BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu corporate governance menarik perhatian setelah berbagai lembaga keuangan multilateral, seperti World Bank dan Asian Development Bank ADB
mengungkapkan bahwa penyebab krisis keuangan yang melanda di berbagai negara, terutama di Asia adalah karena buruknya pelaksanaan praktik-praktik corporate
governance. Dalam hal ini Indonesia merupakan negara yang paling menderita serta paling lambat bangkit dari dampak krisis tersebut.
9
Konsepsi governance mulai menguat di Indonesia pasca krisis ekonomi di akhir tahun 1997 ditandai dengan ditandatanganinya Letter of Intens LOI
10
antar Pemerintah Indonesia dengan lembaga pemberi dana International Monetary Fund
IMF yang mengsyaratkan governance publik maupun korporasi sebagai syarat bantuan yang diberikan.
11
9
Hasil Studi Asian Development Bank ADB Tahun 2000 “Corporate Governance and Finance in East Asia” dikutip dari: Akhmad Syahroza, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap FE UI
Corporate Governance : Sejarah dan Perkembangannya, Teori, Model, dan Sistem Governance serta Aplikasinya pada Perusahaan BUMN, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI 2005, hlm. 3.
10
Letter of Intent LOI adalah sebuah dokumen hukum sebagai awal perjanjian antara dua pihak atau lebih, sebagai bentuk awal ketertarikan untuk kemudian dilanjutkan dalam bentuk
perjanjian. Pada umumnya berisi hal-hal penting dalam negosiasi. Perbedaan spesifik antara LOI dan Memorandum of Understanding MOU, sebuah LOI menguraikan maksud dari satu pihak terhadap
yang lain sehubungan dengan kesepakatan, dan hanya dapat ditandatangani oleh pihak yang mengungkapkan niat itu, sedangkan MOU harus ditandatangani oleh semua pihak menjadi garis valid
kesepakatan. Dikutip dari Wikipedia, diakses pada tangal 29 Maret 2012.
11
Ibid, hlm 4
Universitas Sumatera Utara
Krisis ekonomi di Indonesia telah berkembang dan bersifat multidimensi, karena diikuti krisis politik serta berbagai masalah dalam negeri lainnya. Hal ini
diperparah oleh lemahnya mekanisme berbagai institusi penyelenggara sistem perekonomian negara dan rendahnya penegakan hukum sebagai benteng terakhir
yang diharapkan dapat menjamin tegaknya aturan dan berjalannya sistem yang ada. Serta larinya modal dalam negeri ke negara lain capital fights sangat besar
jumlahnya, sehingga secara teknis menyebabkan Indonesia dianggap bangkrut.
12
Terpuruknya perekonomian Indonesia akibat krisis moneter telah mendorong penggunaan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau GCG pada perusahaan-
perusahaan. Sebagai bagian dari komunitas bisnis dunia, sudah selayaknya perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama perusahaan publik menerapkan GCG
untuk dapat bekerja secara efisien sehingga menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing di pasar internasional dan akan meningkatkan investasi serta
pertumbuhan ekonomi nasional.
13
Melihat besarnya biaya krisis dan buruknya dampak krisis tersebut bagi perekonomian dan terganggunya kestabilan sistem keuangan suatu negara maka
untuk menghindari terulangnya krisis di masa datang, maka GCG menjadi isu sentral di sejumlah negara termasuk Indonesia dan di tahun 1998 berdasarkan mandate G-
12
Niki Lukviarman, Etika Bisnis Tak Berjalan Di Indonesia: Ada Apa Dalam Corporate Governance? Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang diakses pada 24 Februari 2012
13
Yudistina Eka Kumala, Eksistensi dan Peran Komite Audit pada Perusahaan Publik di Indonesia dalam Rangka Implementasi Good Corporate Governance Jakarta: Tesis, Universitas
Indonesia, 2006, hlm.2
Universitas Sumatera Utara
7
14
Konsep GCG ini diperkenalkan oleh IMF pada saat melakukan “economic recovery” pascakrisis, khususnya dalam upaya melindungi pemegang saham
shareholders dan kreditor untuk dapat memperoleh kembali investasinya. kepada Organization for Economic Cooperation and Development OECD dan
World Bank, OECD mengorganisasikan lima pertemuan yang disebut The Asian Roundtable on Corporate and Development untuk mendiskusikan peningkatan
Corporate Governance di negara-negara yang bukan anggota OECD di kawasan Asia.
