeri yang ketinggalan zaman. Bangsanya, bahkan orang tua dan Rafiah dianggapnya sebagai orang yang ketinggalan dalam segala hal, bahkan disebutnya orang yang kolot, mereka tidak pernah berpikiran maju. Sebaliknya, Hanafi memuji orang barat yang selalu berorientasi pada kemajuan , tampak energik, dinamis, dan sebagainya, yang jelas mereka mempunyai nilai “plus” di matanya. Sampai-sampai Hanafi mengagumi dan mencintai seorang wanita barat yaitu Corry de Busye.
Sewaktu perasaannya itu diungkapkan kepada ibunya, ibunya berkata, “Hanafi, kau adalah orang timur yang harus tahu membalas budi. Selama ini kita diasuh oleh orang tua Rafiah. Oleh sebab itu, kamu sudah aku pertunangankan dengan Rafiah.”
Bab I ~ Tempat Umum
Hanafi diam saja dan akhirnya menikahi Rafiah walaupun dalam hati kecilnya mengatakan bahwa ia tidak mencintainya. Pernikahan mereka menghasilkan keturunan seorang anak yang bernama Syafei.
Oleh karena Hanafi tidak mencintai Rafiah, ia selalu mengingat Corry de Busye. Hanafi meninggalkan anak dan istrinya untuk mencari Corry. Bertemulah mereka di Jakarta dan setelah berbincang sekian waktu, jadilah mereka menikah.
Pernikahan mereka ternyata tidak seperti yang Hanafi bayangkan. Hanafi merasa sakit hati karena pergaulan bebas yang ada pada diri Corry. Hanafi memang tidak dapat menerima seratus persen keberadaan Corry yang menampakkan budaya baratnya. Oleh sebab itu, Hanafi berusaha untuk menceraikannya. Namun, sebelum bercerai, Corry sakit kolera yang akhirnya meninggal dunia di Semarang.
Hanafi kembali ke Rafiah dan anaknya, tetapi sayang, ia sudah tidak dapat diterima lagi. Akhirnya, Hanafi minta pamit dengan membawa rasa pedih. Sebelum pergi, ia berpesan kepada Rafiah agar menjaga Syafei jangan sampai salah asuh seperti asuhan orang tua terhadap dirinya. Karena hidup yang menderita dan tidak kuat lagi, Hanafi mengakhiri penderitaannya dengan bunuh diri.
Sumber: Abdoel Moeis, 1997
Pada intinya, novel tersebut mempertentangkan adat barat dan adat timur yang belum selaras. Penulis mengemukakan hal tersebut pada diri Hanafi yang tidak mencintai Rafiah, sebaliknya mencintai Corry de Busye. Pada akhir cerita, penulis menggambarkan ketidakharmonisan antara Corry dan Hanafi, bahkan sampai pada kematian Corry. Itu artinya bahwa pada zamannya memang budaya barat belum dapat diterima oleh budaya timur. Setelah kematian Corry, Hanafi ingin kembali ke Rafiah, namun tindakan ini ditolaknya. Oleh sebab itu, Hanafi menjadi figur orang yang terkatung-katung di persimpangan budaya. Menjadi orang yang berbudaya timur tidak (karena sudah tidak mencintai lagi), menjadi orang yang berbudaya barat pun tidak (karena tidak dapat menerima sepenuhnya). Dengan demikian, jadilah ia sebagai orang yang menderita sehingga untuk mengakhiri penderitaannya itu, ia bunuh diri.
Sebagian besar penceritaan novel tersebut satu tokoh. Tokoh-tokoh tersebut akan menjalin interaksi dan saling berkomunikasi. Namun, komunikasi tersebut biasanya tidak terjadi secara mulus. Sebagian di antaranya sengaja dibuat agar menimbulkan ketegangan konflik antar tokoh.
Sebuah karangan akan terasa bagus apabila konflik yang terjadi antartokoh diarahkan secara logis sehingga pembaca mengerti jalan cerita novel yang dibacanya tersebut.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
Untuk mendapatkan konflik yang dapat dimengerti pembaca, biasanya pengarang novel mengatur konflik yang terjadi di antara para tokoh, kapan konflik itu mulai terjadi, kapan konflik itu meledak sebagai klimaks penceritaan, dan kapan konflik itu dapat diatasi sebagai peleraiannya. Semua itu tampak jelas dalam alur penceritaan. Coba perhatikan, berikut ini merupakan gambar pengaturan emosi untuk membangun konflik secara logis.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penokohan dan konflik yang terjadi dalam penokohan antara lain: bacalah isi novel secara keseluruhan, tentukan watak masing-masing tokoh, klasifikasikan watak dari masing-masing tokoh tersebut. Setelah membaca sebuah novel, Anda dapat mengklasifikasikasikan watak dari masing-masing tokoh. Misalnya, tokoh antagonis dan protagonis serta konflik yang menyertai tokoh tersebut.
Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Cobalah baca sekali lagi novel di atas, kemudian carilah dan catatlah alur, tema, dan penokohannya!
2. Kemudian ceritakanlah di depan kelas dengan menggunakan langkah- langkah yang benar!