Kedudukan Penerbit Bilyet Giro

satu lembar cekbilyet giro dengan jumlah minimal Rp 500.000.000,- atau lebih. Cara perhitungan frekuensi penarikan biyet giro kosong dimaksud adalah berdasarkan atas jumlah lembat yang ditolak berikut. a. Satu lembar bilyet giro yang sama tetapi diajukan dikliringkan berulang-ulang dan ditolak pembayarannya dihitung sebagai satu lembar penarikan bilyet giro kosong. b. Beberapa bilyet giro yang ditarik oleh seorang nasabah dan ditolak pembayarannya oleh satu atau beberapa bank pada tanggal yang sama dihitung sebanyak jumlah lembar penarikan biyet giro kosong. Saksi terhadap nasabah yang melakukan pelanggaran tersebut adalah dengan dimasukkanya nasabah tersebut dalam daftar hitam yang berlaku selama 1 tahun terhitung sejak diterbitkan bilyet giro kosong sebanyak 3 kali atau setelah surat peringatan yang ketiga. Dan apabila dalam tenggang waktu tersebut nasabah melakukan penarikan biyet giro kosong lagi maka akan langsung dimasukkan ke daftar hitam untuk tahun selanjutnya.

B. Kedudukan Penerbit Bilyet Giro

Digunakannya bilyet giro sebagai alat pembayaran, adalah timbul sebagai akibat dari adanya suatu perjanjian dasar atau pokok antara penerbit dengan penerima bilyet giro, misalnya jual beli, sewa-menyewa, hutang- piutang dan lain sebagainya. Dalam suatu perjanjian jual beli, antara penjual dan pembeli disepakati bahwa pembeli tidak membayar dengan uang tunai tetapi dengan menggunakan bilyet giro. Maka selanjutnya pembeli Universitas Sumatera Utara menerbitkan sebuah giro sebagai alat pembayaran atas barang-barang yang telah dibelinya.Untuk itu kewajiban penerbit selanjutnya adalah menyediakan dana atas bilyet giro yang telah diterbitkannya. Pada saat penerbit menerbitkan bilyet giro tersebut, mungkian saja bahwa ia tidak mempunyai dana yang cukup pada rekeningnya untuk memenuhi bilyet giro tersebut. Penerbit mempunyai kewajiban untuk mencukupi dana sampai tiba saat amanat pemindahbukuan dalam bilyet giro itu berlaku efektif 36 Pada saat penerima menerima pembayaran dalam bentuk bilyet giro, maka ia tidak dapat mengetahui apakah penerbit mempunyai dana yang cukup atau tidak dalam rekeningnya. Bahkan tidak ada jaminan bagi penerima bahwa pada saat berlakunya tanggal efektif pemindahbukuan, telah tersedia dana pada rekening penerbit untuk dipindahbukukan ke dalam rekening penerima. Penerbit juga tidak dapat meminta keterangan kepada bank penyimpan dana tentang keadaan dana nasabah. Karena hal ini bertentangan dengan Pasal 40 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Rahasia Bank.Oleh karena itu penerima bilyet giro menerima pembayaran dengan bilyet giro adalah atas dasar kepercayaan terhadap penerbit . 37 Jika ternyata setelah sampai tanggal efektif bagi pemindahbukuan, dana penerbit tidak mencukupi atau tidak ada sama sekali, maka bilyet giro yang diajukan penerima kepada bank penyimpan dana akan ditolak dan disebut dengan bilyet hgiro kosong. Dalam hal ini penerima bilyet giro . 36 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia,Ghalia Indonesia. Bogor hal. 86 37 Ibid Universitas Sumatera Utara akanmenyelesaikannya dengan penerbit berdasarkan perjanjian pokok yang telah mereka buat. Dalam suatu perjanjian jual beli, maka penerima bukan mengajukan tuntutan atas bilyet giro kosong yang dikeluarkan penerbit, tetapi mengajukan tuntutan atas harga barang yang telah dibeli dan belum dibayar oleh pembelipenerbit bilyet giro. Penerima bilyet giro dapat menuntut penerbit bilyet giro kosong berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, karena penerbit menerbitkan bilyet giro kosong merupakan perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi penerima, namun dalam penggunaan bilyet giro ini umumnya antara penerbit dan penerima telah saling percaya dan mengenal dengan baik satu sama lain. Adakalanya tidak terpenuhinya dana