Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development

BAB IV CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY CSR SEBAGAI SUSTAINABLE DEVELOPMENT A. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY CSR DALAM KERANGKA INTERNASIONAL

1. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development

Istilah pembangunan berkelanjutan sustainable development pertama kali diperkenalkan oleh WCED World Commision on Environment and Development dalam Our Common Future, didefinisikan sebagai berikut: 189 “Development that meets the needs of the present without compromising the ability of the future generation to meet their own needs” Artinya : pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Professor Ben Boer, guru besar hukum lingkungan dari Fakultas Hukum Universitas Sydney, Australia yang aktif berkecimpung dalam pengembangan hukum dalam konteks pembangunan berkelanjutan sustainable development ini memberikan kritik terhadap definisi sustainable development dalam Caring for The Earth, yang menurutnya masih mengundang permasalahan. Menurut Boer, definisi 189 Syamsul Arifin, Op.cit. hlm. 5 Universitas Sumatera Utara yang ditawarkan terlampau berorientasi pada “anthropocentrism” dan “utilitarianism”. Orientasi ini dapat dilihat dari penekanan lingkungan hidup sebagai peran pendukung supporting role dan hanya dilihat sebagai instrumen atau sumber daya untuk didayagunakan eksploitasi oleh manusia dengan mengenyampingkan kebutuhan lingkungan alam natural environment. oleh sebab itu, Boer berpendapat lebih tepat digunakan istilah ecologically sustainable development ESD. Pemerintah Australia dalam Strategi Nasional tentang ESD memberikan definisi sebagai berikut : 190 “using conserving and enchacing the community’s resource so that ecological processes, on which life depends, are maintained, and the total quality of life, now and in the future, can be increased” Pelestarian daya dukung ekosistem proses ekologis mendapat penekanan emphasis dalam definisi ini. Daya dukung ekosistem yang terlestarikan merupaka prasyarat dari tercapainya kualitas hidup generasi sekarang dan yang akan datang. Istilah sustainable development mengundang berbagai penafsiran yang berbeda-beda karena terminologi pembangunan berkelanjutan sangat terbuka untuk ditafsirkan dengan berbagai pengertian. Seringkali dipadankan serta ditafsirkan sebagai sustainable economic development tanpa mensyaratkan atau member fokus kepada keberlanjutan atau pelestarian daya dukung ekosistem continued vialbility of 190 National Strategy for Ecologically sustainable development, Commonwealth of Australia 1992 Universitas Sumatera Utara ecosystem. Caring for the erath sebagai dokumen pengganti dari World Conservation Strategy yang dirumuskan oleh The World Conservation Union IUCN pada tahun 1991 juga menggarisbawahi tentang berbagai penafsiran yang muncul dari penggunaan istilah sustainable development. 191 Dikarenakan kerancuan istilah sustainable development, maka Caring for The Earth memberikan pengertian pembangunan berkelanjutan sebagai berikut: Berbagai istilah digunakan seperti sustainable use secara bergantian, yang seringkali pengertian yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Improving the quality of human life while living within the carrying capacity of supporting ecosystem. A “sustainable economy” is the product of sustainable development. It maintains its natural resource base, it can continue to develop by adapting, and through improvements in knowledge, organization, technical efficiency, and wisdom IUCN et al,. Caring for The Earth: a Strategy for Sustainable Living, 1991. Prinsip-prinsip sustainable development di tingkat internasional dikemukakan secara lebih rinci dalam deklarasi dan dokumen-dokumen yang dilahirkan dalam United Nations Conference on Environment and Development UNCED atau biasa disebut dengan Konferensi Rio. UNCED yang diselenggarakan pada tahun 1992 merupakan konferensi internasional terbesar yang pernah dilakukan di dunia yang memjadi tonggak bersejarah bagi pengembangan kebijakan dan hukum lingkungan di tingkat internasional. Konferensi ini bersejarah dan terbesar unprecedent, karena sebelum diadakannya konferensi ini di berbagai negara dilakukan dengar pendapat 191 Caring for The Earth: A Strategy for Sustainable Living, Published in Partnership by IUCN-the World Conservation-UNEP-WWF, Gland, Switzerland, October 1991 dikutip dari Good Governance dan Lingkungan Hidup, Mas Achmad Santosa Universitas Sumatera Utara dengan warganya untuk menyuarakan kepeduliannya di Rio melalui wakil-wakil mereka. Jumlah yang hadir di Rio juga sangat besar yaitu 15.000 lima belas ribu orang, termasuk delegasi pemerintah, 9.500 Sembilan ribu lima ratus wakil media massa, dan 1.200 seribu dua ratus wakil lembaga nonpemerintah yang mengikuti dan mempengaruhi proses perundingan. Dokumen-dokumen utama yang dihasilkan dalam UNCED : a. Rio Declaration on Environment and Development. b. Agenda 21 Agenda tentang Rencana Aksi untuk melaksanakan Prinsip-Prinsip Rio c. The Convention on Biological Diversity d. The Framework Convention on Climate Change, dan e. The Statement of Principles for a Global Consensus on the Management, Conservation, and Sustainable Development of All Types of Forests The Statement of Forest Principles. Deklarasi Rio yang berisikan 27 prinsip-prinsip yang merupakan pengembangan dari prinsip-prinsip Stockholm yang mengadopsi berbagai prinsip- prinsip dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Precautionary, intergenerational equity, intragenerational equity, peran serta masyarakat local, perempuan, pemuda serta lembaga-lembaga nonpemerintah dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, merupakan prinsip-prinsip penting dalam deklarasi tersebut. Sedangkan, Agenda 21 Earth’s Action Plan memuat kebijakan, rencana, Universitas