sebagai unsur dalam dunia bisnis itu sendiri. Bisnis tanpa etika dalam jangka panjang tidak akan berhasil.
2. Perkembangan Corporate Social Responsibility CSR dari Corporate
Development CD
Howard R. Bowen dalam buku karangannya yang berjudul Social Responsibility of Businessman dianggap sebagai dari awal permulaan CSR modern.
Dalam buku tersebut Bowen memberikan definisi awal dari CSR sebagai : “…obligation of businessman to pursue these policies, to make those decision or to
follow those line of action which are diserable in term of objectives and values of our society”. Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah mengenai “Kewajiban-
kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi”. Ia
memberikan visi yang meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusan financsal perusahaan.
169
Pada era tahun 1960-an karakter pemicu tanggung jawab sosial saat itu, yaitu:
170
1 Tanggungjawab social responsibility muncul sebagai respon kesadaran
etis dalam berbisnis business ethic secara personal pemilik modal juragan, sehingga tanggung jawab sosial merupakan bentuk sikap derma
yang ditujukan pada masyarakat sekitar.
169
Dwi Kartini, op.cit. hlm. 5
170
Nor Hadi, op.cit. hlm. 51
Universitas Sumatera Utara
2 Wujud tanggung jawab sosial social responsibility bersifat karitif
charity activity dan insidental, yang tergantung pada kondisi kesadaran dan keinginan pemodal. Bentuk apa, kapan dan kepada siapa bantuan
diberikam, sangat tergantung pada kemauan sang juragan. 3
Tipe kontrak pelaksanaan yang mendasari tanggung jawab sosial social responsibility bersifat stewardship principle. Konsep tersebut
mendudukkan pelaku bisnis businessman sebagai steward wali masyarakat, sehingga perlu mempertimbangkan kepentingan para
pemangku kepentingan. Melihat karakter praktek tanggung jawab sosial social responsibility tersebut
dapat dinyatakan bahwa praktek tanggung jawab sosial perusahaan belum didasarkan pada community based dan dampak negative externalities yang ditimbulkan.
Tanggung jawab sosial social responsibility lebih kepada sebagai kedermawanan pemilik modal, yang muatan dan esensinya lebih karen itikad baik pemilik modal.
Pada tahun 1970-an, sejalan dengan berkembangnya wacana tentang kepedulian lingkungan, kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam
kemasan philanthropy
171
171
L.B. Curzon, Dictionary of Law, England: Pearson Education Limited, 2002, hal. 317. Philantropic purposes is gifts for”philanthropic” or similar purposes have been held to be wider than
gifts for charitable purposes” so that they do not necessarity contstitute a charity. “It seems that “philanthropic” is wide enough to comprise purposes not technically charitable” Tujuan-tujuan
filantropi merupakan anugrah, filantropi atau dengan tujuan yang serupa dilakukan demi tujuan yang lebih luas lebih daripada secara teknik hanya untuk tujuan amal saja.
serta Community Development CD. Terjadi pepindahan penekanan dari fasilitas dan dukungan pada sektor-sektor produktif ke arah sektor-
sektor sosial. Di era 1980-an semakin banyak perusahaan yang menggeser konsep
Universitas Sumatera Utara
filatropinya ke arah CD yang semakin berkembang kea rah pemberdayaan masyarakat misalnya pengembangan kerjasama, memberikan ketrampilan dan
sebagainya. Dasawarsa 1990-an diwarnai dengan beragam pendekatan seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholders maupun pendekatan civil society yang
mempengaruhi praktek CD. Sehingga CD menjadi suatu aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik aktivitas produktif maupun social dan juga lintas pelaku
konsekuensi berkembangnya keterlibatan berbagai pihak.
