Kesimpulan Saran Perikanan sero di Perairan Pantai Pitumpanua Kabupaten Wajo - Teluk Bone: suatu kajian ekologis

Nybakken JW. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia. Odum, EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Parson TR, Takahashi M, Hargrave B. 1984. Biological Oceanographic Processes. Third Edition. Pergamon Press. UK. 330 p. Pasquier GA, P ẻrez EPE. 2004. Age and growth of the white shrimp Litopenaeus schmitti in Western Venezuela. Journal Interciencia 294:212-218. Pauly D. 1977. The Leiognathidae Teleostei : their species, stock, and fishery in Indonesia, with notes on the biology of Leiognathus splendens Cuvier. Marine Research Indonesia 19:73-93. Pauly D, Christensen V, Froese R, Palomares ML. 2000. Fishing down aquatic food webs. American Scientific 881:46-51. Pauly D, Christensen V. 2002. Ecosystem model. In: Handbook of fish biology and fisheries Volume II. Fisheries, Hart, P.J.B. and J.D. Reynolds Eds. Blackwell Publishing. United Kingdom. p: 210-277 Petersen RG. 1985. Design and analysis of experiments. New York: Marcel Dekker, Inc.. Phillips RC, Menez EG. 1988. Seagrasses. Smithsonian Contribution to the Marine Science No. 34. Washington DC: Smithsonian Institution Press. Pope JA. 1975. Manual of methods for fish stock assesment. Part III. Selectivity of fishing gear. Rome: FAO Fisheries 41:1-36. Pope JA, Margetts AR, Hamley JM, Akyuz EF. 1975. Manual of methods for fish stock assessment. Pt 3. Selectivity of fishing gear. FAO Fisheries Techical Paper 41 Rev.1:1-65. Poppo A, Mahendra MS, Sundra IK. 2009. Studi kualitas perairan pantai di kawasan industri perikanan, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Jurnal Ecotrophic 32:98-103. Pramonowibowo, Hartoko A, Ghofar A. 2007. Kepadatan udang putih Penaeus merguiensis De Man di sekitar perairan Semarang. J Pasir Laut II2:18- 29. Prescod MB. 1973. Investigation of national effluent and streams standars for tropical countries. Bangkok: Asian Institute of Technology. Priharyono JE, Boedihartono, Purwanto, Cohesin EM. 2003. Management of Coastal Area: Community Empowerment and the Replating of Mangrove on the Coast Paojepe, South Sulawesi. Annual Report of First, Second and Third Phase Inter-Disciplinary Research. Departemen of Antropology Faculty of Sosial and Political Sciences University of Indonesia . 78 hal Pritchard DW. 1967. Descriptive Physican Oceanography. Second Edition. Massachussets : Jones and Bartelett Publisher. Pujiyati S. 2008. Pendekatan Metode Hidroakustik untuk Analisis Keterkaitan antara Tipe Substrat Dasar Perairan dengan Komunitas Ikan Demersal disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Rachmansyah. 2004. Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Awarange, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam Keramba Jaring Apung disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Rahardjo P. 1997. Some aspect of the biology and population dynamic of goatfish, Upeneus spp. In Terengganu Water, Peninsular Malaysia. tesis: Universiti Putra Malaysia. Rappe RA. 2010. Struktur komunitas ikan pada padang lamun yang berbeda di Pulau Barrang Lompo. J Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 2 2:62-73 Regier HA, Robson DS. 1966. Selectivity of gill nets, especially to lake whitefish. Journal of Fisheries Board of Canada 233:423-454. Rengi P. 2002. Pengaruh Hanging Ratio Terhadap Selektivitas Drift Gillnet: Experimental Fishing di Perairan Kabupaten Bengkalis Riau tesis Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Reuben S, Vijayakumaran K, Kchittibabu. 1992. Growth, Maturity and Mortality of Upeneus Sulphureus from Andhra-Orissa Coast. Visakhapatnam Research Center. Central Marine Fisheries Research Institute Ardhra University. Ridho MR. 1999. Distribusi, Biomassa dan Struktur Komunitas Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Pantai Sumatera tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 88 hal Ridho MR. 2004. Distribusi, Kepadatan Biomassa dan Struktur Komunitas Ikan Demersal di Perairan Laut Cina Selatan disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 147 hal Romimohtarto R, Juwana S. 2001. Buku Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan tentang Biologi Laut. Jakarta: Penerbit Djambatan. 210 hal Rudi E, Iskandar T, Fadli, Hidayati. 2011. Komposisi ikan karang hasil tangkapan nelayan kota Sabang sebelum dan sesudah peristiwa coral bleaching. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Kebencanaan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh, 13-19 April 2011:17-20. Sachlan M. 1982. Planktonologi. Fakultas Petemakan. Semarang: Universitas Diponegoro. Sadarun B. 2011. Proses Tertangkapnya Ikan Karang dengan Small Bottom Setnet disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 128 hal. Safruddin. 2007. Hubungan perubahan suhu dan salinitas dengan fluktuasi hasil tangkapan purse seine di perairan Kabupaten Jeneponto. J Sains Teknologi 71:37-44. Salmin 2005. Oksigen terlarut DO dan kebutuhan oksigen biologi BOD sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. J Oseana 303:21-26. Saputra SW, Soedarsono P, Sulistyawati GA. 2009. Beberapa aspek biologi ikan kuniran Upeneus spp di perairan Demak. J Saintek Perikanan 5:1-6. Saputra SW, Subiyanto. 2007. Dinamika Populasi Udang Jerbung Penaeus merguiensis De Man 1907 di Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. J Ilmu Kelautan UNDIP XII 3:157-166. Shahab AZ. 1986. Telaah Perbandingan Sebaran Burayak Plankton Terutama Avertebrata Benthik dari Goba-Goba Pulau Pari pada Bulan September – Desember 1982. Jakarta. PT Waca Utama Pramesti. Situ YY, Sadovy YJ. 2004. A Preliminary study on local species diversity and seasonal composition in a Hongkong wet market. Asian Fisheries Science 17:235-248. Sjafei DS, Robiyani. 2001. Kebiasaan makanan dan faktor kondisi ikan kurisi, Nemipterus tumbuloides Blkr. di perairan Teluk Labuan, Banten. J lktiologi Indonesia 11: 7–11. Sjafei DS, Susilawati R. 2001. Beberapa aspek biologi ikan biji nangka Upeneus moluccensis Blkr. di perairan Teluk Labuan, Banten. J Iktiologi Indonesia 11:35-39 Sjafei DS, Syaputra D. 2009. Aspek reproduksi ikan kapasan Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae di perairan pantai Mayangan, Jawa Barat. J Iktiologi Indonesia 9:75-84. Sjafei DS, Saadah. 2001. Beberapa aspek biologi ikan petek, Leiognathus splendens Cuvier di perairan Teluk Labuan, Banten. J Iktiologi Indonesia 11:13-17. Soadiq S. 2010. Eksperimenpenangkapan Ikan Karang dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: 71 hal. Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis. Part I. Manual. Rome : FAO Fisheries Technical Paper 306I Revisi 2: 1-438 hal [terjemahan]. Subani W. 1990. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut Jenis- Jenis Ikan Ekonomis Penting. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian. 170 hal. Subani W, Barus RH. 1989. Alat Tangkap Ikan dan Udang Laut Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut BPPL. 248 hal. Sudirman 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan Untuk Mewujudkan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Proses Penangkapan pada Bagan Rambo disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 307 hal. Suharyanto, Tjaronge M. 2009. Pertumbuhan dan sintasan krablet Rajungan Portunnus pelagicus pada salintas yang berbeda. J Ichthyos VIII1:7-12. Supriyadi IH 2009. Pemetaan lamun dan biota asosiasi untuk identifikasi daerah perlindungan lamun di Teluk Kotania dan Pelitajaya. J Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 352:161-178. Sutomo AB, Riyono SH, Santoso. 1989. Kandungan klorofil fitoplankton di Ujung Watu, Jepara, Jawa Tengah. Dalam; Penelitian Oseanologi Perairan Indonesia, Buku I Biologi, Geologi, Lingkungan dan Oseanografi. P3O- LIPI. Jakarta. Sutomo, Juwana S. 1990. Pengamatan pendahuluan perkembangan gonad betina ikan baronang Siganus guttatus di perairan Pulau Pari, wilayah Pulau- Pulau Seribu. J Oseanologi Indonesia 23:1-12. Sverdrup HU, Johnson MW, Fleming RH. 1961. The Ocean, Their Physics, Chemistry and General Biology. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice- Hall. Swingle HS. 1968. Standarization of chemical analysis for water pond muds. FAO Fisheries 444 Szedlmayer ST Lee JD. 2004. Diet shifts of juvenile red snapper with changes in habitat and fish size. J of Fish Biology: 53:58–65. Tenriware 2005. Hubungan antara Mesh Size Bagian Bunuhan Crib dengan Selektivitas Alat Tangkap Sero di Perairan Pantai Pitumpanua Teluk Bone tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 105 hal. Tenriware 2009. Keanekaragaman sumberdaya ikan yang tertangkap dengan alat tangkap sero di Perairan Pitumpanua – Kab. Wajo, Teluk Bone. J Perikanan Kelautan IV:1 -12. Tharwat AA, Rahman AA. 2006. Fishery traps gargours in Saudi Territorial Water of the Arabian Gulf. JKU: Marine Science 17:13-31. Thoha H. 2007. Kelimpahan plankton di ekosistem perairan Teluk Gilimanuk, Taman Nasional, Bali Barat. J Makara, Sains 11 1 : 44-48. Tomascik T, Mah AJ, Nontji A, Mousa MK. 1997. The ecology of the Indonesia Seas. Series Vol. 8. Ssingapore: Periplus Edition Hk Ltd. Tuwo A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut: Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Cetakan I. Surabaya: Brilian Internasional. 