Tyrell 1997 peranan mekanisme pasar sebagai bagian dari mekanisme governance tidaklah signifikan sifatnya. Dengan demikian, penganut sistem ini tidak
menyandarkan diri pada kekuatan mekanisme pasar sebagai alat control dalam mekanisme pengendaliannya. Sistem governance ini sering juga disebut dengan
:insider dominated control” yang didasarkan pada karakteristik relative stabil dan terkonsentrasinya kepemilikan saham perusahaan pada sekelompok orang.
95
2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance GCG
Prinsip-prinsip yang diberlakukan Organization for Economic Corporation and Development OEDC, mencakup lima bidang, yaitu:
96
1 Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham The Rights of
Shareholders Kerangka yang dibangun dalam GCG harus mampu melindungi hak-
hak para pemegang saham. Hak-hak tersebut meliputi hak dasar pemegang saham, yaitu untuk:
a menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan, b mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya,
c memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur,
d ikut berperan dan memberikan suara dalam RUPS, e memilih anggota dewan komisaris dan direksi, serta
f memperoleh pembagian keuntungan perusahaan. 2
Persamaan perlakuan terhadap selurh pemegang saham The Equitable Treatment of Shareholders
Kerangka CG harus menjamin adanya perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing.
Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan mendapatkan
95
Ibid.
96
Wilson Arafat, Op.cit., hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
penggantian atau perbaikan atas pelanggaran dari hak-hak mereka. Prinsip ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas saham-saham yang
berada dalam satu kelas, melarang praktek-praktek insider trading dan self dealing, dan mengharuskan anggota dewan komisaris harus mengungkapkan
disclose suatu fakta material dalam transaksi dan permasalahan yang mempengaruhi Perseroan.
3 Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan The Role of
Stakeholders in CG kerangka GCG harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders, seperti yang ditentukan undang-undang,
dan mendorong kerjasama aktif antara perusahaan dengan para stakeholders dalam rangka menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja dan
kesinambungan usaha.
4 Keterbukaan dan transparansi Disclosure and Transparency
Kerangka CG menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan
ini meliputi informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Disamping itu, informasi yang
diungkapkan harus disusun, diaudit dan disajikan sesuai dengan format standar yang berkualitas tinggi. Manajemen diharuskan meminta auditor
eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan keuangan. 5
Akuntabilitas Direksi dan Dewan Komisaris The Responsibilities of The Board Kerangka CG harus menjamin adanya pedoman strategis
perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris, dan akuntabilitas dewan komisaris terhadap
perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangan- kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris beserta kewajiban
profesionalnya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.
Prinsip-prinsip Corporate Governance yang disusun oleh OECD
Organizationfo Economic Cooperation and Development tersebut di atas menjadi salah satu acuan universal yang menjadi pijakan dalam pengembangan di banyak
negara. Sehingga dikenal dengan empat prinsip dasar Good Corporate Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, and responsibility.
a. Fairness Kesetaraan dan Kewajaran
b. Transparency Keterbukaan Informasi
Universitas Sumatera Utara
c. Accountability Akuntabilitas
d. Responsibility Pertanggungjawaban
Manajemen dalam setiap suatu perusahaan yang menginginkan pengelolaan perusahaannya berjalan secara sehat harus berpedoman pada prinsip-prinsip GCG,
yang oleh OECD telah dijadikan suatu acuan dalam menilai suatu perusahaan dalam upaya menumbuhkan iklim usahan dan kepercayaan masyarakat sebagai mitra bisnis
dalam perdagangan global. Kepercayaan investor dan efisiensi pasar sangat tergantung dari
pengungkapan kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Agar informasi tersebut bernilai di pasar global, informasi yang disajikan harus jelas, konsisten, dan
dapat dibandingkan serta menggunakan standar akutansu yang diterima di seluruh dunia, atau dengan kata lain setiap perusahaan harus menerapkan prinsip transparansi.
Dampak positif dari prinsip transparansi adalah bahwa pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat memperhitungkan resiko bertransaksi
dengan perusahan. Salah satu solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah antara direksi dan
pemegang saham adalah dengan menerapkan prinsip akuntabilitas. Akuntabiltas yang didasarkan pada sistem internal checks and balances, juga mencakup praktik audit
yang sehat. Akuntabilitas juga dapat dicapai melalui pengawasan efektif yang didasarkan pada keseimbangan kewenangan antara pemegang saham, komisaris, dan
direksi. Praktik audit yang sehat dan independen mutlak diperlukan untuk
Universitas Sumatera Utara
menerapkan akuntabilitas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan mengefektifkan Komite Audit.
Untuk mencapai tujuan perusahaan, selain dengan menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, juga harus memperhatikan hak-hak pemegang saham
dengan prinsip fairness. Dalam hal ini, fairness meliputi kejelasan hak-hak pemegang saham untuk melindungi kepentingan pemegang saham, termasuk pemegang saham
minoritas, dari kecurangan seperti pratik insider trading
97
Para pengelola perusahaan seharusnya mempunyai tanggung jawab untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk ketentuan yang
mengatur lingkungan hidup, perlindungan konsumen, perpajakan, ketenagakerjaan, larangan monopoli dan praktik persaingan yang tidak sehat, kesehatan dan
keselamatan kerja, dan peraturan lainya yang mengatur kehidupan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha.
yang merugikan atau dari keputusan direksi atau pemegang saham mayoritas yang merugikan kepentingan
pemegang saham secara keseluruhan.
3. Perkembangan konsep Corporate Governance di Indonesia