BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi pada masa sekarang ini menyebabkan sebagian besar masyarakat lebih cenderung mengambil
langkah-langkah yang bersifat praktis. Begitu juga dalam sistem pembayaran yang dewasa ini tidak hanya dilakukan dengan uang kartal saja
uang logam dan uang kertas, bahkan juga dilakukan dengan menggunakan uang giral berupa surat berharga. Pertimbangan penggunaan surat berharga
dalam lalu lintas pembayaran dinilai lebih efisien dan aman. Alasan itu dapat dimengerti mengingat kondisi keamanan pada saat sekarang sangat
rawan dan riskan dari tindakan pencurian, perampokan dan segala macam tindak kriminal apabila membawa uang tunai dalam jumlah besar
1
Seperti kita ketahui dalam sektor hukum, khususnya hukum bisnis dewasa ini dimana sudah cukup berkembang, memang merupakan suatu
fenomena dan fakta yang tidak terbantahkan, bahwa arus dan pengaruh globalisasi barat sudah masuk dalam kehidupan bisnis di Indonesia,
demikian pula dengan banyaknya orang Indonesia memakai alat pembayaran produk barat tersebut.
.
Disadari atau tidak masyarakat Indonesia, telah mengikuti arus perkembangan bisnis secara umum, dengan memakai alat pembayaran-
pembayaran modern tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
1
Iwan Bayu aji, Penggunaan Bilyet Giro dalam Lalulintas Pembayaran, Makalah
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan akan hiburan dan kebutuhan yang terjadi karena suatu kegiatan bisnis. Namun para pihak yang terlibat dalam transaksi yang meakai alat
pembayaran semacam ini, diperlukan pengetahuan yang cukup tentang keberadaan yang sah daripada fisik alat pembayaran tersebut, sebagai upaya
pencegahan timbulnya kerugian yang diderita akibat pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan oleh pihak tertentu. Tujuan para pihak
memakai alat pembayaran tersebut adalah kepraktisan dan keamanan, namun semua itu haruslah dijaga oleh para pihak itu sendiri dengan
mengenal macam-macamjenis-jenis alat pembayaran tersebut, baik secara fisik dan teknis.
Pembahasan masalah penggunaan giral di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas dari kebijaksanaan Pemerintah terutama kebijaksanaan di
bidang ekonomi serta perkembangan perekonomian baik nasional maupun internasional. Sebagaimana diketahui, untuk tetap menjaga laju
pembangunan, Pemerintah mengharapkan lebih banyak peranan sektor swasta untuk dapat memobilisasi dana. Peranan sektor swasta itu antara lain
dilaksanakan melalui penghimpunan dana oleh perbankan. Dalam pelaksanaannya, pembangunan di bidang keuangan telah diarahkan pada
peningkatan kemandirian bangsa melalui peningkatan kemampuan keuangan yang makin andal, efisien dan mampu memenuhi tuntutan
pembangunan, penciptaan suasana yang mendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas masyarakat, meluasnya peran serta masyarakat dalam
pembangunan serta melalui upaya untuk terus meningkatkan tabungan nasional sebagai sumber utama pembiayaan. Selanjutnya lembaga
Universitas Sumatera Utara
keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank lebih ditingkatkan fungsi dan peranannya agar makin mampu menampung dan
menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan.
Uang atau dana funds merupakan unsur utama dalam transaksi yang dilakukan oleh para pihak terkait. Pada suatu saat dan dalam situasi
tertentu seseorang belum atau tidak memiliki uang atau dana untuk menutup kebutuhan atau kewajibannya. Sebaliknya seseorang lain memiliki
kelebihan uang atau dana yang untuk sementara tidak ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan atau kewajibannya. Guna mempertemukan pihak-
pihak yang membutuhkan dan kelebihan dana tersebut sistem keuangan berfungsi. Sistem keuangan pada dasarnya adalah kesatuan antara lembaga-
lembaga, kaidah dan mekanisme, serta pasar dimana permintaan dan penawaran akan dana dipertemukan, tingkat bunga ditetapkan serta jasa-
jasa keuangan lainnya disediakan. Lembaga-lembaga di dalam sistem keuangan terdiri dari lembaga-
lembaga dalam sistim moneter, yaitu otoritas moneter dan bank pencipta uang giral BPUG atau bank-bank Umum serta lembaga-lembaga di luar
sistem moneter, yaitu antara lain Bank Perkreditan Rakyat BPR, asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, lembaga penunjang Pasar Modal,
pialang Pasar Uang, pegadaian dan Pedagang Valuta Asing PVA. Meskipun masing-masing lembaga tersebut berdiri sendiri, bahkan dibina
dan diawasi oleh otoritas pengawas yang berbeda, namun dalam pelaksanaan kegiatan usahanya lembaga-lembaga tersebut saling terkait dan
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi baik langsung maupun idak langsung melalui instrumen yang diterbitkan atau yang diprosesnya. Apalagi banyak lembaga-lembaga
tersebut yang saling terkait karena memiliki hubungan, baik keuangan, kepemilikan maupun kepengurusan.