15
Berkaitan dengan Letter of Intent LOI yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund IMF, yang mencantumkan jadwal
perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di Indonesia, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance KNKCG berpendapat bahwa perusahaan-
perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standard GCG yang telah ditetapkan di tingkat internasional.
16
Pada bulan Juni 2006, Political and Economic Risk Consultancy PERC merilis persepsi standar corporate governance. Dari 12 negara yang disurvei,
Indonesia menduduki posisi ke -10. Peringkat pertama diduduki oleh Singapura, kedua Jepang, dan ketiga Hongkong. Hal ini menunjukkan, meskipun prinsip GCG
14
G7 Group of Seven adalah kelompok negara industri maju yang terdiri dari Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.Terbentuknya dilatarbelakangi oleh motif
ekonomi politik, yaitu pada tahun 1978 saat terjadi resesi global dan krisis minyak. Pada tahun 1998 Rusia bergabung dan kemudian berubah menjadi G8 Group of Eight, sumber: Wikipedia. Diakses
pada 21 Maret 2012.
15
Busyra Azheri, op.cit. hlm. 179
16
Good Corporate Governanace: Bisakah meningkatkan kepercayaan Masyarakat? Http:artikel.ussulistyantol,html diakses pada tanggal 16 Januari 2012
Universitas Sumatera Utara
diperkenalkan sejak 1999 dan terbentuknya Komite Nasional Corporate Governance yang kemudian berhasil melahirkan Code for Good Corporate Governance, ternyata
belum membawakan perubahan yang signifikan bagi perkembangan perusahaan di Indonesia. Padahal dalam GCG banyak isu-isu terkait, seperti insider trading,
transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab sosial perusahaan Coporate Social Responsibility CSR, dan perlindungan terhadap
investor.
17
Pada tahun 1999 OECD menuangkan dalam OECD Principle of Corporate Governance Prinsip Corporate Governance yaitu:
1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham The Rights of
Shareholders 2.
Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham The Equitable Treatment of Shareholders
3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perseroan corporate governance
The Role of Stakeholders in CG 4.
Keterbukaan dan transparansi Disclosure and Transparency 5.
Tanggung jawab direksi dan dewan komisaris The Responsibility of The Board.
Lahirnya konsep GCG sejalan dengan berkembangnya pola pemisahan kekuasaan atau kewenangan antara pemilik Perseroan Pemegang saham yang
diwakili oleh Dewan Komisaris dan pengelola Perseroan Direksi yang bertanggung jawab pada operasional perseroan. Pemilik atau pemegang saham mendelegasikan
kepada pengurus yang professional agar memperoleh keuntungan yang optimal dari investasinya di perseroan. Terdapat potensi masalah principle-agent problem jika
17
Joni Emrizon, Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance, Yogyakarta: Genta Press, 2007, hlm. 6-7 dikutip dari Busyra Azheri, Corporate Social Responsibilty dari voluntary menjadi
mandatory hal 179
Universitas Sumatera Utara
timbul moral hazard dari pengurus perseroan untuk memanfaatkan perseroan shareholeder serta stakeholder maka diperlukan mekanisme GCG yang didukung
oleh infrastruktur hukum yang jelas dan tegas, struktur kepemilikan, peran dewan komisaris dan mekanisme pendukung lainnya.
18
Secara umum, GCG berkaitan dengan upaya menarik minat investor untuk berinvestasi pada suatu negara, baik dalam bentuk investasi langsung direct
investment maupun investasi tidak langsung indirect invest. Implementasinya berkaitan langsung dengan corporate governance yang sampai pada tingkat
manajemen perusahaan dalam hal penghormatan dan mematuhi hak-hak hukum para shareholders. Melalui mekanisme GCG, akan mendorong tumbuhnya check and
balance di lingkungan manajemen, khususnya dalam memberikan perhatiannya kepada kepentingan shareholders dan stakeholders.
19
GCG merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah value added untuk semua stakeholder. Konsep ini
menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban
perusahaan untuk melakukan pengungkapan disclosure secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan
stakeholder.
18
Viraguna Bagoes Oka, “Good Corporate Governance pada Perbankan” dalam Prosiding: Perseroan Terbatas dan Good Corporate Governance, cet.IV, Jakarta : Pusat Pengkajian Hukum,
2006, hlm.74.
19
Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT. Tatanusa, 2006, hlm. 231
Universitas Sumatera Utara
Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat komponen
tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat
aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Dari berbagai hasil penelitian
lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanan Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa
perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki Corporate Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut membuka wawasan
bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata lain, korporat kita belum menjalankan governansi.