412 hal. Umar NA. 2009. Dinamika Populasi Plankton dalam Area Pusat Penangkapan Benur dan Nener di Perairan Pantai Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan disertasi. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. UNESCO. 1983. Coral reef, seagrass and mangrove ecosystem. Coral reefs, seagrass bads and mangroves, their interaction in the coastal zones of the Carribean. UNESCO Report on Marine Science 23:6-16. Valiela I. 1984. Marine Ecological Processes. New York: Springer-Verlag. Wahyudewantoro G. 2009. Komposisi jenis ikan perairan mangrove pada beberapa muara sungai di Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang- Banten. J Zoo Indonesia 182:89-98 Wardjan Y. 2005. Seleksi Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan Perairan untuk Budidaya Ikan Kerapu Teknik Keramba Jaring Apung di Perairan Pulau Panikiang Kabupaten Barru Sulawesi Selatan Tesis. Bogor. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 161 hal Wassef EA, Hady HAA. 1997. Breeding biology of rabbitfish Siganus canaliculatus Siganidae in Mid Arabian Gulf. J Fisheries Research 3:159-166. Wattayakorn. 1988. Nutrient Cycling in Estuarine. Paper presented in the Project on Research and its application to management of the mangrove of Asia and Pasific, Rayong, Thailand. 13 p. Weatherley AH dan Gill HS. 1987. The Biology of Fish Growth. London: Academic Press. 443 hal. Wenno LK. 2003. Studi dinamika Selat Makassar serta interaksinya dengan daratan Pulau Kalimantan dan Sulawesi. Laporan Akhir Pengembangan Riset Unggulan Kompetitif Tahun Anggaran 2003. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI. 96 hal. Widodo J, Aziz KA, Priyono BE, Tampubolon GH, Naamin N, Djamali A. 1998. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Jakarta: Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut. Jakarta, LIPI. 251 halaman. Widodo J, Suadi. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Cetakan ke II. 252 hal. Wudianto. 2007. Set Net sebagai Alternatif Alat Tangkap Ikan Hemat Energi. Artikel. Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Yusfiandani R. 2004. Studi tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanan di Perairan Pasauran Propinsi Banten disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Yusof S. 2002. Demersal fish stock assessment in the inshore of the east coast of Peninsular Malaysia. Thirteenth trawl survey of the coastal waters of east coast of Peninsular Malaysia April-June 2001. Ministry of Agriculture Malaysia. 138p. Zainuddin M. 2011. Skipjack tuna in relation to sea surface temperatur and clorophyll-a concentration of Bone Bay using remotely sensed satellite data. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 31:82-90. Zar JH. 1984. Biostatistical Analysis. 2 nd Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hal International, Inc. Lampiran 1 Hasil analisis ragam Anova parameter suhu perairan o C antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Suhu o C Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 24.170 a 23 1.051 5.151 .000 Intercept 59265.507 1 59265.507 290477.637 .000 stasiun sampling 3.627 14 .259 1.270 .261 stasiun 6.750 2 3.375 16.543 .000 sampling 13.792 7 1.970 9.657 .000 Error 9.793 48 .204 Total 59299.470 72 Corrected Total 33.963 71 a. R Squared = .712 Adjusted R Squared = .573 Suhu o C Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Muara Sungai 24 28.2750 Mangrove 24 28.7917 Lamun 24 29.0042 Sig. 1.000 .243 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = .204. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 2 Hasil analisis ragam Anova parameter kecepatan arus mdtk antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Kecepatan Arus meter per detik Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .145 a 23 .006 5.328 .000 Intercept 3.261 1 3.261 2765.214 .000 stasiun sampling .013 14 .001 .780 .685 stasiun .126 2 .063 53.373 .000 sampling .006 7 .001 .698 .674 Error .057 48 .001 Total 3.462 72 Corrected Total .201 71 a. R Squared = .719 Adjusted R Squared = .584 Kecepatan Arus meter per detik Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 3 Lamun 24 .16042 Mangrove 24 .21529 Muara Sungai 24 .26275 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = .001. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 3 Hasil analisis ragam Anova parameter salinitas perairan o oo antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Salinitas o oo Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 85.324 a 23 3.710 8.553 .000 Intercept 67320.036 1 67320.036 155204.693 .000 stasiun sampling 9.034 14 .645 1.488 .152 stasiun 34.997 2 17.498 40.342 .000 sampling 41.293 7 5.899 13.600 .000 Error 20.820 48 .434 Total 67426.180 72 Corrected Total 106.144 71 a. R Squared = .804 Adjusted R Squared = .710 Salinitas o oo Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Muara Sungai 24 29.596 Mangrove 24 30.992 Lamun 24 31.146 Sig. 1.000 .698 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = .434. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 4 Hasil analisis ragam Anova parameter pH perairan antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:pH Skala pH Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .675 a 23 .029 2.376 .006 Intercept 3490.301 1 3490.301 282361.449 .000 stasiun sampling .232 14 .017 1.342 .219 stasiun .103 2 .052 4.180 .021 sampling .340 7 .049 3.928 .002 Error .593 48 .012 Total 3491.570 72 Corrected Total 1.269 71 a. R Squared = .532 Adjusted R Squared = .308 pH Skala pH Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Muara Sungai 24 6.921 Mangrove 24 6.954 6.954 Lamun 24 7.013 Sig. .556 .175 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = .012. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 5 Hasil analisis ragam Anova parameter kadar oksigen terlarut ppm antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Kadar Oksigen Terlarut ppm Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 8.073 a 23 .351 2.053 .018 Intercept 2551.361 1 2551.361 14922.661 .000 stasiun sampling 2.401 14 .172 1.003 .466 stasiun 1.805 2 .903 5.279 .008 sampling 3.866 7 .552 3.230 .007 Error 8.207 48 .171 Total 2567.640 72 Corrected Total 16.279 71 a. R Squared = .496 Adjusted R Squared = .254 Kadar Oksigen Terlarut ppm Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Muara Sungai 24 5.754 Mangrove 24 5.963 5.963 Lamun 24 6.142 Sig. .199 .299 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = .171. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 6 Hasil analisis ragam Anova konsentrasi nitrat µgL antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Konsentrasi Nitrat µgL Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .295 a 23 .013 2.420 .005 Intercept 2.192 1 2.192 414.239 .000 stasiun sampling .134 14 .010 1.803 .066 stasiun .082 2 .041 7.759 .001 sampling .079 7 .011 2.129 .058 Error .254 48 .005 Total 2.741 72 Corrected Total .549 71 a. R Squared = .537 Adjusted R Squared = .315 Konsentrasi Nitrat µgL Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Lamun 24 .12854 Mangrove 24 .18621 Muara Sungai 24 . 20875 Sig. 1.000 .535 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = .005. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 7 Hasil analisis ragam Anova konsentrasi fosfat µgL antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Konsentrasi Fosfat µgL Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .035 a 23 .002 2.320 .007 Intercept .809 1 .809 1241.015 .000 stasiun sampling .017 14 .001 1.912 .049 stasiun .010 2 .005 7.945 .001 sampling .007 7 .001 1.530 .180 Error .031 48 .001 Total .875 72 Corrected Total .066 71 a. R Squared = .526 Adjusted R Squared = .300 Konsentrasi Fosfat µgL Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Lamun 24 .08971 Mangrove 24 .11000 Muara Sungai 24 .11825 Sig. 1.000 .507 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = .001. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 8 Hasil analisis ragam Anova konsentrasi silikat µgL antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Konsentrasi Silikat µgL Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .000 a 23 6.918E-6 .560 .934 Intercept .004 1 .004 308.512 .000 stasiun sampling 8.089E-5 14 5.778E-6 .467 .939 stasiun 5.778E-6 2 2.889E-6 .234 .792 sampling 7.244E-5 7 1.035E-5 .837 .562 Error .001 48 1.236E-5 Total .005 72 Corrected Total .001 71 a. R Squared = .211 Adjusted R Squared = -.166 Konsentrasi Silikat µgL Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 Lamun 24 .00700 Mangrove 24 .00717 Muara Sungai 24 .00767 Sig. .789 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 1.24E-005. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 9 Hasil analisis ragam Anova kandungan klorofil a mgm 3 antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Kandungan Klorofil-a mg m3 Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.659 a 23 .072 1.323 .204 Intercept 49.918 1 49.918 915.180 .000 stasiun sampling .417 14 .030 .546 .892 stasiun 1.003 2 .502 9.197 .000 sampling .239 7 .034 .626 .732 Error 2.618 48 .055 Total 54.196 72 Corrected Total 4.277 71 a. R Squared = .388 Adjusted R Squared = .095 Kandungan Klorofil-a mgm 3 Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Mangrove 24 .68683 Muara Sungai 24 .83517 .83517 Lamun 24 .97596 Sig. .081 .103 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = .055. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 10 Hasil analisis ragam Anova kelimpahan fitoplankton selliter antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Kelimpahan Fitoplankton selliter Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.389E9 23 6.040E7 3.317 .000 Intercept 7.936E9 1 7.936E9 435.910 .000 stasiun sampling 4.987E8 14 3.562E7 1.957 .043 stasiun 5.349E8 2 2.674E8 14.690 .000 sampling 3.555E8 7 5.079E7 2.789 .016 Error 8.739E8 48 1.821E7 Total 1.020E10 72 Corrected Total 2.263E9 71 a. R Squared = .614 Adjusted R Squared = .429 Kelimpahan Fitoplankton selliter Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Mangrove 24 6711.00 Muara Sungai 24 11773.75 Lamun 24 13011.54 Sig. 1.000 .577 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 18205912.083. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 11 Hasil analisis ragam Anova kelimpahan zooplankton individuliter antar lokasi menurut stasiun dan waktu sampling selama penelitian Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Kelimpahan Zooplankton Individuliter Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.964E7 23 853804.941 2.423 .005 Intercept 4.288E7 1 4.288E7 121.682 .000 stasiun sampling 6522400.361 14 465885.740 1.322 .230 stasiun 5933165.194 2 2966582.597 8.417 .001 sampling 7181948.097 7 1025992.585 2.911 .013 Error 1.692E7 48 352432.028 Total 7.944E7 72 Corrected Total 3.655E7 71 a. R Squared = .537 Adjusted R Squared = .315 Kelimpahan Zooplankton Individuliter Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Mangrove 24 368.08 Lamun 24 936.33 Muara Sungai 24 1010.88 Sig. 1.000 .901 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 352432.028. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24.000. b. Alpha = .05. Lampiran 12 Nilai rata-rata, standar deviasi SD dan kisaran dari 12 parameter fisika dan kimia lingkungan di muara sungai, mangrove dan lamun tempat pemasangan sero dengan experimental crib selama penelitian Parameter Habitat Rata-rata Standar Deviasi Kisaran Suhu °C Muara 28,3 0,6 27,0-29,9 Mangrove 28,8 0,6 27,5-29,7 Lamun 29,0 0,7 28,0-30,3 Kec. arusmdetik Muara 0,26 0,03 0,19-0,31 Mangrove 0,22 0,04 0,14-0,30 Lamun 0,16 0,03 0,13-0,25 Salinitas o Muara 29,6 1,2 27,5-31,8 Mangrove 31,0 1,0 29,5-32,5 Lamun 31,1 0,8 29,532,5 pH Muara 6,9 0,1 6,7-7,1 Mangrove 7,0 0,1 6,7-7,2 Lamun 7,0 0,1 6,8-7,2 DO mll Muara 5,8 0,4 5,0-6,5 Mangrove 6,0 0,4 5,2-6,7 Lamun 6,1 0,5 5,4-7,2 Nitrat µg–atl Muara 0,186 0,088 0,032-0,354 Mangrove 0,129 0,066 0,015-0,264 Lamun 0,209 0,091 0,003-0,383 Fosfat µg–atl Muara 0,118 0,025 0,077-0,158 Mangrove 0,110 0,030 0,049-0,167 Lamun 0,090 0,030 0,043-0,157 Silikat µg–atl Muara 0,008 0,003 0,001-0,015 Mangrove 0,007 0,003 0,003-0,017 Lamun 0,007 0,003 0,002-0,015 Klorofil-a µgm 3 Muara 0,835 0,282 0,196-1,193 Mangrove 0,687 0,192 0,415-1,133 Lamun 0,976 0,162 0,707-1,186 Fitoplankton sell Muara 11773 6341 745-20996 Mangrove 6711 3861 1298-16636 Lamun 13011 4473 5102-20617 Zooplankton sell Muara 1010 961 37-3455 Mangrove 368 260 45-969 Lamun 936 582 269-2589 Lampiran 13 Hasil analisis PCA untuk parameter lingkungan selama penelitian Correlation matrix Pearson n: Variables Suhu SAL pH DO Nitrat Fosfat Silikat Arus Suhu 1 0.626 0.710 0.496 0.235 -0.110 0.363 -0.117 SAL 0.626 1 0.424 0.419 -0.175 -0.220 -0.153 -0.280 pH 0.710 0.424 1 0.437 -0.143 -0.457 0.458 -0.114 DO 0.496 0.419 0.437 1 -0.315 -0.454 0.227 -0.650 Nitrat 0.235 -0.175 -0.143 -0.315 1 0.793 0.053 0.303 Fosfat -0.110 -0.220 -0.457 -0.454 0.793 1 -0.185 0.251 Silikat 0.363 -0.153 0.458 0.227 0.053 -0.185 1 0.069 Arus -0.117 -0.280 -0.114 -0.650 0.303 0.251 0.069 1 Principal Component Analysis: Eigenvalues: F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 Eigenvalue 3.211 1.814 1.289 0.912 0.301 0.261 0.141 0.071 Variability 40.140 22.674 16.111 11.396 3.763 3.268 1.760 0.888 Cumulative 40.140 62.814 78.925 90.321 94.084 97.352 99.112 100.000 Contribution of the variables : F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 Suhu 14.570 24.618 1.655 0.977 0.292 2.823 11.427 43.638 SAL 12.916 1.132 21.744 20.906 16.635 12.986 0.168 13.513 pH 18.577 7.373 5.476 3.780 45.861 1.279 15.346 2.306 DO 21.027 0.468 2.422 16.191 5.651 38.367 12.693 3.180 Nitrat 6.363 34.907 4.363 5.073 3.621 3.590 14.054 28.028 Fosfat 14.267 14.394 12.183 5.031 0.515 5.144 40.770 7.697 Silikat 3.626 9.679 37.256 14.383 18.604 15.235 0.012 1.206 Arus 8.655 7.428 14.901 33.658 8.821 20.577 5.529 0.432 Lampiran 14 Hasil analisis ragam Anova jumlah hasil tangkapan antar lokasi menurut kelompok waktu penangkapan per jenis ikan serta total jumlah tangkapan Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:IKAN BIJI NANGKA Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1998.375 a 17 117.551 2.342 .020 Intercept 35752.083 1 35752.083 712.410 .000 Waktu 1370.583 15 91.372 1.821 .079 lokasi 627.792 2 313.896 6.255 .005 Error 1505.542 30 50.185 Total 39256.000 48 Corrected Total 3503.917 47 a. R Squared = .570 Adjusted R Squared = .327 IKAN BIJI NANGKA Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Mangrove 16 22.625 Muara Sungai 16 27.813 27.813 Lamun 16 31.437 Sig. .113 .330 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 50.185. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:IKAN BARONANG LINGKIS Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 3066.125 a 17 180.360 3.814 .001 Intercept 27265.333 1 27265.333 576.620 .000 Waktu 1445.333 15 96.356 2.038 .047 lokasi 1620.792 2 810.396 17.139 .000 Error 1418.542 30 47.285 Total 31750.000 48 Corrected Total 4484.667 47 a. R Squared = .684 Adjusted R Squared = .504 IKAN BARONANG LINGKIS Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Muara Sungai 16 17.813 Mangrove 16 22.000 Lamun 16 31.688 Sig. .214 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 47.285. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN KERONG KERONG Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 2720.958 a 17 160.056 5.054 .000 Intercept 16875.000 1 16875.000 532.871 .000 Waktu 1372.333 15 91.489 2.889 .007 lokasi 1348.625 2 674.313 21.293 .000 Error 950.042 30 31.668 Total 20546.000 48 Corrected Total 3671.000 47 a. R Squared = .741 Adjusted R Squared = .595 IKAN KERONG KERONG Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Lamun 16 11.563 Muara Sungai 16 20.500 Mangrove 16 24.188 Sig. 1.000 .170 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 31.668. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN KAPAS KAPAS Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 2012.833 a 17 118.402 4.051 .000 Intercept 19040.333 1 19040.333 651.446 .000 Waktu 1341.667 15 89.444 3.060 .004 lokasi 671.167 2 335.583 11.482 .000 Error 876.833 30 29.228 Total 21930.000 48 Corrected Total 2889.667 47 a. R Squared = .697 Adjusted R Squared = .525 IKAN KAPAS KAPAS Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Mangrove 16 15.125 Lamun 16 20.375 Muara Sungai 16 24.250 Sig. 1.000 .123 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 29.228. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN LENCAM Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 946.292 a 17 55.664 2.695 .009 Intercept 6120.083 1 6120.083 296.312 .000 Waktu 771.250 15 51.417 2.489 .016 lokasi 175.042 2 87.521 4.237 .024 Error 619.625 30 20.654 Total 7686.000 48 Corrected Total 1565.917 47 a. R Squared = .604 Adjusted R Squared = .380 IKAN LENCAM Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Muara Sungai 16 9.500 Mangrove 16 10.438 10.438 Lamun 16 13.938 Sig. .830 .091 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 20.654. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN PEPETEK Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 5443.167 a 17 320.186 5.777 .000 Intercept 60492.000 1 60492.000 1091.366 .000 Waktu 1656.667 15 110.444 1.993 .053 lokasi 3786.500 2 1893.250 34.157 .000 Error 1662.833 30 55.428 Total 67598.000 48 Corrected Total 7106.000 47 a. R Squared = .766 Adjusted R Squared = .633 IKAN PEPETEK Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 3 Lamun 16 25.375 Mangrove 16 34.125 Muara Sungai 16 47.000 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 55.428. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN BARONANG Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 2461.000 a 17 144.765 3.744 .001 Intercept 11907.000 1 11907.000 307.940 .000 Waktu 2183.000 15 145.533 3.764 .001 lokasi 278.000 2 139.000 3.595 .040 Error 1160.000 30 38.667 Total 15528.000 48 Corrected Total 3621.000 47 a. R Squared = .680 Adjusted R Squared = .498 IKAN BARONANG Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Muara Sungai 16 13.250 Mangrove 16 15.000 15.000 Lamun 16 19.000 Sig. .708 .181 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 38.667. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN BARAKUDA Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 2766.812 a 17 162.754 4.761 .000 Intercept 5482.687 1 5482.687 160.391 .000 Waktu 2496.313 15 166.421 4.868 .000 lokasi 270.500 2 135.250 3.957 .030 Error 1025.500 30 34.183 Total 9275.000 48 Corrected Total 3792.312 47 a. R Squared = .730 Adjusted R Squared = .576 IKAN BARAKUDA Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Lamun 16 8.063 Muara Sungai 16 10.187 10.187 Mangrove 16 13.812 Sig. .565 .202 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 34.183. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: KEPITING RAJUNGAN Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 106.812 a 17 6.283 1.471 .173 Intercept 776.021 1 776.021 181.643 .000 Waktu 79.646 15 5.310 1.243 .296 lokasi 27.167 2 13.583 3.179 .056 Error 128.167 30 4.272 Total 1011.000 48 Corrected Total 234.979 47 a. R Squared = .455 Adjusted R Squared = .145 KEPITING RAJUNGAN Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 Muara Sungai 16 3.313 Lamun 16 3.688 Mangrove 16 5.063 Sig. .058 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 4.272. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: UDANG PUTIH Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 595.521 a 17 35.031 4.463 .000 Intercept 2806.021 1 2806.021 357.518 .000 Waktu 564.979 15 37.665 4.799 .000 lokasi 30.542 2 15.271 1.946 .161 Error 235.458 30 7.849 Total 3637.000 48 Corrected Total 830.979 47 a. R Squared = .717 Adjusted R Squared = .556 UDANG PUTIH Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 Lamun 16 6.750 Muara Sungai 16 7.500 Mangrove 16 8.688 Sig. .141 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 7.849. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: TOTAL JUMLAH HASIL TANGKAPAN Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 61258.625 a 17 3603.449 7.631 .000 Intercept 1542267.000 1 1542267.000 3266.044 .000 Waktu 60689.000 15 4045.933 8.568 .000 lokasi 569.625 2 284.812 .603 .554 Error 14166.375 30 472.213 Total 1617692.000 48 Corrected Total 75425.000 47 a. R Squared = .812 Adjusted R Squared = .706 TOTAL JUMLAH HASIL TANGKAPAN Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 Mangrove 16 174.500 Lamun 16 180.688 Muara Sungai 16 182.563 Sig. .552 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 472.213. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Lampiran 15 Hasil analisis ragam Anova berat hasil tangkapan antar lokasi menurut kelompok waktu penangkapan per jenis ikan serta total berat tangkapan Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN BIJI NANGKA Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 3.768E6 17 221626.084 2.664 .009 Intercept 4.101E7 1 4.101E7 492.903 .000 Waktu 2246620.746 15 149774.716 1.800 .083 lokasi 1521022.685 2 760511.342 9.140 .001 Error 2496236.222 30 83207.874 Total 4.728E7 48 Corrected Total 6263879.653 47 a. R Squared = .601 Adjusted R Squared = .376 IKAN BIJI NANGKA Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Mangrove 16 721.600 Muara Sungai 16 896.525 Lamun 16 1154.962 Sig. .216 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 83207.874. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN BARONANG LINGKIS Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.445E7 17 850251.789 11.023 .000 Intercept 9.789E7 1 9.789E7 1269.155 .000 Waktu 7193367.660 15 479557.844 6.217 .000 lokasi 7260912.755 2 3630456.378 47.068 .000 Error 2313962.425 30 77132.081 Total 1.147E8 48 Corrected Total 1.677E7 47 a. R Squared = .862 Adjusted R Squared = .784 IKAN BARONANG LINGKIS Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 3 Muara Sungai 16 992.631 Mangrove 16 1354.800 Lamun 16 1936.825 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 77132.081. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN KERONG KERONG Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.263E7 17 743106.064 6.012 .000 Intercept 7.736E7 1 7.736E7 625.824 .000 Waktu 6640613.651 15 442707.577 3.581 .001 lokasi 5992189.432 2 2996094.716 24.238 .000 Error 3708368.082 30 123612.269 Total 9.370E7 48 Corrected Total 1.634E7 47 a. R Squared = .773 Adjusted R Squared = .644 IKAN KERONG KERONG Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 3 Muara Sungai 16 866.956 Mangrove 16 1214.431 Lamun 16 1727.144 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 123612.269. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN KAPAS KAPAS Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 4.349E7 17 2558054.307 6.790 .000 Intercept 3.407E8 1 3.407E8 904.308 .000 Waktu 2.195E7 15 1463372.344 3.884 .001 lokasi 2.154E7 2 1.077E7 28.582 .000 Error 1.130E7 30 376749.970 Total 3.955E8 48 Corrected Total 5.479E7 47 a. R Squared = .794 Adjusted R Squared = .677 IKAN KAPAS KAPAS Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Lamun 16 1749.231 Muara Sungai 16 2909.156 Mangrove 16 3334.163 Sig. 1.000 .140 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 376749.970. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN LENCAM Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 5.616E7 17 3303536.940 7.290 .000 Intercept 3.505E8 1 3.505E8 773.431 .000 Waktu 2.561E7 15 1707319.975 3.767 .001 lokasi 3.055E7 2 1.528E7 33.707 .000 Error 1.360E7 30 453174.241 Total 4.203E8 48 Corrected Total 6.976E7 47 a. R Squared = .805 Adjusted R Squared = .695 IKAN LENCAM Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Lamun 16 1605.400 Muara Sungai 16 3021.706 Mangrove 16 3479.594 Sig. 1.000 .149 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 453174.241. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN PEPETEK Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 2.947E6 17 173348.859 3.284 .002 Intercept 1.873E7 1 1.873E7 354.872 .000 Waktu 2731555.732 15 182103.715 3.450 .002 lokasi 215374.864 2 107687.432 2.040 .148 Error 1583367.616 30 52778.921 Total 2.326E7 48 Corrected Total 4530298.213 47 a. R Squared = .650 Adjusted R Squared = .452 IKAN PEPETEK Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 Lamun 16 530.475 Mangrove 16 662.981 Muara Sungai 16 680.531 Sig. .172 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 52778.921. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: IKAN BARONANG Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.096E7 17 644796.565 4.511 .000 Intercept 8.369E7 1 8.369E7 585.516 .000 Waktu 8876864.461 15 591790.964 4.140 .000 lokasi 2084677.147 2 1042338.573 7.292 .003 Error 4288194.727 30 142939.824 Total 9.894E7 48 Corrected Total 1.525E7 47 a. R Squared = .719 Adjusted R Squared = .559 IKAN BARONANG Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Muara Sungai 16 1050.094 Mangrove 16 1354.044 1354.044 Lamun 16 1557.244 Sig. .075 .296 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 142939.824. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:IKAN BARAKUDA Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.382E7 17 812998.502 3.838 .001 Intercept 8.348E7 1 8.348E7 394.071 .000 Waktu 1.113E7 15 741860.916 3.502 .002 lokasi 2693060.784 2 1346530.392 6.356 .005 Error 6355557.403 30 211851.913 Total 1.037E8 48 Corrected Total 2.018E7 47 a. R Squared = .685 Adjusted R Squared = .507 IKAN BARAKUDA Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Muara Sungai 16 1008.694 Mangrove 16 1364.200 1364.200 Lamun 16 1583.544 Sig. .090 .381 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 211851.913. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: KEPITING RAJUNGAN Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 8.851E6 17 520672.137 6.406 .000 Intercept 8.293E7 1 8.293E7 1020.274 .000 Waktu 3830894.033 15 255392.936 3.142 .004 lokasi 5020532.292 2 2510266.146 30.882 .000 Error 2438554.735 30 81285.158 Total 9.422E7 48 Corrected Total 1.129E7 47 a. R Squared = .784 Adjusted R Squared = .662 KEPITING RAJUNGAN Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Lamun 16 979.969 Mangrove 16 1211.531 Muara Sungai 16 1751.844 Sig. .072 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 81285.158. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: UDANG PUTIH Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 9.459E6 17 556388.972 7.294 .000 Intercept 7.377E7 1 7.377E7 967.054 .000 Waktu 2963147.939 15 197543.196 2.590 .013 lokasi 6495464.582 2 3247732.291 42.577 .000 Error 2288392.178 30 76279.739 Total 8.551E7 48 Corrected Total 1.175E7 47 a. R Squared = .805 Adjusted R Squared = .695 UDANG PUTIH Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 3 Lamun 16 820.350 Mangrove 16 1182.688 Muara Sungai 16 1716.000 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 76279.739. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: TOTAL BERAT HASIL TANGKAPANl Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 5.625E8 17 3.309E7 8.052 .000 Intercept 1.050E10 1 1.050E10 2554.843 .000 Waktu 5.310E8 15 3.540E7 8.614 .000 lokasi 3.154E7 2 1.577E7 3.838 .033 Error 1.233E8 30 4109516.300 Total 1.118E10 48 Corrected Total 6.858E8 47 a. R Squared = .820 Adjusted R Squared = .718 TOTAL BERAT HASIL TANGKAPAN Tukey HSD a,b Lokasi N Subset 1 2 Lamun 16 13696.638 Muara Sungai 16 15036.531 15036.531 Mangrove 16 15635.675 Sig. .165 .684 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean SquareError = 4109516.300. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000. b. Alpha = .05. Lampiran 16 Parameter hubungan panjang-berat hasil tangkapan selama penelitian No Jenis Ikan Nilai a Nilai b Nilai R 2 Habitat 1 Biji nangka 0,0392 2,7876 0,9416 H 1 0,0333 2,8691 0,9531 H 2 0,0378 2,9055 0,9524 H 3 2 Baronang lingkis 0,6744 1,6651 0,9747 H 1 0,6086 1,7010 0,9693 H 2 0,4726 1,7998 0,9678 H 3 3 Lencam 0,2498 2,2348 0,9220 H 1 0,2178 2,3114 0,9579 H 2 0,1562 2,4120 0,9622 H 3 4 Kapas kapas 0,1927 2,2141 0,9622 H 1 0,2402 2,1327 0,9701 H 2 0,2313 2,1563 0,9779 H 3 5 Pepetek 0,2110 1,9809 0,9745 H 1 0,1735 2,0427 0,9747 H 2 0,1875 2,0179 0,9711 H 3 6 Kuwe 0,1616 2,3453 0,9762 H 1 0,0965 2,5292 0,9734 H 2 0,0617 2,7261 0,9754 H 3 7 Kerong kerong 0,6800 1,9103 0,9485 H 1 0,4586 2,0330 0,9494 H 2 0,4394 2,0570 0,9634 H 3 8 Baronang 0,7897 1,9397 0,9890 H 1 0,6737 2,0058 0,9751 H 2 0,4441 2,1315 0,9809 H 3 9 Barakuda 0,0822 2,3717 0,9810 H 1 0,0801 2,3756 0,9845 H 2 0,0856 2,3725 0,9817 H 3 10 Kepiting rajungan 0,3673 2,3464 0,9222 H 1 0,2038 2,6103 0,9139 H 2 0,3747 2,3214 0,9654 H 3 11 Udang putih 0,1586 2,2902 0,9771 H 1 0,2753 2,0164 0,9746 H 2 0,1690 2,2393 0,9752 H 3 Keterangan : H 1 = Muara sungai; H 2 = Mangrove; H 3 = Lamun Lampiran 17 Hasil analisis linier berganda antara berat ikan biji nangka dengan parameter lingkungan selama penelitian Lampiran 18 Hasil analisis linier berganda antara berat ikan baronang lingkis dengan parameter lingkungan selama penelitian Lampiran 19 Hasil analisis linier berganda antara berat ikan kerong-kerong dengan parameter lingkungan selama penelitian Lampiran 20 Hasil analisis linier berganda antara berat ikan kapas-kapas dengan parameter lingkungan selama penelitian Lampiran 21 Hasil analisis linier berganda antara berat ikan lencam dengan parameter lingkungan selama penelitian Lampiran 22 Hasil analisis linier berganda antara berat ikan pepetek dengan parameter lingkungan selama penelitian Lampiran 23 Hasil analisis linier berganda antara berat ikan kuwe dengan parameter lingkungan selama penelitian Lampiran 24 Hasil analisis linier berganda antara berat ikan baronang dengan parameter lingkungan selama penelitian Lampiran 25 Hasil analisis linier berganda antara berat ikan barakuda dengan parameter lingkungan selama penelitian Lampiran 26 Hasil analisis linier berganda antara berat total hasil tangkapan dengan parameter lingkungan selama penelitian Lampiran 27 Hasil analisis FCA jenis hasil tangkapan dengan habitat Eigenvalues and percentages of inertia: F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 Eigenvalue 0.076 0.034 0.015 0.009 0.005 0.002 0.001 0.000 0.000 0.000 Inertia 52.922 23.989 10.554 6.626 3.432 1.417 0.678 0.334 0.028 0.019 Cumulative 52.922 76.911 87.465 94.091 97.523 98.940 99.618 99.952 99.981 100.000 Results for the columns: Weights, distances and squared distances to the origin, inertias and relative inertias columns: Weight relativ Distance Sq-Distance Inertia elative inertia BIJ 0.061 0.441 0.195 0.012 0.083 BLK 0.087 0.464 0.216 0.019 0.131 KER 0.076 0.489 0.239 0.018 0.126 KPS 0.176 0.281 0.079 0.014 0.097 LCM 0.178 0.345 0.119 0.021 0.148 PTK 0.038 0.420 0.177 0.007 0.047 KWE 0.038 0.337 0.113 0.004 0.030 BRG 0.083 0.376 0.141 0.012 0.082 BRC 0.084 0.422 0.178 0.015 0.105 RJG 0.092 0.290 0.084 0.008 0.054 UDG 0.086 0.401 0.161 0.014 0.097 Lampiran 28 Perhitungan analisis selektivitas mata jaring sero 4 cm setiap jenis ikan dominan tertangkap pada habitat muara sungai di perairan pantai Pitumpanua, Teluk Bone 1. Ikan Biji Nangka Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 5,0 - 5,9 2 7 9 0,22 1,25 5,5 0,10 6,0 - 6,9 3 14 17 0,18 1,54 6,5 0,15 7,0 - 7,9 13 45 58 0,22 1,24 7,5 0,22 8,0 - 8,9 18 66 84 0,21 1,30 8,5 0,31 9,0 - 9,9 18 67 85 0,21 1,31 9,5 0,42 10,0 - 10,9 20 37 57 0,35 0,62 10,5 0,54 11,0 - 11,9 20 15 35 0,57 -0,29 11,5 0,65 12,0 - 12,9 22 6 28 0,79 -1,30 12,5 0,75 13,0 - 13,9 16 1 17 0,94 -2,77 13,5 0,83 14,0 - 14,9 27 27 1,00 NUM 14,5 0,89 15,0 - 15,9 12 12 1,00 NUM 15,5 0,93 16,0 - 16,9 5 5 1,00 NUM 16,5 0,95 17,0 - 17,9 6 6 1,00 NUM 17,5 0,97 18,0 - 18,9 7 7 1,00 NUM 18,5 0,98 19,0 - 19,9 3 3 1,00 NUM 19,2 0,99 20,0 -20,9 1 1 1,00 NUM 20,2 0,99 S1 Intercepta = 4,81 L 25 = 7,86 S2 Slopeb = -0,47 L 50 = 10,18 L 75 = 12,51 2. Baronang lingkis Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 5,0 - 5,9 1 1 0,00 DIV0 5,5 0,12 6,0 - 6,9 2 13 15 0,13 1,87 6,5 0,23 7,0 - 7,9 7 30 37 0,19 1,46 7,5 0,40 8,0 - 8,9 13 18 31 0,42 0,33 8,5 0,60 9,0 - 9,9 23 17 40 0,58 -0,30 9,5 0,77 10,0 - 10,9 33 13 46 0,72 -0,93 10,5 0,88 11,0 - 11,9 26 9 35 0,74 -1,06 11,5 0,94 12,0 - 12,9 23 1 24 0,96 -3,14 12,5 0,97 13,0 - 13,9 22 2 24 0,92 -2,40 13,5 0,99 14,0 - 14,9 15 15 1,00 NUM 14,5 0,99 15,0 - 15,9 6 6 1,00 NUM 15,5 1,00 16,0 - 16,9 6 6 1,00 NUM 16,5 1,00 17,0 - 17,9 1 1 1,00 NUM 17,5 1,00 18,0 - 18,9 1 1 1,00 NUM 18,5 1,00 S1 Intercepta = 6,34 L 25 = 6,61 S2 Slopeb = -0,79 L 50 = 8,00 L 75 = 9,38 3. Kerong-kerong Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6,0 - 6,9 2 2 0,00 DIV0 6,5 0,01 7,0 - 7,9 8 8 0,00 DIV0 7,5 0,02 8,0 - 8,9 17 17 0,00 DIV0 8,5 0,04 9,0 - 9,9 3 27 30 0,10 2,20 9,5 0,08 10,0 - 10,9 3 25 28 0,11 2,12 10,5 0,15 11,0 - 11,9 3 10 13 0,23 1,20 11,5 0,27 12,0 - 12,9 2 2 4 0,50 0,00 12,5 0,44 13,0 - 13,9 5 5 1,00 NUM 13,5 0,62 14,0 - 14,9 17 17 1,00 NUM 14,5 0,78 15,0 - 15,9 13 13 1,00 NUM 15,5 0,88 16,0 - 16,9 29 29 1,00 NUM 16,5 0,94 17,0 - 17,9 33 33 1,00 NUM 17,5 0,97 18,0 - 18,9 25 25 1,00 NUM 18,5 0,99 19,0 - 19,9 26 26 1,00 NUM 19,5 0,99 20,0 - 20,9 24 24 1,00 NUM 20,5 1,00 21,0 - 21,9 21 21 1,00 NUM 21,5 1,00 22,0 - 22,9 16 16 1,00 NUM 22,5 1,00 23,0 - 23,9 13 13 1,00 NUM 23,5 1,00 24,0 - 24,9 3 3 1,00 NUM 24,5 1,00 25,0 - 25,9 1 1 1,00 NUM 25,5 1,00 S1 Intercepta = 9,64 L 25 = 11,38 S2 Slopeb = -0,75 L 50 = 12,84 L 75 = 14,30 4. Kapas-kapas Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 4,5 - 4,9 1 1 0,00 DIV0 4,7 0,00 5,0 - 5,9 7 7 0,00 DIV0 5,5 0,00 6,0 - 6,9 55 55 0,00 DIV0 6,5 0,01 7,0 - 7,9 71 71 0,00 DIV0 7,5 0,03 8,0 - 8,9 8 59 67 0,12 2,00 8,5 0,12 9,0 - 9,9 22 47 69 0,32 0,76 9,5 0,33 10,0 - 10,9 26 13 39 0,67 -0,69 10,5 0,66 11,0 - 11,9 22 22 1,00 NUM 11,5 0,88 12,0 - 12,9 19 19 1,00 NUM 12,5 0,97 13,0 - 13,9 15 15 1,00 NUM 13,5 0,99 14,0 - 14,9 10 10 1,00 NUM 14,5 1,00 15,0 - 15,9 4 4 1,00 NUM 15,5 1,00 16,0 - 16,9 4 4 1,00 NUM 16,5 1,00 17,0 - 17,4 DIV0 DIV0 17,5 1,00 18,0 - 18,9 1 1 1,00 NUM 18,5 1,00 S1 Intercepta = 13,47 L 25 = 9,19 S2 Slopeb = -1,35 L 50 = 10,01 L 75 = 10,83 5. Lencam Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 8,5 - 8,9 3 3 0,00 DIV0 8,7 0,00 9,0 - 9,9 9 9 0,00 DIV0 9,5 0,00 10,0 - 10,9 13 13 0,00 DIV0 10,5 0,01 11,0 - 11,9 12 12 0,00 DIV0 11,5 0,03 12,0 - 12,9 1 9 10 0,10 2,20 12,5 0,08 13,0 - 13,9 3 8 11 0,27 0,98 13,5 0,24 14,0 - 14,9 2 5 7 0,29 0,92 14,5 0,52 15,0 - 15,9 16 2 18 0,89 -2,08 15,5 0,79 16,0 - 16,9 24 2 26 0,92 -2,48 16,5 0,93 17,0 - 17,9 28 28 1,00 NUM 17,5 0,98 18,0 - 18,9 9 9 1,00 NUM 18,5 0,99 19,0 - 19,9 6 6 1,00 NUM 19,5 1,00 S1 Intercepta = 17,92 L 25 = 13,54 S2 Slopeb = -1,24 L 50 = 14,42 L 75 = 15,31 6. Pepetek Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6,0 - 6,9 4 65 69 0,06 2,79 6,5 0,09 7,0 - 7,9 43 83 126 0,34 0,66 7,5 0,19 8,0 - 8,9 49 60 109 0,45 0,20 8,5 0,34 9,0 - 9,9 39 36 75 0,52 -0,08 9,5 0,53 10,0 - 10,9 16 16 32 0,50 0,00 10,5 0,72 11,0 - 11,9 17 6 23 0,74 -1,04 11,5 0,85 12,0 - 12,9 31 1 32 0,97 -3,43 12,5 0,93 13,0 - 13,9 50 50 1,00 NUM 13,5 0,96 14,0 - 14,9 68 68 1,00 NUM 14,5 0,98 15,0 - 15,9 63 63 1,00 NUM 15,5 0,99 16,0 - 16,9 56 56 1,00 NUM 16,5 1,00 17,0 - 17,9 48 48 1,00 NUM 17,5 1,00 S1 Intercepta = 7,43 L 25 = 7,96 S2 Slopeb = -0,80 L 50 = 9,34 L 75 = 10,72 7. Kuwe Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6,5 - 6,9 2 2 0,00 DIV0 6,7 0,03 7,0 - 7,9 8 8 0,00 DIV0 7,5 0,05 8,0 - 8,9 15 15 0,00 DIV0 8,5 0,11 9,0 - 9,9 21 21 0,00 DIV0 9,5 0,21 10,0 - 10,9 9 9 0,00 DIV0 10,5 0,35 11,0 - 11,9 3 3 6 0,50 0,00 11,5 0,54 12,0 - 12,9 10 3 13 0,77 -1,20 12,5 0,71 13,0 - 13,9 9 2 11 0,82 -1,50 13,5 0,84 14,0 - 14,9 37 37 1,00 NUM 14,5 0,92 15,0 - 15,9 24 24 1,00 NUM 15,5 0,96 16,0 - 16,9 33 33 1,00 NUM 16,5 0,98 17,0 - 17,9 14 14 1,00 NUM 17,5 0,99 18,0 - 18,9 3 3 1,00 NUM 18,5 1,00 S1 Intercepta = 8,50 L 25 = 9,84 S2 Slopeb = -0,75 L 50 = 11,30 L 75 = 12,76 8. Baronang Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 9,0 - 9,9 4 4 0,00 DIV0 9,2 0,00 10,0 - 10,9 7 7 0,00 DIV0 10,5 0,00 11,0 - 11,9 16 16 0,00 DIV0 11,5 0,01 12,0 - 12,9 15 15 0,00 DIV0 12,5 0,03 13,0 - 13,9 17 17 0,00 DIV0 13,5 0,12 14,0 - 14,9 4 10 14 0,29 0,92 14,5 0,35 15,0 - 15,4 21 5 26 0,81 -1,44 15,5 0,69 16,0 - 16,9 20 3 23 0,87 -1,90 16,5 0,90 17,0 - 17,9 34 34 1,00 NUM 17,5 0,97 18,0 - 18,9 10 10 1,00 NUM 18,5 0,99 19,0 - 19,9 10 10 1,00 NUM 19,5 1,00 20,0 - 20,9 7 7 1,00 NUM 20,5 1,00 21,0 - 21,9 17 17 1,00 NUM 21,5 