Guna menunjang kelancaran transaksi keuangan dalam perekonomian nasional, pelaku ekonomi menggunakan sarana pembayaran,
baik tunai dengan uang kartal maupun dengan menggunakan instrumen pembayaran giral atau non tunai. Masyarakat menginginkan agar transaksi-
transaksi yang dilakukan dengan partner usahanya dapat dilakukan dengan efektif, efisien, aman dan praktis. Untuk transaksi-transaksi dalam jumlah
besar, pelaku bisnis condong menggunakan instrumen pembayaran giral, karena lebih efektif, efisien, aman dan praktis.
Definisi surat berharga yang diberikan oleh Undang-undang Perbankan dan definisi efek yang diberikan oleh Keputusan Menteri
Keuangan dan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tersebut tampaknya sangat luas, karena mencantumkan segala bentuk
derivatif turunan dari surat berharga dan efek itu sendiri. Bentuk turunan ini, yang dikenal dengan “derivative securities”, terus berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemajuan teknologi. Dapat dikemukakan disini bahwa definisi surat berharga dalam peraturan perundang-undangan ini
sangat penting, karena dapat menentukan ruang lingkup berlakunya suatu peraturan, mekanisme, pelaku dan cakupan kewenangan lembaga yang
bertugas melaksanakan peraturan tersebut. Dengan demikian adalah suatu hal yang harus dijaga agar definisi dalam suatu peraturan perundang-
Universitas Sumatera Utara
undangan yang satu selaras dengan definisi dalam peraturan perundang- undangan lainnya, dan tidak ada lagi kesimpang-siuran yang dapat
mengundang penafsiran yang berbeda dan ketidakpastian hukum. Penerbitan surat berharga pada dasarnya adalah perjanjian, antara
lain dimaksudkan sebagai sarana untuk melakukan pembayaran dari suatu hutang atau kewajiban yang telah ada sebelumnya. Jadi sudah ada
hubungan hukum sebelumnya yang biasa disebut “perikatan dasar” underlying transaction, onderligende verhouding. Namun demikian tidak
seperti halnya perjanjian tambahan accesoir, perjanjian penerbitan atau penarikan surat berharga tidak berakhir atau hapus meskipun perikatan
dasarnya telah hapus atau berakhir. Tujuan lain penggunaan surat-surat berharga adalah untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral
dibandingkan dengan sarana lain, yaitu lalu lintas pembayaran dengan uang kartal atau tunai, sehingga dengan demikian dana-dana dapat dihimpun
untuk disalurkan sebagai dana pembiayaan yang lebih produktif. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan informasi di era
modern ini, kebutuhan akan alat pembayaran dalam hal ini uang atau bentuk lain daripada uang yang dapat dinilai sebagai uang atau yang bernilai atau
yang dapat diganti dengan uang, bagi seseorang memang merupakan pemandangan sehari-hari. Baik dalam rangka memenuhi kebutuhan
konsumsi sehari-hari maupun untuk kesenangan dan hiburan apalagi dalam hal berusaha di berbagai bidang bisnis. Karena bagi orang bisnis tentunya
mempunyai arti yang sangat penting, uang adalah raja. Namun dalam beberapa kesempatan misalnya dalam kesempatan melakukan perjalanan
Universitas Sumatera Utara
bisnis dan atau perjalanan wisata baik dalam jarak dekat maupun jauh, keberadaan uang tidak lagi menjadi prioritas. Atas dasar praktis dan aman
maka orang cenderung beralih kepada alat pembayaran lain diantaranya kartu kredit, cek, bilyet giro, maupun cek perjalanan
2
Penggunaan bilyet giro sebagai salah satu alat pembayaran dalam praktek semula timbul atas kepercayaan untuk melayani amanat nasabahnya
yang mempunyai simpanan giro pada bank tersebut, yang melakukan penarikan dengan bentuk yang tidak berdasarkan peraturan-peraturan
tertentu.Sifatnya hanya merupakan perintah pemindahbukuan dari penerbit kepada bank untuk kepentingan penerima bilyet giro. Karena hanya dapat
digunakan untuk pemindahbukuan saja dan tidak dapat diuangkan secara tunaimaka dirasa lebih aman, sehingga masyarakat cenderung untuk
menyukainya, namun dalam kenyataannya bilyet giro yang diharapkan dapat memenuhi fungsinya sebagai alat pembayaran giral yang praktis,
efisien, dan aman belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Hal ini disebabkan dengan adanya hambatan-hambatan didalam penggunaan bilyet giro,
khususnya dalam kaitannya dengan tanggung jawab penerbit bilyet giro terhadap bilyet giro yang diterbitkannya, seperti adanya penerbitan bilyet
giro kosong, pembatalan bilyet giro dan kemungkinan dapat diperalihkannya bilyet giro. Dengan adanya masalah-masalah tersebut,
maka dapat menimbulkan kerugian pada masyarakat maupun pihak bank sendiri, yang akibatnya dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat
terhadap bilyet giro khususnya dan terhadap bank pada umumnya. .