20
GCG merupakan salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun
terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya
GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan GCG juga
diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan good governance pada umumnya di Indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan
20
Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia, http:www.petra.ac.id~puslitjournalsdir.php?DepartmentID=MAN diakses pada 11 Januari 2012
Universitas Sumatera Utara
good governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan Pemerintah yang bersih dan berwibawa.
21
Berpijak dari persepsi GCG, pemerintah Indonesia melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas PT
dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 UUPT. Pada saat pemerintah memberikan rancangan undang-undang tersebut kepada DPR, salah satu tujuan
pembaruan undang-undang perseroan terbatas adalah untuk mendukung implementasi GCG. Alasan pemerintah ini sangat berdasar, karena dari beberapa hasil riset, seperti
laporan Credit Luonnais Securitas Asia CLSA tentang corporate governance tahun 2003, posisi Indonesia berada paling bawah kawasan Asia dengan memberikan skor
1,5 untuk masalah penegakan hukum, 2,5 untuk mekanisme institusional, dan 3,2 untuk budaya corporate governance. Hasil riset menunjukkan bahwa dunia usaha
Indonesia paling lemah dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG.
22
Keberadaan perusahaan sangat berperan dalam memajukan kehidupan masyarakat suatu bangsa. Dalam menjalankan usahanya suatu perusahaan tidak hanya
mempunyai kewajiban secara ekonomis saja tetapi mempunyai kewajiban yang bersifat etis atau disebut sebagai etika bisnis. Etika bisnis merupakan tuntunan
perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Oleh sebab itu, maka dalam pemenuhan etika
21
Kata sambutan Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian Republik Indonesia DR. Boediono “ pada Pedoman umum Good Corporate Governance di Indonesia Jakarta: Komite
Nasional Kebijakan Governance, 2006
22
Busyra Azheri Op.cit. hlm. 178
Universitas Sumatera Utara
bisnis tidak hanya keuntungan profit yang menjadi tujuan utama, akan tetapi pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, juga harus menjadi prioritas
perusahaan. Hal tersebut dilakukan karena etika bisnis merupakan salah satu perwujudan dari GCG oleh perusahaan terhadap para pemangku kepentingan
stakeholder.
23
Prinsip responsibility dalam GCG melahirkan gagasan Corporate Social Responsibility CSR sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan dalam
kehidupan masyarakat. Dalam gagasan CSR, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pasa single bottom line, yaitu nilai perusahaan
corporate value yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya financial, tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom line profit, people,
planet yaitu yang meliputi aspek finansial, sosial, dan lingkungan.
24
Pelaksanaan CSR sebenarnya bertujuan untuk memperkuat perusahaan dengan jalan membangun kerjasama antara stakeholders yang difasilitasi oleh
perusahaan yang bersangkutan dengan jalan menyusun program-program pengembangan mayarakat sekitarnya, untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya,
komunitas dan stakeholders terkait dengan perusahaan, baik lokal, nasional maupun global, karena pengembangan CSR ke depan mengacu pada konsep pembangunan
yang berkelanjutan sustainable development.
25
23
Erni R. Ernawan, Business Ethics : Etika Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta, 2007,hlm. 12.
24
Busyra Azheri,op.cit., hlm. 200
25
Abdul Rasyid Idris., “Corporate Social Responsibility Sebagai Sebuah Gagasan”, Harian Fajar, Sabtu 26 April 2008, hal. 4. Dikutip dari Nilawaty, op.cit. hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi
positif terhadap lingkungan sosialnya. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai berikut:
26
1 Setiap usaha danatau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, danatau kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko
lingkungan hidup.
a. Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat 1
meliputi: 1.
pengkajian risiko; 2.
pengelolaan risiko 3.
komunikasi risiko 2
ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko lingkungan hidup diatur dalam peraturan pemerintah.
Sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 Pasal 28H Ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
27
Hak yang sama juga diatur di dalam Pasal 9 Ayat 2 Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia “Setiap orang berhak hidup tentram, aman,
damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.”.
28
26
Pasal 47 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
27
Pasal 28 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
28
Pasal 9 Ayat 2 Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Universitas Sumatera Utara
Dari aturan-aturan hukum tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa masyarakat memiliki hak akan kehidupan sosial yang baik atas lingkungan hidup
yang sehat. Hak yang dimiliki masyarakat ini haruslah dipenuhi oleh perusahaan- perusahaan dan pelaku usaha dalam menjalankan roda perekonomian perusahaannya.