172
Pada dekade ini semakin banyak perusahaan yang menggeser konsep filantropisnya ke arah Community Development CD yang sebelumnya inti kegiatan
kedermawanan berkembang ke arah pemberdayaan masyarakat semisal pengembangan kerja sama, memberikan ketrampilan, pembukaan akses pasar, dan
sebgainya. Perkembangan CD menjadi CSR didasari oleh adanya kesadaran terhadap situasi dan waktu yang telah berubah. Perusahaan bukanlah lagi merupakan kesatuan
yang independen dan terisolasi, sehingga manager tidak hanya bertanggung jawab kepada pemilik tetapi juga kepada kepentingan yang lebih luas yang membentuk dan
mendukungnya. Dalam mengejar tujuan ekonomisnya, perusahaan menimbulkan berbagai konsekuensi social lainnya, baik kemanfaatan maupun biaya sosial.
Keamanan, kenyamanan, dan kemakmuran bagi masyarakat merupakan kemanfaatan sosial, sedangkan degradasi potensi sumberdaya lingkungan limbah dan pencemaran
membawa biaya sosial. Salah satu kesalahan dari pandangan ekonomis adalah tentang
172
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi Coporate Social Responsibility, Fascho Publishing, 2007 hlm. 5-6
Universitas Sumatera Utara
waktu, yaitu mereka hanya memikirkan perolehan laba perusahaan dalam jangka pendek, sehingga tidak peduli terhadap dampak sosial lingkungannya. Akibatnya
tidak sedikit perusahaan menjadi tidak aman karena respon masyarakat terhadap dampak negative yang dialami akibat keberadaan suatu perusahaan. Dalam jangka
panjang ternyata perusahaan memperhatikan kepentingan sosial, seperti memberi beasiwa.
Perkembangan social responsibility di era ini adalah terbentuknya Community for Development CED tahun 1970-an yang merupakan gabungan kelompok
perusahaan di Amerika, dan para peneliti. Peryataan Community Economic Development CED dituangkan dalam “Social Responsibility of Business
Corporation” tahun 1971, yaitu:
173
“Today it is that the terms of social contractbetween society and business are, in fact, changing in substantial and important ways. Business is being ask to
assume broader responsibilities to society than ever before and to serve a wider range of human values. Business enterprise, in effect, are being asked
to contribute more to the quality of American life the just supplying quantities of goods and service.”
Laporan Community Economic Development tersebut di atas mengakui secara jelas, bahwa eksistensi perusahaan di tengah lingkungan masyarakat diikat oleh
kontrak sosial social contract. Substansi dan perubahan signifikan yaitu pelaku bisnis dituntut untuk memikul tanggung jawab secara lebih luas kepada masyarakat,
sampai pada pengindahan dan pengedepanan beragam nilai sosial kemasyarakatan yang mengitari human values. Perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi
173
Nor Hadi, op.cit hlm. 53
Universitas Sumatera Utara
terhadap kenaikan kehidupan masyarakat, yang bukan hanya sekedar memproduksi dan meamasok barang dan jasa bagi masyarakat. Pada dasawarsa ini, tanggung jawab
sosial corporate social responsibility menjadi bagian penting dan tidak dapat dipisahkan dengan operasional perusahaan.
Dasawarsa 1990-an adalah periode praktik social responsibility yang diwarnai dengan beragam pendekatan, seperti: pendekatan integral, pendekatan stakeholder
maupun pendekatan civil society
174
Tahun 1987 The World Commission on Environment and Development yang lebih dikenal dengan The Brundtland Comission melaporkan lewat publikasi Oxford
University Press berjudul “Our Common Future”: . Berbagai pendekatan tersebut telah
mempengaruhi praktik community development yang lebih manusiawi dalam bentuk pemberdayaan.
“sustainable development is development that meets the needsof the present without compromising the ability of future generation to meet their own
needs”.
Laporan The Brundtland tersebut menjadi awal pergeseran paradigm praktek tanggung jawab sosial social responsibility, yang secara konseptual dan strategi
dituangkan dalam aplikasi sustainability development. Konsep sustainability development mengandung aspek penting dalam kerangkan menjaga keseimbangan,
baik dilihat dari isi maupun horizon waktu. Hal itu, ditunjukkan dengan kaidah dan aplikasi sustainability development yang memasukkan dimensi pembangunan saat ini
174
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dengan tidak mengorbankan kemampuan dan kemampuan dan kebutuhan generasi muda di masa datang.
3. Prinsip-Prinsip Corporate Social Responsibility CSR