Sumatera Utara program, dan pedoman aksi bagi pemerintah di tingkat nasional dalam melaksanakan Deklarasi Rio. Isu lingkungan global untuk pertama kalinya menjadi agenda resmi internasional pada Stockholm Conference on the Human Environment pada tahun 1972. Konferensi ini melahirkan kelembagaan tingkat Internasional yang dinamakan United Nations Environment Programme UNEP, dan 2 intrumen hukum lunak softlaw dalam hukum internasional, yakni : 192 a. Deklarasi Stockholm yang berisi 24 dua puluh empat prinsip-prinsip lingkungan dan pembangunan; b. Seratus Sembilan langkah atau aksi. Dalam dua dekade pasca Stockholm, banyak dilahirkan konvensi-konvensi internasional di bidang lingkungan, yang bersifat bilateral maupun multilateral. Terlebih lagi setelah dibentuk World Conservation Union, berbagai piagam Charter di bidang perlindungan lingkungan dilahirkan, salah satunya World Conservation Strategy, yang merupakan rencana aksi pemerintah di seluruh dunia dalam melakukan upaya-upaya pelestarian daya dukung lingkungan. Pada tahun 1982, United Nations General Assembly melengkapi The World Conservation Strategy dengan dokumen yang disebut dengan The World Charter for Nature. Dokumen pelengkap ini memberikan pedoman bagi program pengelolaan lingkungan di tingkat 192 Ibid. hlm, 8 Universitas Sumatera Utara nasional, termasuk pedoman bagi pengembangan hukum lingkungan di masing- masing negara di dunia. Pada tahun 1983, Persatuan Bangsa-Bangsa PBB membentuk The World Commision on Environment and Development WCED sebagai suatu komisi independen yang membahas serta memberikan rekomendasi terhadap persoalan- persoalan lingkungan global. WCED membentuk International Group of Legal Experts untuk memformulasikan prinsip-prinsip hukum bagi perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Kelompok ahli hukum ini kemudian menghasilkan 22 prinsip hukum dan 13 proposal untuk memperkuat perangkat hukum dan kelembagaan bagi pembangunan berkelanjutan. 193 WCED juga mengusulkan bahwa konferensi global untuk membahas masalah lingkungan global perlu dilakukan. Rekomendasi ini kemudian diadopsi serta menjadi keputusan UN General Assembly di tahun 1989 Resolusi 44228. Keputusan UN General Assembly ini kemudian dilaksanakan dalam bentuk United Nations Conference on Environment and Development UNCED pada tahun 1992 di Rio de Janeiro. 194 Dari 5 lima dokumen yang dihasilkan pada UNCED United Nations Conference on Environment and Development, terdapat 5 prinsip utama dari pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yaitu: 193 Prinsip-prinsip hukum bagi perlindungan lingkungan yang diusulkan kelompok ahli hukum internasional WCED terdiri dari Prinsip-Prinsip Umum, hak orang perorangan serta kewajiban dan tanggung jawab negara; asas, hak dan kewajiban berkenaan dengan sumber daya alam lintas batas dan gangguan lingkungan; tanggung jawab negara dan Penyelesaian perselisihan secara damai., Mas Achmad Santosa 194 Ibid. hlm. 160 Universitas Sumatera Utara a. Keadilan antar generasi intergenerational equity b. Keadilan dalam satu generasi intragenerational equity c. Prinsip pencegahan dini precautionary principle d. Perlindungan keanekaan hayati conservation of biological diversity e. Internalisasi biaya lingkungan dan mekanisme insentif internalization of environment cost and incentive mechanism. Organisasi internasional seperti UN Commision on Sustainable Development CSD, The World Conservation Union, dan pemerintah serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat di berbagai negara melakukan berbagai negara melakukan berbagai upaya untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip Rio ke dalam kebijakan dan hukum nasional masing-masing negara, serta mendorong pelaksanaan secara taat asas. Indonesia sebagai peserta aktif dan pihak dalam berbagai instrument UNCED tidak terkecuali dengan bantuan UNDP United Nation Development Programme merumuskan agenda 21 di tingkat nasional dan merumuskan kembali Undang- Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 tahun 1982 Tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Lingkungan Hidup dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang saat ini telah dicabut dan digantikan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Oleh sebab itu, maka seharusnya Indonesia melakukan harmonisasi berbagai kebijakan pengelolaan lingkungan nasional dengan prinsip- Universitas Sumatera Utara prinsip pembangunan berkelanjutan sustainable development yang diadopsi dalam UNCED.

2. Prinsip Susatainable Development dalam Konsep Corporate Social

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013

48 518 89

Pengaruh Good Corporate Governance & Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate & Property pada BEI 2011-2013

0 77 98

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 179 88

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas Perusahaan dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Perkebunan yang Ada di Indonesia)

5 95 103

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Goveranance dan Motivasi Manajemen Laba Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Food And Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

0 53 92

Mekanisme Good Corporate Governance (GCG), Kinerja Keuangan, Corporate Social Responsibility (CSR), dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 30 100

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

12 131 128

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility ( Studi pada PT. Jamsostek Kantor Wilayah I Sumatera Utara )

1 34 150

Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social Responsibility Antara Indonesia Dengan Cina Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance Di Indonesia

3 83 204

Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Praktik Good Coprorate Governance (GCG)

0 5 24