Selanjutnya kewajiban untuk melakukan pelestarian lingkungan hidup juga diatur di dalam Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai berikut: 1
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia
2 Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
3 Setiap orang berhak mengajukan usul danatau keberatan terhadap rencana
usaha danatau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
4 Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5
Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup
6 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara sebagimana dimaksud pada ayat
5 diatur dengan peraturan menteri.
29
Penerapan CSR di perusahaan semakin penting dengan munculnya konsep sustainable development yang dirumuskan oleh World Commission on Environment
and Development WCED , sebagai “development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs”.
30
29
Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan HIdup
30
Nurdizal M.Rachman, Asep Efendi, Emir Wicaksana, Panduan Lengkap Perencanaan CSR Jakarta : Penebar Swadaya, 2011, hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
CSR sangat erat hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan sustainable development, yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan” Brutland Report dari PBB, 1987. Pembangunan berkelanjutan telah menjadi isu global yang harus
dipahami dan diimplementasikan pada tingkat lokal. Pembangunan berkelanjutan tidak hanya terbatas pada isu lingkungan tetapi mencakup tiga hal kebijakan, yaitu
pembangunan ekonomi, pembangunan social, dan perlindungan lingkungan seperti yang digambarkan John Elkington dalam triple bottom line profit, people, planet.
31
Pembangunan berkelanjutan adalah inti dari CSR yang tidak boleh dipahami secara parsial sekadar dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, ataupun dilihat
dari lokasinya, yakni market place, workplace, environment, dan community saja, tetapi lebih dari itu. Suatu keharusan untuk melihat keterkaitan diantara semua
elemen yang membentuk sebuah sistem CSR. Hal ini karena kondisi dan perubahan satu elemen akan mempengaruhi sistem secara menyeluruh. Dengan pemahaman ini,
sebuah intervensi yang efektif dan efisien akan lebih mudah diperoleh untuk mencapai sustainability.
32
Menurut World Business Council for Sustainable Development, CSR bukan sekedar discretionary sesuatu yang harus dilakukan, tetapi suatu komitmen yang
merupakan kebutuhan bagi perusahaan yang baik sebagai perbaikan kualitas hidup.
31
Ibid.
32
Ibid., hlm. 12
Universitas Sumatera Utara
Secara filosofis, jika perusahaan berusaha untuk berguna bagi umat manusia maka dalam jangka panjang akan tetap bertahan.
Hal yang sama juga terjadi pada aspek lingkungan hidup yang menuntut perusahaan untuk lebih peduli pada lingkungan hidup tempatnya beroperasi.
Sebagaimana hasil Konferensi Tingkat Tinggi KTT Bumi Earth Summit di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1992 yang selanjutnya lebih dikenal dengan KTT Rio.
Dalam KTT Rio ini memuat berbagai hasil diantaranya yaitu:
33
1. deklarasi Rio terdiri dari 27 prinsip
2. agenda 21
3. konvensi tentang Perubahan Iklim
4. konvensi tentang Keanekaragaman Hayati; dan
5. Prinsip-Prinsip tentang Hutan
Di dalam Agenda 21 merekomendasikan sebagai berikut:
34
1. Dibentuk prosedur secara hukum dan administrasi di tingkat nasional
2. Dibentuk prosedur secara hukum dan administrasi untuk kompensasi,
pemulihan lingkungan dan lain-lain 3.
Adanya akses bagi individu, kelompok, dan organisasi Indonesia setelah selang lama berselang KTT Rio baru membuat Agenda 21
secara nasional yang disebut Agenda 21 Indonesia yang disusun berdasarkan perkembangan, perubahan kebijakan dan program-program mengenai lingkngan.