hingga sampai berlaku tanggal efektif bukan disebabkan oleh itikad tidak baik dari penerbit, tetapi memang karena kondisi keuangannya yang tidak memungkiankan untuk menyediakan dana. Oleh karena itu dalam praktek pada umumnya sebelum tiba atau begitu mendekati tanggal efektif, penerbit meminta kepada penerima untuk tikda mengajukan giro tersebut kepada bank.Masalah- masalah mengenai bilyet giro kosong ini umumnya diselesaikan secara damai antara kedua belah pihak 38 Mengenai hilangnya Bilyet giro yang ada di tangan penerima bilyet giro maka penerima dapat meminta penerbit untuk memberitahukan kepada bank penerbit supaya bilyet giro yang hilang tersebut dibatalkan guna menghindari hal-hal yang dapat merugikan pihak penerima bilyet giro.Ini . 38 Tri Widiyono, Op.Cit, hal. 89 Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu perlindungan yang diberikan oleh pihak penerbit kepada pihak penerima bilyet giro 39 Dalam penggunaan bilyet giro, dinyatakan bahwa endosemen tidak berlaku atau dengan kata lain bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan. Namun dalam prakteknya, hal ini diabaikan oleh masyarakat. Suatu bilyet giro dapat dipindahtangankan dari satu penerima kepada penerima yang lain dengan jalan mengosongkan nama penerima, baru pada penerima terakhir yang akan melakukan pemindahbukuan, mengisi namanya. Hal yang menjadi persoalan di sini adalah jika ternyata bilyet giro tersebut adalah bilyet giro kosong, sedangkan penerima terakhir sama sekali tidak mengenal penerbit bilyet giro tersebut. Maka dalam hal ini antara penerbit dan penerima yang terakhir tersebut tidak ada hubungan hukum sama sekali. Hubungan hukum hanyalah antara penerima terakhir dengan pihak yang menyerahkan bilyet giro kosong tersebut sebagai alat pembayaran. Dengan demikian sama sekali tidak ada perlindungan yang diberikan oleh penerbit kepada penerima yang terakhir tadi. . Hal lain yang seringkali merugikan penerima adalah ketentuan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2832KepDir Tahun 1995 yang memberikan kesempatan kepada penerbit untuk membatalkan bilyet giro yang telah diterbitkannya. Pada dasarnya ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi pihak penerbit dari pihak lain yang tidak jujur. Misalnya dalam suatu perjanjian jual beli, pembeli telah menyerahkan bilyet giro sebagai alat pembayaran dan disepakati bahwa barang 39 Imam Prayogo Suryohadi kusumo, Joko Prakoso, Op.Cit, hal 81 Universitas Sumatera Utara akandiserahkan bilyet giro sebagai alat pembayaran dan disepakati bahwa barang akan diserahkan dalam waktu yang telah ditentukan. Ternyata setelah sampai waktu yang telah ditentukan, penjual tidak memenuhi prestasinya untuk menyerahkan barang maka penerbit mangatasi hal ini dengan membatalkan bilyet giro yang telah dikeluarkannya.Namun oleh karena Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia di atas tidak menghiur secara tegas tentan alasan-alasan pembatalan ini maka kenyataannya bahwa pihak penerimalah yang banyak dirugi dengan ketentuan ini.Adakalanya penerbit hanya mencari-cari alasan membatalkan bilyet giro untuk menghindari atau menunda pembayaran 40 Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2832KepDir Tahun 1995 juga telah diatur tentang syarat-syarat formil suatu bilyet giro. Dalam prakteknya apabila syarat-syarat formal ini tidak dipenuhi maka bank akan menolak untuk melakukan pemindahbukuan. Dalam hal ini penerbit yang tidak jujur seringkali memanfaatkan kesempatan ini.Sebagai contoh syarat tentang tanda tangan penerbit. Sebelum melakukan pembayaran, maka bank akan meneliti apakah tanda tangan pada bilyet giro sesuai dengan specimen contoh tanda tangan yang ada pada bank. Jika tidak sesuai maka bank akan menolak untuk melakukan pembayaran. . C. Faktor Penyebab Penerbitan Bilyet Giro Kosong dan Hambatan- hambatan dalam Penggunaan