2
Hermansyah. “Hukum Perbankan Nasional Indonesia”.Jakarta: Kencana Prenada Media.2005. Hal 71
Universitas Sumatera Utara
Sistem pembayaran yang dulu harus menggunakan uang kartal, kini dapat menggunakan uang giral yang tentunya lebih mudah, praktis dan
aman. Pembayaran dengan uang kartal ini dapat disebut dengan pembayaran dengan surat berharga.
Bilyet giro sendiri adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening
yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebut namanya. Bilyet giro sendiri tidak diatur dalam KUHD, melainkan dalam SE BI no
28332UPG1995. Giro adalah suatu istilah perbankan untuk suatu cara pembayaran
yang hampir merupakan kebalikan dari sistem cek. Suatu cek diberikan kepada pihak penerima pembayaran payee yang menyimpannya di bank
mereka, sedangkan giro diberikan oleh pihak pembayar payer ke banknya, yang selanjutnya akan mentransfer dana kepada bank pihak penerima,
langsung ke akun mereka. Giro bilyet adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau sarana perintah pembayaran lainnya dengan cara transfer uang. Giro sangat bermanfaat bagi
pengusaha, karena dengan giro berbagai pembayaran untuk berbagai transaksi dalam jumlah besar tidak perlu dilakukan dengan tunai. Cukup
dengan menggunakan selembar kertas cek untuk pembayaran tunai atau bilyet giro untuk pembayaran nontunai
3
3
.http:www.bi.go.idwebidSistem+PembayaranInstrumen+Pembayaran+Nont unaiBilyet+Giro Terakhir kali diakses pada tanggal 26 Juli 2012
.
Universitas Sumatera Utara
Penarikan bilyet giro dibebankan kepada rekening penarik, yaitu nasabah giro cabang bank yang bersangkutan yang ditunjuk pada bilyet giro
tersebut. Sedangkan tujuan pembayaran diberikan kepada rekening yang disebutkan, baik rekening nasabah pada cabang bank itu sendiri, nasabah
cabang lain dari bank yang sama atau nasabah bank lain diluar bank tertarik. Dalam praktik, apabila bilyet giro tersebut ditujukan kepada
rekening pemegang yang bersangkutan kepada bank lain, maka pengiriman dana kepada rekening pemegang tersebut menggunakan sarana transfer.