33
N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004, hlm. 145
34
Ibid., hlm.146
Universitas Sumatera Utara
Agenda 21 Indonesia bertujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan mengintegrasikan konsep-konsep pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
35
Selain Agenda 21, isu penting lainnya yang dibicarakan dalam KTT Rio yakni Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development. Pengertian dari
Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam
memenuhi kebutuhannya. Definisi ini diberikan oleh Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan World Comission on Environment and Development
sebagaimana tersaji dalam laporan komisi yang terkenal dengan Komisi Brutland. Komisi ini merupakan sejarah lahirnya prinsip Pembangunan Berkelanjutan yang
ditandai dengan terbentuknya Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan World Comission on Environment and Development pada tahun 1984 yang
merumuskan berupa: “If it meets the needs of the present without compromising the ability of future
generations to meet their own needs”
36
Istilah pembangunan berkelanjutan kini telah menjadi konsep yang bersifat Subtle Infiltration, mulai dari perjanjian-perjanjian internasional, dalam implementasi
nasional dan peraturan perundang-undangan. Susan Smith mengartikan Sustainable Development sebagai meningkatkan mutu hidup generasi kini dengan mencadangkan
35
Ibid
36
David Farrier et. Al., The Environment Law, Handbook, 3
rd
Edition Redfren Legal Centre Publishing, 1997, sebagaimana dikutip dari N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi
Pembangunan, Op.cit., hal 150
Universitas Sumatera Utara
modal atau sumber alam bagi generasi mendatang. Menurutnya dengan cara ini dapat dicapai empat hal:
37
a. Pemeliharaan hasil-hasil yang dicapai secara berkelanjutan atas sumber
daya yang dapat diperbaharui b.
Melestarikan dan menggantikan sumber alam yang bersifat jenuh c.
Pemeliharaan sistem-sistem pendukung ekologis; dan d.
Pemeliharaan atas keanekaragaman hayati. Dalam konteks triple bottom line, selain untuk meminimumkan dampak
negatif operasional perusahaan pada lingkungan biofisik, konteks ini harus juga dilihat sebagai upaya menjaga daya dukung lingkungan, sosial, dan ekonomi pada
perusahaan dan masyarakat bagi pembangunan yang berkelanjutan. Dengan demikian, program perusahaan di lingkungan harus mempunyai kaitan yang kuat dan
kontekstual dengan pengembangan sosial dan ekonomi.
38
Kajian yang menarik dalam konteks hubungan CSR dengan GCG terletak pada kemungkinan pengurangan laba perusahaan demi kepentingan stakeholders.
Kajian ini telah dilakukan oleh Einer Elhauge dari Harvard Law School yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak sekedar berdiri untuk mencari keuntungan
maksimal belaka, dan secara normative perusahaan tetap bertanggung jawab kepada publik. Dalam arti, perusahaan tidaka akan melakukan perbuatan-perbuatan yang
37
Paul Stein dan Susan Smith, Incoporating Sustainability Principles in Legislation, dalam Environmental Outlook, Law and Policy, No.3, The Federation Press, 1999, sebagaimana dikutip dari
N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Op.cit., hlm. 154
38
Ibid., hlm. 13
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan kerugian bagi kepentingan umum. Apabila manajemen perusahaan mengurangi keuntungan demi memenuhi kepentingan umum, maka pihak manajemen
perusahaan tidak berarti melanggar tugasnya dalam upaya memberikan keuntungan yang maksimal pada shareholders. Sebaliknya jika pihak manajemen justru
melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum, maka yang terjadi adalah maksimalisasi keuntungan secara illegal.
39
Peraturan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan Corporate Social Responsibility perusahaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal dalama Pasal 15 huruf b yaitu : “Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.
40
Jika tidak, maka dapat dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha,
pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal.
41
Di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 16 tercantum sebagai berikut:
42
Setiap penanam modal bertanggung jawab: a.
menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan
b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika
penanam modal menghetikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan:
c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara:
39
Einer Elhauge, Sacrificing Corporate Profits in the Public Interest, http:www.law.harvard.edurogramolin_centercorporate_governancepaper04.Elhauge.sacrificing-
corporate -profits.pdf. hlm 3 dikutip dari Busyra Azheri hlm. 202
40
Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
41
Pasal 34 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
42
Pasal 16 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
d. menjaga kelestarian lingkungan hidup:
e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan
pekerja; dan f.
mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan Corporate Social
Responsibility juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut dengan UU PT. Dalam pasal 74 Ayat 1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dirumuskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan ini merupakan suatu kewajiban yang
harus dilaksanakan perseroan yang kaitan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam.
43
Globalisasi ekonomi ditandai dengan lahirnya beberapa bentuk multinational agrrement yang berskala internasional yaitu GATT General Agreement of Tariffs
and Trade Putaran Uruguay, dan berskala regional seperti NAFTA North America Free Trade Association, AFTA ASEAN Free Trade Association, EEC European
Economic Community, APEC Asia Pasific Economic Cooperation, dan WTO World Trade Organization. Bagi negara-negara yang telah menandatangani
kesepakatan tersebut berkewajiban untuk menyesuaikan hukum nasionalnya dengan ketentuan-ketentuan hukum internasional. Indonesia perlu melakukan penyesuaian
dengan perkembangan hukum internasional. Menurut Muladi, hukum nasional dlam era globalisasi disamping mengandung local characteristics, seperti ideologi bangsa,
kondisi-kondisi manusia, alam dan tradisi bangsa, juga harus mengandung
43
Pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan-kecenderungan internasional internasional international trend yang diakui oleh masyarakat internasional yang beradab.