Bilyet Giro sebagai Alat Pembayaran 1. Faktor Penyebab Penerbitan Bilyet Giro Kosong 40 M. Bahsan, Op.Cit, hal. 59 Universitas Sumatera Utara Di dalam praktek perbankan, mengenai peraturan bilyetgiro kosong secara umum telah diatur dalam Surat EdaranBank Indonesia No.913DASP,pada ketentuan angka 6 tentang Penyediaan Dana dan BilyetGiro Kosong, SK Dir 2832KEPDIR 4 Juli 1995 tentangBilyet Giro, Surat Edaran 210DASP tanggal 8 Juni 2000tentang Tata Usaha Penarikan CekBilyet Giro Kosong, yangdiubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia no. 417DASPtanggal 7 November 2002.Di dalam praktek perbankan ternyata masih banyakdijumpai penerbitan bilyet-bilyet giro kosong yang beredardalam masyarakat. Seperti yang telah penulis uraikan di atasbahwa pihak bank membantu dengan mengkonfirmasi danmenunggu dana disetor, tetapi penerbitan bilyet giro kosongtetap terjadi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkanterjadinya penerbitan bilyet giro kosong antara lain: 41

a. Kelalaian Penerbit

Kewajiban penyediaan dana yang cukup itu timbul saat amanattermaktub dalam bilyet giro menjadi efektif untukdilaksanakan.Yang menjadi masalah adalah apabila pada saat amanattersebut menjadi efektif untuk dilaksanakan ternyata dananyatidak mencukupi atau bahkan tidak ada.Padahal sebenarnyadalam melakukan penerbitan seharusnya penerbit sudahmengetahui jumlah dananya di bank.Tetapi ada kalanya pihak penerbit tidak mengetahui atau tidakmemperhitungkan jumlah dananya yang ada di bank. Dalam hal seperti ini apabila penerbit melakukan penerbitanbilyet giro yang ternyata dananya cukup atau bahkan tidak ada,maka bilyet giro 41 Hasil wawancara dengan Bagian Kliring PT.Bank Sumut Cabang Utama Medan yaituBapak Sahrial beserta Ibu Silvi Bagian Pelayanan Nasabah Universitas Sumatera Utara tersebut akan ditolak oleh bank dandigolongkan sebagai bilyet giro kosong.Tetapi dapat juga penerbit menerbitkan bilyet giro dengantenggang waktu antara tanggal efektif dan tanggal penerbitanyang tercantum dalam bilyet giro cukup lama. Dalam hal inipenerbit dapat menyediakan dana yang cukup dalam waktutersebut. Kenyataannya pada waktu pemegang bilyet giromengajukan bilyet giro pada bank sesuai dengan tanggalefektif yang disebut dalam bilyet giro tersebut ditolak olehbank karena dananya tidak mencukupi atau bahkan tidak ada. b. Kesengajaan Penerbit Dalam hal terjadinya penerbitan bilyet giro kosong karenadisengaja oleh penerbit, biasanya penerbit sejak semula sudahmengetahui bahwa dananya yang tersedia di bank tidak cukupatau tidak ada tetapi penerbit tetap menerbitkan bilyet giro. Halini dapat juga terjadi disebabkan oleh itikad tidak baik olehpenerbit, misalnya bertujuan untuk penipuan.Atau kasus lain, misalnya ketika perjanjian pokok timbulmasalah, dan pihak penerbit telah menerbitkan bilyet girodengan tenggang waktu tanggal efektif, ada kalanya penerbitsengaja menarik dananya di bank agar bilyet giro tersebut tidakdapat digunakan untuk menarik dananya. Pada dasarnya penerbitan bilyet girokosong tidak diperbolehkan, karena dapat mengganggukepercayaan masyarakat pada dunia perbankan, dan tidaksesuai dengan fungsi bilyet giro sebagai surat berharga, yaitusebagai alat pembayaran dengan cara pemindahbukuan. 2. Hambatan-hambatan dalam Penggunaan Bilyet Giro sebagai Alat Pembayaran Universitas Sumatera Utara Pengaturan penggunaan bilyet giro dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2832KepDir Tahun 1995 ternyata dirasakan masih kurang lengkap.Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia ini hanya mengatur secara umum, sehingga menimbulkan keragu-raguan dalam penggunaannya.Di atas telah dikemukakan beberapa faktor yang merupakan pendorong bagi penggunaan bilyet giro sebagai alat pembayaran yang semakin berkembang dewasa ini. Namun ternyata sebagian faktor-faktor pendorong itu disisi lain justru merupakan faktor penghambat dalam penggunaan bilyet giro. Faktor-faktor yang menghambat penggunaan bilyet giro dapat dikemukakan sebagai berikut a Alasan Pembatalan yang tidak jelas Dalam penggunaan bilyet giro sebagai alat pembayaran, sering timbul kesulitan dan hambatan yaitu dengan adanya pembatalan bilyet giro.Hal ini baru dapat diketahui pada saat penerima bilyet giro menyodorkan bilyet giro tersebut kepada bank.Ternyata bank menolak bilyet giro tersebut dengan alasan telah menerima nota pembatalan dari penerbit tanpa suatu alasan yang jelas. Menghadapi keadaan yang demikian, penerima bilyet giro tentunya merasa kecewa dan akan timbul sikap kurang percaya terhadap bilyet giro sebagai alat pembayaran giral, sekaligus mempengaruhi kepercayaan terhadap bank yang dalam hal ini menghadapi dua pihak yang saling bertentangan. Di satu pihak bank akan melindungi kepentingan nasabahnya, di lain pihak, bank juga menghadapi pihak penerima bilyet giro yang timbul Universitas Sumatera Utara rasa kurang percaya terhadap bank. Untuk mengatasi kedudukan yang sulit itu, bank memberikan ketentuan bahwa suatu bilyet giro dapat dibatalkan oleh penerbitnya sepanjang pada waktu penerimaan pemberitaan tertulis oleh bank yang bersangkutan dan amanat dalam bilyet giro itu belum dilaksanakan. Jadi pembatalan bilyet giro hanya berkekuatan jika pada waktu bank menerima pemberitahuan secara tertulis perintah pemindahbukuan belum dilaksanakan.Sedangkan jika pemberitahuan pembatalan, baru diketahui seteralh perintah pemindahbukuan sudah dilaksanakan maka pemindahbukuan tetap sah. b Tidak berlakunya endosemen Sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2832KepDir Tahun 1995 bahwa bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan melalui endosemen, karena di dalamnya tidak terdapat klausa yang Menunjukkan cara pemindahannya. Sebagaimana telah diuraikan bahwa suatu bilyet giro memuat nama penerima kepada siapa dana tersebut akan dipindahbukukan. Dengan demikian maka apabila suatu bilyet giro telah diisi lengkap oleh penerbit, maka yang dapat menimbulkan dana tersebut hanyalah yang namanya tersebut di dalam bilyet giro. Untuk terjadinya pemindahbukuan maka penerima tersebut harus juga merupakan nasabah suatu bank yang mempunyai rekening giro 42 42 Munir Fuady. Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori Dan Praktek. Citra Aditya Bakti. Bandung. hal. 59 . Universitas Sumatera Utara Hal ini merupakan faktor penghambat penggunaan bilyet giro karena walaupun bilyet giro ini dapat digolongkan sebagai surat berharga namun tidak dapat diperdagangkan. Namun kendala ini dalam prakteknya diatasi dengan mengosongkan nama penerima hingga pada penerima yang terakhir yang akan memindahbukukan dana ke dalam rekeningnya, menuliskan namanya, meskipun sebenarnya hal ini tidak sesuai dengan ketentuan di atas. c Waktu jatuh tempo yang sudah lama Sebagaimana telah ditentukan di atas bahwa tenggang waktu antara tanggal penertiban dan tanggal efektif suatu bilyet giro merupakan faktor pendorong penggunaan bilyet giro. Namun timbul pertanyaan apakah waktu yang diberikan selama 70 hari itu tidak terlalu lama?Sebab dari awal penertibannya sebenarnya telah jelas bilyet giro diterbitkan adalah untuk mepentingan perhitungan dengan melalui pemindahbukuan, sehingga tenggang waktu tersebut dirasakan cukup lama. Tenggang waktu yang cukup lama ini merupakan faktor penghambat penggunaan bilyet giro karena secara ekonomis, dengan lamanya pembayaran ini pihak penjual akan dirugikan. Apalagi dengan kemungkinan timbulnya inflasi yang sering terjadi, maka nilai uang yang dicantumkan dalam bilyet giro pada saat penerbitannya, kemungkinan akan berkurang pada saat tiba tanggal efektif. Hal ini tentu saja merugikan si penjual, terutama para pedagang dengan modal yang terbatas

D. Sanksi Terhadap Penerbitan Bilyet Giro Kosong