1,00 22,0 - 22,9 12 12 1,00 NUM 22,5 1,00 S1 Intercepta = 21,00 L 25 = 14,15 S2 Slopeb = -1,41 L 50 = 14,93 L 75 = 15,71 9. Baracuda Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 11,0 - 11,9 1 1 0,00 DIV0 11,5 0,13 12,0 - 12,9 3 3 0,00 DIV0 12,5 0,17 13,0 - 13,9 3 3 0,00 DIV0 13,5 0,21 14,0 - 14,9 5 5 0,00 DIV0 14,5 0,26 15,0 - 15,9 5 5 0,00 DIV0 15,5 0,31 16,0 - 16,9 3 3 6 0,50 0,00 16,5 0,37 17,0 - 17,9 2 5 7 0,29 0,92 17,5 0,43 18,0 - 18,9 5 7 12 0,42 0,34 18,5 0,50 19,0 - 19,9 6 3 9 0,67 -0,69 19,5 0,56 20,0 - 20,9 8 8 1,00 NUM 20,5 0,63 21,0 - 21,9 14 14 1,00 NUM 21,5 0,69 22,0 - 22,9 9 9 1,00 NUM 22,5 0,74 23,0 - 23,9 10 10 1,00 NUM 23,5 0,79 24,0 - 24,9 14 14 1,00 NUM 24,5 0,83 25,0 - 25,9 8 8 1,00 NUM 25,5 0,86 26,0 - 26,9 9 9 1,00 NUM 26,5 0,89 27,0 - 27,9 9 9 1,00 NUM 27,5 0,92 28,0 - 28,9 7 7 1,00 NUM 28,5 0,93 29,0 - 29,9 10 10 1,00 NUM 29,5 0,95 30,0 - 30,9 5 5 1,00 NUM 30,5 0,96 31,0 -31,9 7 7 1,00 NUM 31,5 0,97 32,0 -32,9 1 1 1,00 NUM 32,5 0,98 33,0 -33,9 3 3 1,00 NUM 33,5 0,98 34,0 -34,9 2 2 1,00 NUM 34,5 0,99 S1 Intercepta = 4,93 L 25 = 14,39 S2 Slopeb = -0,27 L 50 = 18,53 L 75 = 22,66 Lampiran 29 Perhitungan analisis selektivitas mata jaring sero 4 cm setiap jenis ikan dominan tertangkap pada habitat mangrove di perairan pantai Pitumpanua, Teluk Bone 1. Ikan Biji Nangka Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6,0 - 6,9 5 5 0,00 DIV0 5,50 0,08 7,0 - 7,9 12 36 48 0,25 1,10 6,50 0,12 8,0 - 8,9 11 60 71 0,15 1,70 7,50 0,19 9,0 - 9,9 16 62 78 0,21 1,35 8,50 0,27 10,0 - 10,9 16 46 62 0,26 1,06 9,50 0,38 11,0 - 11,9 12 21 33 0,36 0,56 10,50 0,50 12,0 - 12,9 12 5 17 0,71 -0,88 11,50 0,62 13,0 - 13,9 9 2 11 0,82 -1,50 12,50 0,73 14,0 - 14,9 12 12 1,00 NUM 13,50 0,81 15,0 - 15,9 9 9 1,00 NUM 14,50 0,88 16,0 - 16,9 2 2 1,00 NUM 15,50 0,92 17,0 - 17,9 5 5 1,00 NUM 16,50 0,95 18,0 - 18,5 5 5 1,00 NUM 17,50 0,97 19,0 - 19,9 3 3 1,00 NUM 18,50 0,98 20,0 -20,9 1 1 1,00 NUM 19,50 0,99 S1 Intercepta = 5,15 L 25 = 8,25 S2 Slopeb = -0,49 L 50 = 10,49 L 75 = 12,72 2. Baronang lingkis Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6,0 - 6,9 2 2 0,00 DIV0 6,5 0,00 7,0 - 7,9 23 23 0,00 DIV0 7,5 0,00 8,0 - 8,9 17 17 0,00 DIV0 8 0,00 9,0 - 9,9 27 27 0,00 DIV0 9,5 0,02 10,0 - 10,9 19 19 0,00 DIV0 10,5 0,10 11,0 - 11,9 5 16 21 0,24 1,16 11,5 0,36 12,0 - 12,9 17 3 20 0,85 -1,73 12,5 0,74 13,0 - 13,9 22 1 23 0,96 -3,09 13,5 0,93 14,0 - 14,9 42 1 43 0,98 -3,74 14,5 0,99 15,0 - 15,9 31 31 1,00 NUM 15,5 1,00 16,0 - 16,9 43 43 1,00 NUM 16,5 1,00 17,0 - 17,9 48 48 1,00 NUM 17,5 1,00 18,0 - 18,9 32 32 1,00 NUM 18,5 1,00 19,0 - 19,9 3 3 1,00 NUM 19,5 1,00 S1 Intercepta = 19,03 L 25 = 11,16 S2 Slopeb = -1,61 L 50 = 11,85 L 75 = 12,53 3. Kerong-kerong Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6,0 - 6,9 2 2 0,00 DIV0 6,5 0,00 7,0 - 7,9 8 8 0,00 DIV0 7,5 0,00 8,0 - 8,9 21 21 0,00 DIV0 8,5 0,00 9,0 - 9,9 35 35 0,00 DIV0 9,5 0,01 10,0 - 10,9 25 25 0,00 DIV0 10,5 0,04 11,0 - 11,9 8 8 0,00 DIV0 11,5 0,12 12,0 - 12,9 2 6 8 0,25 1,10 12,5 0,31 13,0 - 13,9 7 3 10 0,70 -0,85 13,5 0,59 14,0 - 14,9 13 3 16 0,81 -1,47 14,5 0,83 15,0 - 15,9 14 1 15 0,93 -2,64 15,5 0,94 16,0 - 16,9 31 31 1,00 NUM 16,5 0,98 17,0 - 17,9 43 43 1,00 NUM 17,5 0,99 18,0 - 18,9 31 31 1,00 NUM 18,5 1,00 19,0 - 19,9 35 35 1,00 NUM 19,5 1,00 20,0 - 20,9 32 32 1,00 NUM 20,5 1,00 21,0 - 21,9 27 27 1,00 NUM 21,5 1,00 22,0 - 22,9 22 22 1,00 NUM 22,5 1,00 23,0 - 23,9 12 12 1,00 NUM 23,5 1,00 24,0 - 24,9 2 2 1,00 NUM 24,5 1,00 25,0 - 25,9 2 2 1,00 NUM 25,5 1,00 26,0 - 26,9 3 3 1,00 NUM S1 Intercepta = 15,60 L 25 = 12,26 S2 Slopeb = -1,18 L 50 = 13,19 L 75 = 14,11 4. Kapas-kapas Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 4,0 - 4,9 3 3 0,00 REF 4,5 0,00 5,0 - 5,9 1 1 0,00 DIV0 5,5 0,00 6,0 - 6,9 31 31 0,00 DIV0 6,5 0,00 7,0 - 7,9 36 36 0,00 DIV0 7,5 0,01 8,0 - 8,9 44 44 0,00 DIV0 8,5 0,07 9,0 - 9,9 7 24 31 0,23 1,23 9,5 0,28 10,0 - 10,9 21 6 27 0,78 -1,25 10,5 0,66 11,0 - 11,4 15 2 17 0,88 -2,01 11,5 0,91 12,0 - 12,9 20 20 1,00 NUM 12,5 0,98 13,0 - 13,9 14 14 1,00 NUM 13,5 1,00 14,0 - 14,9 6 6 1,00 NUM 14,5 1,00 15,0 - 15,9 8 8 1,00 NUM 15,5 1,00 16,0 - 16,9 3 3 1,00 NUM 16,5 1,00 17,0 - 17,9 2 2 1,00 NUM 17,5 1,00 18,0 - 18,9 1 1 1,00 NUM 18,5 1,00 S1 Intercepta = 16,37 L 25 = 9,41 S2 Slopeb = -1,62 L 50 = 10,08 L 75 = 10,76 5. Lencam Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 8,0 - 8,9 1 1 0,00 DIV0 8,5 0,00 9,0 - 9,9 7 7 0,00 DIV0 9,5 0,01 10,0 - 10,9 7 7 0,00 DIV0 10,5 0,02 11,0 - 11,9 13 13 0,00 DIV0 11,5 0,08 12,0 - 12,9 10 10 0,00 DIV0 12,5 0,23 13,0 - 13,9 9 9 18 0,50 0,00 13,5 0,52 14,0 - 14,9 9 2 11 0,82 -1,50 14,5 0,80 15,0 - 15,9 26 2 28 0,93 -2,56 15,5 0,93 16,0 - 16,9 32 32 1,00 NUM 16,5 0,98 17,0 - 17,9 32 32 1,00 NUM 17,5 0,99 18,0 - 18,9 17 17 1,00 NUM 18,5 1,00 19,0 - 19,9 9 9 1,00 NUM 19,5 1,00 20,0 - 20,9 3 3 1,00 NUM 20,5 1,00 S1 Intercepta = 17,24 L 25 = 12,59 S2 Slopeb = -1,28 L 50 = 13,44 L 75 = 14,30 6. Pepetek Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6,0 - 6,9 2 59 61 0,03 3,38 6,5 0,09 7,0 - 7,9 27 61 88 0,31 0,82 7,5 0,17 8,0 - 8,9 34 41 75 0,45 0,19 8,5 0,32 9,0 - 9,9 50 31 81 0,62 -0,48 9,5 0,51 10,0 - 10,9 18 12 30 0,60 -0,41 10,5 0,70 11,0 - 11,9 8 2 10 0,80 -1,39 11,5 0,84 12,0 - 12,9 15 15 1,00 NUM 12,5 0,92 13,0 - 13,9 46 46 1,00 NUM 13,5 0,96 14,0 - 14,9 65 65 1,00 NUM 14,5 0,98 15,0 - 15,9 64 64 1,00 NUM 15,5 0,99 16,0 - 16,9 11 11 1,00 NUM 16,5 1,00 S1 Intercepta = 7,60 L 25 = 8,07 S2 Slopeb = -0,81 L 50 = 9,44 L 75 = 10,80 7. Kuwe Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6,0 - 6,9 2 2 0,00 DIV0 6,7 0,00 7,0 - 7,9 13 13 0,00 DIV0 7,2 0,00 8,0 - 8,9 15 15 0,00 DIV0 8,2 0,00 9,0 - 9,9 21 21 0,00 DIV0 9,2 0,01 10,0 - 10,9 14 14 0,00 DIV0 10,2 0,05 11,0 - 11,9 1 8 9 0,11 2,08 11,2 0,19 12,0 - 12,9 14 7 21 0,67 -0,69 12,2 0,53 13,0 - 13,9 34 3 37 0,92 -2,43 13,2 0,84 14,0 - 14,9 39 3 42 0,93 -2,56 14,2 0,96 15,0 - 15,9 45 45 1,00 NUM 15,2 0,99 16,0 - 16,9 30 30 1,00 NUM 16,2 1,00 17,0 - 17,9 20 20 1,00 NUM 17,2 1,00 18,0 - 18,9 5 5 1,00 NUM 18,2 1,00 19,0 - 19,9 1 1 1,00 NUM 18,2 1,00 S1 Intercepta = 19,00 L 25 = 11,42 S2 Slopeb = -1,57 L 50 = 12,12 L 75 = 12,83 8. Baronang Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 9,0 - 9,9 4 4 0,00 DIV0 9,5 0,00 10,0 - 10,9 7 7 0,00 DIV0 10,5 0,00 11,0 - 11,9 16 16 0,00 DIV0 11,5 0,01 12,0 - 12,9 15 15 0,00 DIV0 12,5 0,03 13,0 - 13,9 27 27 0,00 DIV0 13,5 0,12 14,0 - 14,9 6 10 16 0,38 0,51 14,5 0,39 15,0 - 15,9 16 5 21 0,76 -1,16 15,5 0,74 16,0 - 16,9 38 3 41 0,93 -2,54 16,5 0,93 17,0 - 17,9 32 32 1,00 NUM 17,5 0,98 18,0 - 18,9 13 13 1,00 NUM 18,5 1,00 19,0 - 19,9 7 7 1,00 NUM 19,5 1,00 20,0 - 20,9 9 9 1,00 NUM 20,5 1,00 21,0 - 21,9 12 12 1,00 NUM 21,5 1,00 22,0 - 22,9 8 8 1,00 NUM 22,5 1,00 23,0 - 29,9 1 1 1,00 NUM 23,5 1,00 S1 Intercepta = 22,57 L 25 = 14,08 S2 Slopeb = -1,52 L 50 = 14,80 L 75 = 15,52 9. Baracuda Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 11,0 - 11,9 1 1 0,00 DIV0 11,5 0,00 12,0 - 12,9 3 3 0,00 DIV0 12,5 0,01 13,0 - 13,9 3 3 0,00 DIV0 13,5 0,02 14,0 - 14,9 5 5 0,00 DIV0 14,5 0,05 15,0 - 15,9 8 8 0,00 DIV0 15,5 0,12 16,0 - 16,9 3 5 8 0,38 0,51 16,5 0,24 17,0 - 17,9 2 7 9 0,22 1,25 17,5 0,43 18,0 - 18,9 5 3 8 0,63 -0,51 18,5 0,64 19,0 - 19,9 6 1 7 0,86 -1,79 19,5 0,81 20,0 - 20,9 8 8 1,00 NUM 20,5 0,91 21,0 - 21,9 9 9 1,00 NUM 21,5 0,96 22,0 - 22,9 9 9 1,00 NUM 22,5 0,98 23,0 - 23,9 10 10 1,00 NUM 23,5 0,99 24,0 - 24,9 14 14 1,00 NUM 24,5 1,00 25,0 - 25,9 8 8 1,00 NUM 25,5 1,00 26,0 - 26,9 9 9 1,00 NUM 26,5 1,00 27,0 - 27,9 9 9 1,00 NUM 27,5 1,00 28,0 - 28,9 7 7 1,00 NUM 28,5 1,00 29,0 - 29,9 10 10 1,00 NUM 29,5 1,00 30,0 - 30,9 5 5 1,00 NUM 30,5 1,00 31,0 -31,9 7 7 1,00 NUM 31,5 1,00 32,0 -32,9 1 1 1,00 NUM 32,5 1,00 33,0 -33,9 3 3 1,00 NUM 33,5 1,00 34,0 -34,9 2 2 1,00 NUM 34,5 1,00 35,0 -35,9 1 1 1,00 NUM 35,5 1,00 S1 Intercepta = 15,47 L 25 = 16,58 S2 Slopeb = -0,87 L 50 = 17,84 L 75 = 19,11 Lampiran 30 Perhitungan analisis selektivitas mata jaring sero 4 cm setiap jenis ikan dominan tertangkap pada habitat lamun di perairan pantai Pitumpanua, Teluk Bone 1. Ikan Biji Nangka Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 5,0 - 5,9 2 2 0,00 DIV0 5,5 0,03 6,5 - 6,9 1 16 17 0,06 2,77 6,5 0,06 7,0 - 7,9 10 53 63 0,16 1,67 7,5 0,09 8,0 - 8,9 10 71 81 0,12 1,96 8,5 0,16 9,0 - 9,9 23 64 87 0,26 1,02 9,5 0,25 10,0 - 10,9 14 70 84 0,17 1,61 10,5 0,37 11,0 - 11,9 25 24 49 0,51 -0,04 11,5 0,51 12,0 - 12,9 31 12 43 0,72 -0,95 12,5 0,65 13,0 - 13,9 17 4 21 0,81 -1,45 13,5 0,76 14,0 - 14,9 20 20 1,00 NUM 14,5 0,85 15,0 - 15,9 22 22 1,00 NUM 15,5 0,91 S1 Intercepta = 6,54 L 25 = 9,52 S2 Slopeb = -0,57 L 50 = 11,44 L 75 = 13,36 2. Baronang lingkis Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 5,0 - 5,9 1 1 0,00 DIV0 5,5 0,00 6,0 - 6,9 17 17 0,00 DIV0 6,5 0,00 7,0 - 7,9 43 43 0,00 DIV0 7,5 0,00 8,0 - 8,9 33 33 0,00 DIV0 8,5 0,01 9,0 - 9,9 2 41 43 0,05 3,02 9,5 0,02 10,0 - 10,9 2 32 34 0,06 2,77 10,5 0,10 11,0 - 11,9 5 20 25 0,20 1,39 11,5 0,33 12,0 - 12,9 13 6 19 0,68 -0,77 12,5 0,69 13,0 - 13,9 33 2 35 0,94 -2,80 13,5 0,91 14,0 - 14,9 53 53 1,00 NUM 14,5 0,98 15,0 - 15,9 37 37 1,00 NUM 15,5 1,00 16,0 - 16,9 47 47 1,00 NUM 16,5 1,00 17,0 - 17,9 