44
Beberapa trend internasional berkenaan dengan globalisasi ekonomi selain kesepakatan GATT Putaran Uruguay yang mempengaruhi perkembangan hukum
ekonomi di Indonesia antara lain adalah KTT Bumi mengenai “Lingkungan Hidup dan Pembangunan” United Nations Conference on Environment and Development
tahun 1992 di Rio de Janeiro. Konferensi Rio ini menghasilkan beberapa kesepakatan diantaranya “Deklarasi Rio” dan “Agenda 21” yang berisi prinsip-prinsip
menyangkut pengelolaan lingkungan dan pembangunan, telah melahirkan suatu konsep “Pembangunan Berkelanjutan” Sustainable Development. Pembangunan
berkelanjutan berdasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi, dan social yang dituangkan dalam 3 tiga dokumen yang secara hukum
mengikat legally binding dan 3 tiga dokumen yang secara hukum tidak mengikat non-legally binding. Deklarasi Johannnesburg menggarisbawahi bahwa
pembangunan berkelanjutan mempunyai tiga pilar yaitu ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial. Intinya pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan ekonomi yang
harus berwawasan lingkungan sekaligus mengusahakan pemerataan seadil-adilnya.
45
CSR pada awalnya merupakan instrumen dalam etika bisnis yang bersifat sukarela, namun sekarang telah menjadi instrumen hukum yang bersifat wajib.
44
Adi Sulistiyono, Reformasi Hukum Ekonomi Indonesia, Surakarta: Penerbitan dan Percetakan UNS UNS Press, 2007, hlm. 3
45
Yusuf Wibisono, membedah Konsep dan Aplikasi CSR Corporate Social Responsibility, Gresik: Fascho Publishing, 2007, hlm. 27
Universitas Sumatera Utara
Penerapan CSR sebagai instrumen hukum ekonomi, dapat menjadi media penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam kegiatan ekonomi. Pengaturan CSR dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas merupakan implementasi
asas-asas utama hukum ekonomi dan pencerminan asas campur tangan pemerintah, asas keseimbangan kepentingan, pengawasan publik, dalam kegiatan ekonomi.
Dalam hal ini CSR sebagai instrumen hukum ekonomi bersifat wajib yang ditujukan khusus kepada kegiatan usaha yang terkait langsung dengan sumber daya alam dan
lingkungan oleh pelaku ekonomi dalam bentuk perseroan. Berdasarkan uraian di atas serta skema 1 tentang kerangka berpikir hubungan
antara GCG, CSR, dan Sustainable Development terlihat adanya hubungan antara prinsip GCG dengan konsep CSR serta kaitannya dengan sustainable yang di atur
dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia serta di tingkat internasional. Oleh karena itu, masalah ini menarik untuk diteliti dengan judul Corporate Social
Responsibility CSR sebagai Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG Terkait dengan Sustainable Development.
Universitas Sumatera Utara
Skema no.1 Kerangka Berpikir Hubungan antara GCG, CSR, dan
Sustainable Development
Dari skema kerangka berpikir di atas terlihat adanya hubungan antara GCG, CSR, dan sustainable development. Prinsip responsibility dalam GCG melahirkan
gagasan Corporate Social Responsibility CSR sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan dalam kehidupan masyarakat. Dalam gagasan CSR, perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pasa single bottom line, yaitu nilai perusahaan corporate value yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya
financial, tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom line profit, people, planet yaitu yang meliputi aspek finansial, sosial, dan lingkungan.
Pelaksanaan CSR sebenarnya bertujuan untuk memperkuat perusahaan dengan jalan membangun kerjasama antara stakeholders yang difasilitasi oleh
GCG Transparency
Accountability Responsibility
Indenpendency Fairness
CSR lingkungan
sosial finansial
UUPT
Sustainable Development
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang bersangkutan dengan jalan menyusun program-program pengembangan mayarakat sekitarnya, untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya,
komunitas dan stakeholders terkait dengan perusahaan, baik lokal, nasional maupun global, karena pengembangan CSR ke depan mengacu pada konsep pembangunan
yang berkelanjutan sustainable development.
B. Permasalahan