4. Analisis Data
Data yang diperoleh, dianalisis dengan metode kualitatif yang berarti dengan menganalisa data-data dan diuraikan melalui kalimat-kalimat yang
merupakan penjelasan atas hal-hal ynag terkait dalam penulisan skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini adalah terbagi dalam beberapa Bab antara lain, sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari sub-sub bagian yang dimulai dari latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan,
tinjauan kepustakaan, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Kekuatan Pembuktian Visum Et Repertum Terhadap Korban
Tindak Pidana Pemerkosaan di Bawah Umur
Pada bab ini penulis membahas tentang kekutan pembuktian visum et repertum terhadap korban tindak pidana pemerkosaan dibawah umur, yang
terdiri dari sub-sub bagian yaitu : jenis-jenis dan bentuk susunan visum et repertum, kekuatan pembuktian visum et repertum menurut KUHAP,
kedudukan atau nilai visum et repertum pada tindak pidana pemerkosaan, serta tindak pidana perkosaan terhadap wanita yang belum dewasa
merupakan Delik Aduan.
Bab III : Perlindungan Hukum Bagi Korban Tindak Pidana Pemerkosaan Di Bawah Umur
Universitas Sumatera Utara
Pada bab ini penulis akan membahas tentang perlindungan hukum bagi korban tindak pidana pemerkosaan, yang terdiri dari beberapa bagian
antara lain : perlindungan hukum terhadap anak korban menurut KUHAP dan UU No.13 tahun 2006 tentang perlindungan Saksi dan
Korban, perlindungan hukum terhadap anak korban yang ditinjau dari UU NO. 23 tahun 2002, penerapan sanksi pidana terhadap pelaku ditinjau
dari KUHP dan UU NO.23 Tahun 2002, serta di bab ini secara khusus akan mengalisa kasus yang diperoleh penulis dari Pengadilan Negeri
Medan dengan memberikan uraian singkat tentang kasus pemerkosaan yang terjadi pada anak dibawah umur.
Bab IV : Penutup
Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran, dimana dalam bab ini penulis mengemukakan hal-hal yang dianggap
penting dari pembahasan tentang permasalahan yang ada didalam skripsi ini, kemudian penulis memberikan saran-saran yang dianggap perlu dalam
penulisan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM
TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN DI BAWAH UMUR
Bantuan dokter kepada kalangan hukum yang paling sering dan sangat diperlukan adalah pemeriksaan korban untuk pembuatan visum et repertum .
Masalah visum adalah masalah utama yang menghubungkan dokter dengan kalangan penyidik atau kalangan peradilan, maka pemahaman mengenai masalah
ini harus dikuasai dengan baik, tidak saja untuk kalangan dokter tetapi juga untuk penyidik, penuntut umum, pembela, dan hakim pengadilan. Visum et repertum
adalah istilah asing, namun sudah menyatu dalam bahasa Indonesia sehingga orang awam sekalipun biasanya mengetahui bahwa visum et repertum berkaitam
dengan surat yang dikeluarkan dokter untuk polisi dan pengadilan.
9
Dalam undang-undang ada satu ketentuan hukum yang menuliskan langsung tentang visum et repertum, yaitu pada Staatsblad Lembaran Negara
tahun 1937 No. 350 yang menyatakan : Pasal 1 :
Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajaran di Negeri Belanda ataupun
di Indonesia, merupakan alat bukti yang syah dalam perkara-perkara pidana, selama visa reperta tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal
yang dilihat dan ditemui oleh dokter pada benda yang diperiksa.
9
Amri Amir, Op. Cit., Hal. 205.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 2 ayat 1 : Pada Dokter yang tidak pernah mengucapkan sumpah jabatan baik
di Negeri Belanda maupun di Indonesia, sebagai tersebut dalam Pasal 1 diatas, dapat mengucapkan sumpah sebagai berikut :
“Saya bersumpah berjanji , bahwa saya sebagai dokter akan membuat pernyatan-pernyataan atau keterangan-keterangan tertulis yang diperlukan untuk
kepentingan peradilan dengan sebenar-benarnya menurut pengetahuan saya yang sebaik-baiknya. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang
melimpahkan kekuatan lahir dan batin”.
10
Bila diperinci isi Staatsblad ini mengandung makna : 1.
Setiap dokter yang telah disumpah waktu menyelesaikan pendidikannya di Belanda ataupun di Indonesia, ataupun dokter-dokter lain berdasarkan
sumpah khusus ayat 2 dapat membuat visum et repertum. 2.
Visum et repertum mempunyai daya bukti yang syah alat bukti yang syah dalam perkara pidana.
3. Visum et repertum berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat,
ditemukan pada benda-benda korban yang diperiksa. Ketentuan pada staatsblad ini merupakan terobosan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi dokter dalam membuat visum, yaitu mereka tidak perlu disumpah tiap kali sebelum membuat visum. Setiap keterangan yang disampaikan
untuk pengadilan haruslah keterangan dibawah sumpah. Dengan adanya ketentuan ini, maka sumpah yang telah diikrarkan dokter waktu menamatkan
10
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pendidikannya, dianggap sebagai sumpah yang syah untuk kepentingan membuat visum et repertum. Oleh karena itu sampai sekarang pada bagian akhir visum,
masih dicantumkan ketentuan hukum ini untuk mengingatkan yang membuat maupun yang menggunakan visum et repertum, bahwa dokter waktu membuat
visum akan bertindak jujur dan menyampaikan tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan korban menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.
A. Jenis dan Bentuk Visum Et Repertum 1. Jenis-jenis Visum Et Repertum