44 44 1,00 NUM 17,5 1,00 18,0 - 18,9 32 32 1,00 NUM 18,5 1,00 19,0 - 19,9 25 25 1,00 NUM 19,5 1,00 20,0 - 20,9 8 8 1,00 NUM 20,5 1,00 21,0 - 21,9 1 1 1,00 NUM 21,5 1,00 S1 Intercepta = 18,19 L 25 = 11,25 S2 Slopeb = -1,52 L 50 = 11,97 L 75 = 12,70 3. Kerong-kerong Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6.0 - 6.9 2 2 0.00 DIV0 6.5 0.02 7.0 - 7.9 4 4 0.00 DIV0 7.5 0.03 8.0 - 8.9 13 13 0.00 DIV0 8.5 0.05 9.0 - 9.9 2 18 20 0.10 2.20 9.5 0.10 10.0 - 10.9 2 10 12 0.17 1.61 10.5 0.17 11.0 - 11.9 3 7 10 0.30 0.85 11.5 0.29 12.0 - 12.9 3 4 7 0.43 0.29 12.5 0.43 13.0 - 13.9 4 4 1.00 NUM 13.5 0.60 14.0 - 14.9 4 4 1.00 NUM 14.5 0.74 15.0 - 15.9 9 9 1.00 NUM 15.5 0.84 16.0 - 16.9 9 9 1.00 NUM 16.5 0.91 17.0 - 17.9 16 16 1.00 NUM 17.5 0.95 18.0 - 18.9 22 22 1.00 NUM 18.5 0.97 19.0 - 19.9 18 18 1.00 NUM 19.5 0.99 20.0 - 20.9 15 15 1.00 NUM 20.5 0.99 21.0 - 21.9 9 9 1.00 NUM 21.5 1.00 22.0 - 22.9 8 8 1.00 NUM 22.5 1.00 23.0 - 23.9 3 3 1.00 NUM 23.5 1.00 S1 Intercepta = 8.38 L 25 = 11.21 S2 Slopeb = -0.65 L 50 = 12.90 L 75 = 14.60 4. Kapas-kapas Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 4,0 - 4,9 1 1 0,00 DIV0 4,5 0,00 5,0 - 5,9 3 3 0,00 DIV0 5,5 0,00 6,0 - 6,9 39 39 0,00 DIV0 6,5 0,00 7,0 - 7,9 3 60 63 0,05 3,00 7,5 0,02 8,0 - 8,9 2 62 64 0,03 3,43 8,5 0,08 9,0 - 9,9 11 36 47 0,23 1,19 9,5 0,31 10,0 - 10,9 35 15 50 0,70 -0,85 10,5 0,68 11,0 - 11,9 15 1 16 0,94 -2,71 11,5 0,91 12,0 - 12,9 17 17 1,00 NUM 12,5 0,98 13,0 - 13,9 16 16 1,00 NUM 13,5 1,00 14,0 - 14,9 10 10 1,00 NUM 14,5 1,00 15,0 - 15,9 9 9 1,00 NUM 15,5 1,00 16,0 - 16,9 2 2 1,00 NUM 16,5 1,00 17,0 - 17,9 1 1 1,00 NUM 17,5 1,00 S1 Intercepta = 15,72 L 25 = 9,32 S2 Slopeb = -1,57 L 50 = 10,02 L 75 = 10,72 5. Lencam Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 8,0 - 8,9 3 3 0,00 DIV0 8,5 0,00 9,0 - 9,9 9 9 0,00 DIV0 9,5 0,00 10,0 - 10,9 15 15 0,00 DIV0 10,5 0,00 11,0 - 11,9 21 21 0,00 DIV0 11,5 0,00 12,0 - 12,9 14 14 0,00 DIV0 12,5 0,00 13,0 - 13,9 1 13 14 0,07 2,56 13,5 0,05 14,0 - 14,9 2 6 8 0,25 1,10 14,5 0,43 15,0 - 15,9 32 2 34 0,94 -2,77 15,5 0,91 16,0 - 16,9 37 37 1,00 NUM 16,5 0,99 17,0 - 17,9 45 45 1,00 NUM 17,5 1,00 18,0 - 18,9 15 15 1,00 NUM 18,5 1,00 19,0 - 19,9 6 6 1,00 NUM 19,5 1,00 20,0 - 20,9 2 2 1,00 NUM 20,5 1,00 S1 Intercepta = 38,99 L 25 = 14,20 S2 Slopeb = -2,67 L 50 = 14,61 L 75 = 15,02 6. Pepetek Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6,0 - 6,9 55 55 0,00 DIV0 6,5 0,20 7,0 - 7,9 28 43 71 0,39 0,43 7,5 0,31 8,0 - 8,9 35 39 74 0,47 0,11 8,5 0,44 9,0 - 9,9 30 34 64 0,47 0,13 9,5 0,59 10,0 - 10,9 13 11 24 0,54 -0,17 10,5 0,72 11,0 - 11,4 23 3 26 0,88 -2,04 11,5 0,82 12,0 - 12,9 10 1 11 0,91 -2,30 12,5 0,89 13,0 - 13,9 21 21 1,00 NUM 13,5 0,94 14,0 - 14,9 23 23 1,00 NUM 14,5 0,96 15,0 - 15,9 37 37 1,00 NUM 15,5 0,98 16,0 - 16,9 3 3 1,00 NUM 16,5 0,99 S1 Intercepta = 5,18 L 25 = 7,01 S2 Slopeb = -0,58 L 50 = 9,00 L 75 = 10,79 7. Kuwe Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 6,0 - 6,9 10 10 0,00 DIV0 6,5 0,00 7,0 - 7,9 21 21 0,00 DIV0 7,5 0,00 8,0 - 8,9 39 39 0,00 DIV0 8,5 0,00 9,0 - 9,9 40 40 0,00 DIV0 9,5 0,02 10,0 - 10,9 12 12 0,00 DIV0 10,5 0,11 11,0 - 11,9 2 3 5 0,40 0,41 11,5 0,42 12,0 - 12,9 15 3 18 0,83 -1,61 12,5 0,81 13,0 - 13,9 23 1 24 0,96 -3,14 13,5 0,96 14,0 - 14,9 36 36 1,00 NUM 14,5 0,99 15,0 - 15,9 48 48 1,00 NUM 15,5 1,00 16,0 - 16,9 32 32 1,00 NUM 16,5 1,00 17,0 - 17,9 18 18 1,00 NUM 17,5 1,00 18,0 - 18,9 4 4 1,00 NUM 18,5 1,00 19,0 - 19,9 1 1 1,00 NUM 19,5 1,00 S1 Intercepta = 20,68 L 25 = 11,06 S2 Slopeb = -1,77 L 50 = 11,68 L 75 = 12,30 8. Baronang Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 8,0 - 8,9 4 4 0,00 DIV0 8,5 0,00 9,0 - 9,9 15 15 0,00 DIV0 9,5 0,00 10,0 - 10,9 19 19 0,00 DIV0 10,5 0,00 11,0 - 11,9 16 16 0,00 DIV0 11,5 0,00 12,0 - 12,9 1 25 26 0,04 3,22 12,5 0,02 13,0 - 13,9 1 23 24 0,04 3,14 13,5 0,09 14,0 - 14,9 2 9 11 0,18 1,50 14,5 0,39 15,0 - 15,9 22 2 24 0,92 -2,40 15,5 0,80 16,0 - 16,9 52 52 1,00 NUM 16,5 0,96 17,0 - 17,9 48 48 1,00 NUM 17,5 0,99 18,0 - 18,9 24 24 1,00 NUM 18,5 1,00 19,0 - 19,9 14 14 1,00 NUM 19,5 1,00 20,0 - 20,9 4 4 1,00 NUM 20,5 1,00 21,0 - 21,9 8 8 1,00 NUM 21,5 1,00 22,0 - 22,9 9 9 1,00 NUM 22,5 1,00 23,0 - 29,9 5 5 1,00 NUM 23,5 1,00 S1 Intercepta = 27,24 L 25 = 14,14 S2 Slopeb = -1,85 L 50 = 14,74 L 75 = 15,33 9. Baracuda Interval Panjang cm Jumlah dalam Kantong ekor Jumlah dalam Penutup ekor Jumlah Total ekor SL Obs. Bag. Yang Tertahan Ln 1SL-1 y Titik Tengah x SL Est. Bag. yang Tertahan 11,5 - 11,9 1 1 0,00 DIV0 11,5 0,04 12,0 - 12,9 2 2 0,00 DIV0 12,5 0,05 13,0 - 13,9 2 2 0,00 DIV0 13,5 0,07 14,0 - 14,9 9 9 0,00 DIV0 14,5 0,09 15,0 - 15,9 5 5 0,00 DIV0 15,5 0,11 16,0 - 16,9 3 16 19 0,16 1,67 16,5 0,15 17,0 - 17,9 3 16 19 0,16 1,67 17,5 0,19 18,0 - 18,9 2 6 8 0,25 1,10 18,5 0,23 19,0 - 19,9 2 2 1,00 NUM 19,5 0,29 20,0 - 20,9 4 4 1,00 NUM 20,5 0,35 21,0 - 21,9 5 5 1,00 NUM 21,5 0,42 22,0 - 22,9 4 4 1,00 NUM 22,5 0,49 23,0 - 23,9 3 3 1,00 NUM 23,5 0,56 24,0 - 24,9 6 6 1,00 NUM 24,5 0,63 25,0 - 25,9 12 12 1,00 NUM 25,5 0,69 26,0 - 26,9 9 9 1,00 NUM 26,5 0,75 27,0 - 27,9 2 2 1,00 NUM 27,5 0,80 28,0 - 28,9 8 8 1,00 NUM 28,5 0,84 29,0 - 29,9 3 3 1,00 NUM 29,5 0,88 30,0 - 30,9 4 4 1,00 NUM 30,5 0,91 31,0 -31,9 1 1 1,00 NUM 31,5 0,93 32,0 -32,9 1 1 1,00 NUM 32,5 0,94 S1 Intercepta = 6,52 L 25 = 18,83 S2 Slopeb = -0,29 L 50 = 22,65 L 75 = 26,47 Lampiran 31 Hasil analisis trophlab setiap jenis ikan di habitat muara sungai selama penelitian Ikan Biji nangka No A B C D TL SE No A B C D TL SE 1 1 1 3,96 0,59 46 1 1 3,55 0,49 2 1 1 3,55 0,49 47 1 1 3,28 0,32 3 1 3,06 0,26 48 1 1 3,28 0,32 4 2 3,06 0,26 49 1 1 3,31 0,44 5 1 3,06 0,26 50 1 1 4,04 0,70 6 1 3,50 0,37 51 1 3,60 0,59 7 1 3,60 0,59 52 2 1 4,01 0,62 8 1 1 3,55 0,49 53 1 1 4,08 0,71 9 1 1 1 3,40 0,42 54 1 1 3,55 0,49 10 1 3,06 0,26 55 1 3,50 0,37 11 1 1 3,28 0,32 56 1 1 4,04 0,70 12 1 1 4,01 0,61 57 1 1 4,03 0,70 13 1 1 3,34 0,45 58 1 1 3,34 0,45 14 2 3,06 0,26 59 1 1 3,99 0,61 15 1 1 3,28 0,32 60 1 1 3,28 0,32 16 1 1 4,01 0,62 61 1 1 3,91 0,58 17 2 1 4,07 0,71 62 1 3,60 0,59 18 1 3,60 0,59 63 1 1 3,28 0,32 19 1 1 4,01 0,61 64 1 3,60 0,59 20 1 3,06 0,26 65 1 1 4,03 0,70 21 1 1 1 3,40 0,43 66 1 1 3,28 0,32 22 1 1 3,71 0,55 67 2 1 4,01 0,62 23 1 1 3,55 0,49 68 1 3,06 0,26 24 1 3,06 0,26 69 1 3,50 0,37 25 1 3,06 0,26 70 1 3,60 0,59 26 1 1 3,36 0,46 71 1 1 3,55 0,49 27 1 3,50 0,37 72 1 2 4,04 0,63 28 1 3,06 0,26 73 1 1 3,97 0,60 29 1 1 1 3,68 0,51 74 1 1 3,55 0,49 30 1 3,06 0,26 75 1 1 3,55 0,49 31 1 1 4,02 0,62 76 1 3,60 0,59 32 1 3,60 0,59 77 1 3,06 0,26 33 2 4,50 0,80 78 1 1 1 3,87 0,60 34 1 1 4,00 0,61 79 1 2 1 3,68 0,51 35 1 1 3,55 0,49 80 1 3,50 0,37 36 1 3,06 0,26 81 2 1 3,55 0,49 37 1 4,50 0,80 82 1 3,06 0,26 38 1 1 1 1 3,71 0,56 83 1 3,06 0,26 39 1 1 1 3,37 0,42 84 2 1 1 3,90 0,61 40 2 1 4,02 0,69 85 1 1 3,98 0,60 41 1 3,50 0,37 86 2 1 1 3,85 0,60 42 1 2 3,55 0,49 87 1 3,60 0,59 43 1 1 3,98 0,60 88 1 2 1 3,68 0,51 44 1 1 3,98 0,60 89 1 1 4,06 0,70 45 2 1 3,99 0,61 Rata-rata TL = 3,60 Rata-rata SE = 0,49 A = bony fish B = other benth. invertebrates C = shrimps prawns D = polychaetes TL = trophlab SE = Standar error Ikan Baronang lingkis No A B C D E TL SE No A B C D E TL SE 1 3 1 2,00 0,00 36 4 1 2,00 0,00 2 1 2,00 0,00 37 1 2 1 2,48 0,19 3 3 1 2,55 0,18 38 1 4,50 0,80 4 3 1 1 2,51 0,20 39 3 1 2,00 0,00 5 2 2,00 0,00 40 6 1 2,71 0,24 6 1 3,50 0,37 41 1 1 3,12 0,51 7 1 3,06 0,26 42 3 2 2,00 0,00 8 1 2,00 0,00 43 3 1 1 3,35 0,49 9 2 1 2,00 0,00 44 1 2,00 0,00 10 2 2 1 2,47 0,19 45 6 1 1 2,53 0,20 11 1 1 2,72 0,24 46 4 1 2,57 0,18 12 3 2,00 0,00 47 2 2 1 2,55 0,20 13 2 1 2,72 0,24 48 3 1 1 2,49 0,19 14 3 2,00 0,00 49 1 2,00 0,00 15 1 1 1 2,81 0,42 50 2 1 1 2,85 0,25 16 5 1 1 2,51 0,20 51 1 1 3,74 0,56 17 4 2 2,00 0,00 52 1 2,00 0,00 18 3 1 2,00 0,00 53 2 2,00 0,00 19 1 1 3,78 0,58 54 3 2,00 0,00 20 2 1 3,39 0,57 55 2 3,50 0,37 21 6 2 1 2,41 0,17 56 1 1 3,34 0,56 22 1 2,00 0,00 57 3 2 1 2,82 0,25 23 3 2,00 0,00 58 5 2 2,00 0,00 24 6 2,00 0,00 59 3 2,00 0,00 25 4 2,00 0,00 60 1 2,00 0,00 26 2 2 2,68 0,24 61 1 1 4,02 0,62 27 1 1 1 2,86 0,25 62 3 2 2,00 0,00 28 3 2 2,00 0,00 63 6 2 2,00 0,00 29 2 1 2,84 0,26 64 1 3,06 0,26 30 1 1 2,00 0,00 65 1 3,50 0,37 31 1 1 3,42 0,58 66 3 1 1 2,52 0,20 32 3 1 1 2,85 0,25 67 5 1 3,18 0,52 33 4 2 2,00 0,00 34 1 1 3,16 0,52 35 5 1 2 2,34 0,13 Rata-rata TL = 2,56 Rata-rata SE = 0,19 A = benthic algaeweeds B = polychaetes C = debris D = bony fish E = other benth. Invertebrates TL = trophlab SE = standar error Ikan kerong-kerong No A B C D TL SE No A B C D TL SE 1 1 3,50 0,60 36 2 3,50 0,60 2 1 2 3,55 0,59 37 1 4,02 0,71 3 2 2 3,69 0,57 38 1 3,60 0,59 4 1 2 4,03 0,71 39 2 3,97 0,70 5 1 1 3,26 0,41 40 1 1 4,50 0,80 6 1 1 3,69 0,57 41 1 3,27 0,42 7 1 3,55 0,60 42 1 4,03 0,71 8 1 1 4,04 0,71 43 1 1 3,68 0,56 9 2 1 3,67 0,56 44 1 3,60 0,59 10 1 3,60 0,59 45 1 3,50 0,60 11 1 3,60 0,59 46 1 1 3,97 0,70 12 1 3,92 0,69 47 1 1 4,08 0,72 13 2 1 3,98 0,70 48 1 3,98 0,70 14 1 1 3,60 0,59 49 2 3,50 0,60 15 2 1 4,02 0,71 50 1 3,50 0,60 16 2 1 3,98 0,70 51 1 2 3,99 0,70 17 1 3,55 0,59 52 1 3,50 0,60 18 1 2 4,50 0,80 53 1 4,00 0,70 19 2 4,03 0,71 54 1 3,60 0,59 20 1 3,60 0,59 55 2 3,98 0,70 21 2 1 4,05 0,70 56 1 