menggunakan mata uang dalam jumlah besar, banyak kemungkinannya timbul bahaya atau kerugian, misalnya pencurian, perampokan dan lain-
lain. Dikatakan surat berharga karena surat tersebut mempunyai nilai
uang atau dapat ditukar dengan sejumlah uang atau apa yang tersebut dalam surat itu dapat dinilai atau dtukar dengan uang. Surat-surat itu berupa cek,
wesel, bilyet giro, saham, obligasi, konosemen dan lain-lain. Pembahasan akan dibatasi pada surat berharga yang sering dipakai dalam melakukan
transaksi dalam lingkup usaha jasa perhotelan, yaitu cek, travel cheque, kartukredit, voucher dan guarantee letter, maupun Bilyet Giro
17
B. Pengertian dan Pengaturan Bilyet Giro
.
Menurut SK Direksi Bank Indonesia No. 2832KEPDIR tahun 1995,yang dimaksud dengan bilyet giro adalah surat perintah nasabah yang
telah distandadisirdibakukanbentuknya kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukansejumlah dana dari rekening yang bersangkutan
kepada pihakpenerima yang disebut namanya pada bank yang sama atauberlainan.
Dari definisi ini dapat diketahui unsur-unsur bilyet giro, yaitu:
1. Bahwa bentuk bilyet giro telah dibakukandiseragamkan dengan
keluarnya SE BI No. 4670 tahun 1972. 2.
Pembayaran dengan Bilyet Giro merupakan pembayaran secara pemindahbukuan dari bank penyimpan dana milik penerbit kepada bank
17
Imam Prayogo Suryohadi kusumo, Joko Prakoso, Surat Berharga Pembayaran dalam
Masyarakat Modern, Bina Aksara, Jakarta.2002. Hal. 40
Universitas Sumatera Utara
penerima dana milik pihak lain yang namanya disebut dalam Bilyet Giro ini.
3. Bilyet Giro tidak dapat dibayar secara tunai dan hanya dapat dibayarkan
kepada orang yang namanya sudah tercantum dalam Bilyet Giro tersebut, sekalipun bank penerima dana dapat bank yang sama maupun
bank yang berbeda. 4.
Pembayaran dengan Bilyet Giro, antara pihak pembayar sebagai penerbit dan pihak penerima masing-masing harus sebagai nasabah
suatu bank, baik bank sejenis maupun berbeda, Bilyet Giro juga dapat dialihkan kepada orang lain.
Para pihak yang terlibat dalam peredaran bilyet giro adalah: 1.
Penerbit, yaitu pihak yang telah menerbitkan bilyet giro. Penerbit harus mempunyai rekening giro pada suatu bank disebut bank tertarik.
2. Bank tertarik, yaitu bank yang mempunyai dana di bawah
pengawasannya guna kepentingan penarik. 3.
Pemegang, yaitu pihak yang memegang bilyet giro pada saat menawarkan di bank tertarik
Dasar hukum pengaturan Bilyet Giro adalah sebagai berikut:
1. Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
10 tahun 1998:
“Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mengunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan pemindahbukuan”
Universitas Sumatera Utara
2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 4670UPPBPb tanggal 24 Januari
1972 yang disempurnakan dengan:
a. Surat Keputusan Direksi No. 2832KEPDIR tanggal 4 Juli 1995
b. Surat Edaran No. 2832UPG tanggal 4 Juli 1995
c. Surat Edaran No. 210DASP tanggal 8 Juni 2000
d. Surat Edaran Bank Indonesia No. SE 128UPPB tentang cekbilyet
giro kosong tanggal 9 Agustus 1979.
C. Latar Belakang Digunakannya Bilyet Giro Sebagai Alat Pembayaran