Dana yang dapat diperhitungkan sebagai dana nasabah adalah saldo giro efektif dan atau saldo fasilitas kredit yang belum dipergunakan, atau
fasilitas overdraftcerukan yang diberikan oleh bank. Apabila nasabah menarik dana pada rekening giro tetapi dana tersebut tidak ada atau tidak
mencukupi maka nasabah dianggap telah menarik cekbilyet giro kosong. Dalam lalu lintas perdagangan salah satu alat pembayaran adalah
bilyet giro, tetapi di dalam mekanisme penggunaan bilyet giro tersebut sering kali timbul masalah yaitu, terbitnya bilyet giro kosong yang jika
dibiarkan dapat menimbulkan adanya inflasi yang merugikan perekonomian negara dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga bilyet
giro.Mengenai sebab-sebab adanya bilyet giro dan hal-hal yang dapat diklasifikasikan ke dalam bilyet giro kosong, peraturan perundangan
tentang bilyet giro dan dampak bilyet giro kosong terhadap perbankan. Hal ini disebabkan karena masih terdapat kelemahan dari perundangan yang
mengatur tentang bilyet giro, kurang waspadanya administrasi bank dan
Universitas Sumatera Utara
dari hal tersebut mengakibatkan masyarakat menjadi kurang percaya pada lembaga cekbilyet giro
4
Perlu diketahui bahwa Jumlah penolakan cek dan bilyet giro CekBG kosong mengalami peningkatan pada Januari 2012 sebesar
Rp140,86 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 5.300 lembar. Total transaksi RTGS di Sumut pada Januari 2012 tercatat sebesar Rp53,11 triliun
dengan volume transaksi sejumlah 67.749 transaksi. Transaksi transfer masuk dari luar Sumatera Utara tercatat sebesar Rp22,84 triliun, lebih besar
daripada transfer keluar dari Sumatera Utara yang tercatat sebesar Rp20,21 triliun. Sementara transfer yang terjadi dalam wilayah Sumatera Utara
sendiri tercatat sebesar Rp10,05 triliun. Porsi transaksi terbesar terjadi di Kota Medan dengan total nilai transaksi sebesar Rp50,66 triliun atau 95,40
persen dari total transaksi RTGS di Sumatera Utara. Di Medan, transaksi RTGS pada Januari 2012 untuk keluar Sumut mencapai Rp19,223 triliun,
masuk ke Sumut 21,514 triliun dan transaksi dalam Sumut Rp9,927 triliun, menurun dibanding Desember 2011 sebesar Rp11,474 triliun
.
5
Perhitungan frekuensi penarikan cekbilyet giro kosong adalah sebagai berikut :
.
a. Satu lembar cekbilyet giro yang sama, tetapi diajukan berulang-ulang dan ditolak pembayarannya dihitung sebagai satu kali penarikan cekbilyet giro
kosong.
4
http:qiethink.blogspot.com2012051-cek-bilyet-giro.html
5
http:beritasore.com20120312penolakan-cek-dan-bilyet-giro-kosong- meningkat-di-sumut. Terakhir kali diakses pada tanggal 25 Juli 2012
Universitas Sumatera Utara
b. Beberapa cekbilyet giro kosong yang ditarik oleh seorang nasabah dan ditolak pembayarannya oleh satu bank pada hari yang sama dihitung
sebagai satu kali penarikan cekbilyet giro kosong. c. Beberapa cekbilyet giro yang ditarik satu nasabah dan ditolak
pembayarannya oleh beberapa bank pada hari yang sama, maka frekuensi penarikan cekbilyet giro kosong dihitung sama dengan jumlah bank yang
menolaknya. Pengaturan bilyet giro hanyalah suatu Surat Edaran Bank Indonesia
yang mengatur mengenai syarat formil bilyet giro kosong yang melakukannya secara berulang-ulang tanpa adanya sanksi yang
memberatkan penerbit. Sanksi bagi penerbit bilyet giro kosong tiga kali berturut-turut adalah dimasukannya nama penerbit ke dalam daftar hitam
Bank Indonesia. Permasalahan lain yang dihadapi oleh penerima bilyet giro adalah adanya pembatalasan bilyet giro tanpa adanya alasan yang jelas dari
tersangkut. Sebagai surat berharga bilyet giro tidak dapat diendosemenkan. Hal ini bertentangan dengan fungsi surat berharga sebagai suatu surat yang
dapat diperjualbelikan dan dipindahtangankan dengan mudah. Di dalam bilyet giro tidak terdapat klausula yang menunjuk mengenai cara
pemindahannya. PT. Bank Sumut merupakan Bank Daerah Sumatera Utara yang
telah melayani masyarakat Sumatera Utara sejak tahun 1961. PT Bank Sumut telah banyak memberikan kontribusi dalam pembangunan Daerah
Sumatera Utara.PT. Bank Sumut memiliki visi yaitu Menjadi bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan
Universitas Sumatera Utara
pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat.
Sebagai salah satu bagian dalam lalu lintas pembayaran, PT. Bank Sumut juga menyediakan pelayanan lalu lintas pembayaran dengan
menggunakan bilyet giro. Berdasarkan hal tersebut di atas serta untuk lebih mengetahui penggunaan bilyet giro di dalam fungsinya sebagai alat
pembayaran giral maka penulis tertarikuntuk meneliti lebih lanjut materi yang ada serta akan dituangkan dalam bentuk usulan penelitian dengan
judul:“Tanggung Jawab Penerbit Bilyet Giro Kosong Di PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.”
B. Permasalahan