PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA

PEMERKOSAAN DI BAWAH UMUR Perlindungan hukum bagi korban khususnya korban perkosaan merupakan salah satu kebutuhan yang semakin mendesak. Hal ini disebabkan kurangnya pengaturan secara tegas dan jelas tentang perlindungan hukum terhadap korban dalam KUHAP. Sistem peradilan pidana lebih mengedepankan bagaimana penjatuhan sanksi pidana kepada pelaku. Sementara perlindungan hukum terhadap korban dalam pemeriksaan pengadilan kurang diperhatikan. Korban diartikan sebagai mereka yang menderita fisik, mental, sosial sebagai akibat tindakan jahat dari mereka yang mau memenuhi kepentingan diri sendiri atau pihak yang menderita. Realitas perkosaan biasanya terjadi secara spontan bahkan ada juga memang pemerkosa sudah mempunyai niat dari awal, namun semua tergantung ada tidaknya kesempatan pelaku untuk melakukan perbuatannya. Dari segi pelaku pemerkosa, bisa dilakukan oleh orang asing juga oleh orang sudah dikenal oleh korban. 26 Kepastian hukum merupakan perlindungan hukum terhadap setiap tindakan sewenang-wenang, yang artinya setiap orang berhak memperoleh perlindungan hukum, dan disisi lain setiap orang juga harus patuh pada hukum yang berlaku. Hukum harus memberikan keadilan, hukum bukan keadilan karena hukum adalah aturan hukum umum sehingga hukum harus memberikan keadilan dan perlindungan hukum bagi pelaku maupun korban kejahatan tanpa membeda- 26 Arif Gosita, Relevansi Victimologi dengan terhadap Para korban Perkosaan, Jakarta, 1987, Hal.79. Universitas Sumatera Utara bedakan. Namun perlindungan hukum terhadap korban terkesan terasing dalam sistem peradilan pidana, hal ini disebabkan minimnya pengaturan korban sebagai pihak yang dirugikan baik secara fisik maupun psikis. Dalam peraturan perundang-undangan pidana mengakibatkan kurangnya pembahasan -pembahasan mengenai korban di dalam proses pidana. Peran dan posisi korban di dalam proses pidanas sesuai dengan peraturan perundang-undangan pidana di indonesia KUHAP lebih banyak diposisikan kualitas saksi. Sehingga proses persidangan lebih mengarah kepada kepentingan penjatuhan sanksi pidana daripada kepentingan korban secara luas, dan apa yang menjadi kepentingan korban sering terabaikan. Permasalahan korban menjadi permasalahan hukum yang membutuhkan satu pikiran yang serius. Korban sebagai pihak yang dirugikan langsung tidak memiliki akses yang kuat untuk dapat menentukan sikap yang berhubungan apa yang sedang dialaminya. Menguatnya perlindungan terhadap tersangka atau terdakwa dalam KUHAP ternyata hingga saat ini belum diimbangi dengan dengan perhatian yang sama terhadap nasib korban kejahatan yang juga mengalami nasib yang sama, yaitu terabaikannya oleh sistem peradilan pidana. 27

A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Menurut KUHAP dan UU No.13 Tahun 2006