1 3,60 0,59 22 1 1 4,02 0,71 57 3,50 0,60 23 1 1 4,05 0,70 58 1 1 4,05 0,70 24 2 3,60 0,59 59 1 3,50 0,60 25 2 4,01 0,71 60 1 2 3,98 0,70 26 2 3,97 0,70 61 1 1 3,29 0,39 27 1 4,02 0,71 62 1 3,60 0,59 28 2 1 4,50 0,80 63 1 3,60 0,59 29 1 3,50 0,60 64 1 1 4,02 0,71 30 1 3,60 0,59 65 1 1 4,05 0,70 31 1 1 3,99 0,70 66 1 1 4,02 0,71 32 2 3,50 0,60 67 1 3 4,02 0,71 33 1 1 3,72 0,53 68 1 3,91 0,69 34 1 1 3,99 0,70 69 1 3,60 0,59 35 1 3,60 0,59 Rata-rata TL = 3,80 Rata-rata SE = 0,64 A = bony fish B = shrimpsprawns C = plank. copepods D = crabs TL = trophlab SE = standar error Ikan Kapas-kapas No A B C TL SE No A B C TL SE 1 1 1 3,30 0,32 45 2 1 2,74 0,25 2 1 3,50 0,37 46 1 3,06 0,26 3 1 2,00 0,00 47 1 3,06 0,26 4 1 3,50 0,37 48 3 1 2,82 0,26 5 1 1 2,51 0,17 49 1 1 2,78 0,25 6 1 1 2,67 0,23 50 1 3,50 0,37 7 1 3,50 0,37 51 2 3,50 0,37 8 1 3,50 0,37 52 1 3,50 0,37 9 1 1 2,47 0,16 53 2 3,50 0,37 10 2 1 2,75 0,25 54 1 1 2,75 0,25 11 1 1 2,80 0,26 55 1 1 2,81 0,26 12 1 1 3,28 0,32 56 2 1 2,81 0,26 13 2 1 2,76 0,25 57 2 1 2,75 0,25 14 1 2 2,76 0,25 58 2 2,00 0,00 15 1 1 1 2,91 0,26 59 2 1 2,75 0,25 16 1 3,50 0,37 60 1 3,50 0,37 17 1 2,00 0,00 61 2 3,50 0,37 18 1 2 2,70 0,24 62 1 3,50 0,37 19 2 1 1 2,84 0,25 63 1 3,50 0,37 20 2 2,00 0,00 64 2 1 1 2,84 0,25 21 1 1 2,72 0,24 65 1 1 2,80 0,26 22 2 1 2,77 0,25 66 3 1 3,26 0,31 23 2 2 2,78 0,26 67 2 1 1 2,89 0,26 24 2 1 2,83 0,26 68 1 1 1 2,92 0,27 25 2 2,00 0,00 69 2 1 2,67 0,23 26 2 2,00 0,00 70 2 1 1 2,85 0,25 27 2 3,50 0,37 71 2 3,50 0,37 28 1 1 2,54 0,18 72 1 1 2,69 0,24 29 1 1 2,76 0,25 73 1 1 1 2,78 0,24 30 2 2 2,73 0,25 74 2 1 2,68 0,24 31 1 3,50 0,37 75 2 1 2,51 0,17 32 1 2,00 0,00 76 1 1 2,70 0,24 33 2 3,50 0,37 77 1 2 2,76 0,25 34 1 1 2,72 0,24 78 1 1 1 2,83 0,25 35 1 2 2,70 0,24 79 2 1 2,78 0,25 36 1 1 2,81 0,26 80 1 2 2,79 0,26 37 1 2 2,78 0,26 81 1 2,00 0,00 38 1 1 1 2,84 0,25 82 1 1 3,27 0,31 39 2 1 2,76 0,25 83 1 1 3,30 0,32 40 1 1 2,80 0,26 84 1 2,00 0,00 41 2 1 1 2,85 0,25 42 1 3,50 0,37 43 1 1 2,76 0,25 44 2 3,50 0,37 Rata-rata TL = 2,88 Rata-rata SE = 0,25 A = other benth. invertebrates B = debris C = polychaetes TL = trophlab SE = standar error Ikan Lencam NO A B C D E F TL SE 1 2 1 1 4,14 0,67 2 1 1 1 4,50 0,68 3 1 1 4,07 0,44 4 2 1 4,50 0,80 5 1 1 4,50 0,59 6 1 3,50 0,37 7 1 1 3,81 0,32 8 1 3,06 0,26 9 1 1 1 4,21 0,71 10 2 1 4,50 0,80 11 1 3,50 0,37 12 1 1 1 4,50 0,69 13 1 2 4,50 0,80 14 2 1 4,50 0,80 15 1 1 4,03 0,37 16 2 1 1 3,99 0,51 17 2 2 1 4,14 0,67 18 1 1 3,79 0,32 19 1 3,06 0,26 20 1 1 3,99 0,37 21 1 1 4,50 0,80 22 1 1 1 4,21 0,71 23 2 1 1 4,50 0,67 24 2 1 3,55 0,44 25 1 1 4,50 0,80 26 1 3,06 0,26 27 1 1 1 4,15 0,67 28 1 2 4,50 0,63 29 1 1 2 3,60 0,33 30 1 2 1 3,98 0,51 31 1 2 4,01 0,44 32 1 1 1 3,65 0,34 33 1 1 2 3,85 0,57 34 2 1 4,06 0,44 35 1 1 1 1 3,90 0,60 36 1 1 4,07 0,44 Rata-rata TL = 4,02 Rata-rata SE = 0,54 A = squidscuttlefish B = other finfish C = polychaetes D = bony fish E = other mollusks F = other benth. crustaceans TL = trophlab SE = standar error N = 45 ekor Ikan Pepetek No A B C D E F G TL SE No A B C D E F G TL SE 1 1 1 2,65 0,29 51 1 1 1 3,06 0,39 2 1 1 1 2,93 0,36 52 1 1 1 2,55 0,26 3 1 1 2,52 0,17 53 2 3,40 0,45 4 1 1 2,00 0,00 54 2 1 2,51 0,17 5 1 2,00 0,00 55 1 1 2,83 0,34 6 1 1 3,50 0,47 56 1 1 1 2,00 0,00 7 1 1 1 2,00 0,00 57 1 1 1 2,97 0,37 8 1 1 1 2,00 0,00 58 1 1 3,50 0,48 9 1 1 2,00 0,00 59 1 1 3,36 0,41 10 1 1 1 3,09 0,40 60 1 1 2 2,98 0,37 11 1 1 3,24 0,37 61 2 3,40 0,45 12 1 1 1 1 3,00 0,35 62 1 1 1 2,00 0,00 13 2 1 2,00 0,00 63 1 1 3,49 0,47 14 1 1 2 2,98 0,37 64 1 1 2 2,99 0,38 15 1 2 2 3,03 0,38 65 2 1 2 1 2,78 0,33 16 2 1 1 3,00 0,38 66 1 2 2,67 0,29 17 1 1 3,50 0,47 67 1 2 3,49 0,47 18 2 1 3,50 0,47 68 1 2 1 2,97 0,37 19 1 1 2,00 0,00 69 1 2,00 0,00 20 1 1 2,00 0,00 70 1 2 2,00 0,00 21 1 1 1 3,07 0,39 71 1 1 2,53 0,17 22 1 1 2,61 0,19 72 1 1 2,72 0,31 23 1 1 1 2,46 0,24 73 2 2 3,50 0,48 24 2 1 2 3,00 0,38 74 1 1 2 2,91 0,36 25 1 1 1 2,00 0,00 75 1 2,00 0,00 26 2 1 2,76 0,33 76 1 2,00 0,00 27 1 1 1 2,85 0,29 77 1 1 2,00 0,00 28 1 1 1 3,00 0,38 78 1 2,00 0,00 29 1 2,00 0,00 79 2 2,00 0,00 30 1 1 1 3,06 0,39 80 1 2 3,51 0,48 31 2 1 3,50 0,48 81 1 1 2 2,54 0,26 32 2 1 1 3,00 0,38 82 2 1 3,49 0,47 33 1 1 1 2,00 0,00 83 1 1 2,52 0,17 34 1 2 3,50 0,48 84 1 2,00 0,00 35 1 1 3,50 0,48 85 1 1 1 2,44 0,23 36 2 1 3,51 0,48 86 1 1 1 2,99 0,37 37 1 1 1 2,34 0,13 87 2 3,40 0,45 38 1 1 1 1 2,77 0,32 88 1 1 2 3,02 0,38 39 1 1 1 2,00 0,00 89 1 3,40 0,45 40 1 2,00 0,00 90 2 1 2,83 0,34 41 1 1 3,49 0,47 91 1 1 2,00 0,00 42 2 2 3,50 0,48 92 1 2 1 2,45 0,24 43 1 1 1 2,00 0,00 93 2 1 1 2,99 0,37 44 1 1 3,50 0,47 94 1 1 2,95 0,37 45 1 1 1 2,00 0,00 95 1 2 3,50 0,47 46 1 1 2,00 0,00 96 1 1 1 2,00 0,00 47 1 1 2,00 0,00 97 1 3,40 0,45 48 1 1 2,00 0,00 98 1 1 2,60 0,19 49 1 2,00 0,00 99 1 1 3,50 0,48 50 1 1 1 2,96 0,37 100 1 1 1 3,05 0,39 No A B C D E F G TL SE 101 1 2 1 3,01 0,38 102 1 1 2,00 0,00 103 1 1 1 1 2,75 0,32 104 2 1 1 3,07 0,39 105 1 1 3,51 0,48 106 1 2 2,74 0,32 107 1 3,40 0,45 108 2 1 3,50 0,48 109 1 1 2 2,82 0,29 110 1 2 1 1 2,81 0,33 111 1 2 3,51 0,48 112 1 1 2 3,00 0,38 113 2 1 1 2,00 0,00 114 1 1 2,00 0,00 115 1 1 1 2,98 0,37 116 1 1 1 2,00 0,00 117 2 1 2,68 0,30 118 1 1 1 2,00 0,00 119 2 2 3,50 0,47 120 1 1 2,00 0,00 121 1 2 1 3,02 0,38 122 1 1 1 2,91 0,31 123 2 1 2,71 0,30 124 1 2 3,50 0,48 125 1 1 1 1 2,78 0,33 126 1 2,00 0,00 127 1 1 2,84 0,34 128 1 1 3,51 0,48 129 1 2,00 0,00 130 1 1 2,89 0,36 131 1 2,00 0,00 Rata-rata TL = 2,73 Rata-rata SE = 0,26 A = dinoflagellates B = benthic algaeweeds C = other plank. invertebrates D = debris E = other molluska F = polychaetes G = diatoms TL = trophlab SE = standar error Ikan Kuwe No A B C D E TL SE 1 1 1 4,50 0,80 2 1 4,50 0,80 3 1 1 4,04 0,70 4 1 1 3,76 0,54 5 1 1 3,75 0,54 6 2 1 4,50 0,80 7 1 4,50 0,80 8 1 1 1 4,50 0,80 9 1 1 1 4,20 0,73 10 2 1 4,50 0,80 11 1 1 4,03 0,70 12 1 1 1 4,50 0,80 13 1 2 4,50 0,80 14 1 4,50 0,80 15 1 1 3,79 0,56 16 1 1 1 4,20 0,74 17 1 1 3,29 0,39 18 1 1 3,79 0,56 19 1 1 4,08 0,71 20 1 1 1 3,95 0,62 21 1 4,50 0,80 22 1 4,50 0,80 23 1 1 1 4,21 0,74 24 1 1 3,71 0,52 25 1 4,50 0,80 26 1 1 1 3,90 0,60 27 1 2 4,50 0,80 28 2 4,50 0,80 29 1 1 3,78 0,55 30 1 1 1 4,50 0,80 31 1 1 4,04 0,70 32 1 1 3,70 0,52 33 1 1 4,02 0,69 34 1 4,50 0,80 35 1 4,50 0,80 36 1 1 4,50 0,80 37 1 2 3,81 0,56 38 1 4,50 0,80 39 1 2 4,50 0,80 40 1 1 1 3,68 0,55 Rata-rata TL = 4,19 Rata-rata SE = 0,71 A = fish eggslarvae B = benth. copepods C = bony fish D = shrimpsprawns E = other finfish TL = trophlab SE = standar error Ikan Baronang No A B C TL SE 1 5 3 1 2,83 0,29 2 2 2,00 0,00 3 1 3,06 0,26 4 5 2,00 0,00 5 3 3,40 0,45 6 3 1 2,52 0,17 7 4 2 2,68 0,30 8 6 2,00 0,00 9 4 1 1 2,85 0,29 10 3 2 2,71 0,30 11 5 2 2,54 0,18 12 4 2 2,66 0,29 13 3 2,00 0,00 14 3 2 1 2,79 0,28 15 1 2,00 0,00 16 4 1 2,68 0,30 17 2 2,00 0,00 18 5 1 2,73 0,31 19 2 1 2,49 0,17 20 4 1 2,75 0,31 21 1 2,00 0,00 22 3 1 2,64 0,29 23 2 2,00 0,00 24 1 2,00 0,00 25 2 2 1 2,83 0,29 26 3 1 2,69 0,30 27 2 1 2,76 0,32 28 4 2,00 0,00 29 3 2,00 0,00 30 3 1 2,72 0,31 31 2 1 2,54 0,18 32 2 1 3,22 0,36 33 3 3,40 0,45 34 1 3,06 0,26 35 3 1 1 2,83 0,29 36 1 3,06 0,26 37 1 1 2,67 0,29 38 3 2,00 0,00 39 2 2,00 0,00 40 4 2,00 0,00 41 3 2,00 0,00 42 4 1 1 2,81 0,29 43 5 2,00 0,00 44 2 2,00 0,00 45 1 2 2,69 0,30 Rata-rata TL = 2,50 Rata-rata SE = 0,18 A = benthic algaeweeds B = other plank. Invertebrates s C = polychaetes TL = trophlab SE = standar error Ikan Barakuda No A B C D TL SE 1 2 1 4,07 0,70 2 1 1 4,50 0,80 3 1 1 4,09 0,71 4 1 1 4,04 0,70 5 2 1 1 4,19 0,60 6 1 1 4,04 0,70 7 1 1 4,03 0,70 8 1 1 1 4,18 0,59 9 2 1 4,03 0,70 10 1 1 4,03 0,70 11 2 1 1 4,22 0,60 12 1 1 4,50 0,80 13 2 4,50 0,80 14 1 4,50 0,80 15 1 1 4,01 0,69 16 1 4,50 0,37 17 1 1 4,50 0,62 18 2 1 4,05 0,70 19 1 4,50 0,80 20 1 2 1 4,27 0,75 21 1 4,50 0,80 22 1 1 1 4,19 0,73 23 1 1 4,05 0,70 24 1 1 4,05 0,49 25 1 4,50 0,80 26 1 1 4,01 0,69 27 1 4,50 0,80 28 1 1 4,50 0,60 29 1 4,50 0,80 30 1 1 4,50 0,60 31 1 1 4,06 0,70 32 1 1 4,02 0,69 33 2 4,50 0,80 34 1 4,50 0,80 Rata-rata TL = 4,27 Rata-rata SE = 0,70 A = fish eggs larvae B = bony fish C = shrimps prawns D = squidscuttlefish TL = trophlab SE = standar error Lampiran 32 Hasil analisis trophlab setiap jenis ikan di habitat mangrove selama penelitian Ikan Biji nangka No A B C D TL SE No A B C D TL SE 1 1 1 1 3,37 0,42 44 2 3,06 0,26 2 1 2 3,55 0,49 45 1 3,60 0,59 3 1 1 3,32 0,44 46 1 4,50 0,80 4 1 1 3,28 0,32 47 1 3,60 0,59 5 1 3,60 0,59 48 1 1 3,55 0,49 6 1 1 3,55 0,49 49 1 3,50 0,37 7 1 3,06 0,26 50 1 1 3,28 0,32 8 1 2 4,04 0,70 51 1 3,50 0,37 9 1 3,60 0,59 52 1 1 3,87 0,60 10 2 3,50 0,37 53 1 1 3,55 0,49 11 1 3,06 0,26 54 1 2 3,34 0,45 12 1 3,06 0,26 55 2 3,06 0,26 13 1 3,06 0,26 56 1 1 3,28 0,32 14 1 1 3,55 0,49 57 2 3,50 0,37 15 1 3,06 0,26 58 1 2 3,98 0,60 16 1 1 1 3,40 0,43 59 1 2 3,55 0,49 17 1 3,50 0,37 60 1 3,06 0,26 18 2 3,60 0,59 61 1 1 3,34 0,45 19 1 3,60 0,59 62 1 1 3,55 0,49 20 1 1 3,99 0,61 63 1 3,50 0,37 21 1 3,60 0,59 64 1 3,06 0,26 22 1 1 1 3,68 0,51 65 1 1 4,03 0,70 23 1 1 3,28 0,32 66 1 1 3,55 0,49 24 2 3,60 0,59 67 1 1 3,55 0,49 25 2 3,50 0,37 68 1 1 4,02 0,62 26 1 1 3,55 0,49 69 1 3,06 0,26 27 1 1 1 1 3,71 0,56 70 1 3,60 0,59 28 1 1 3,36 0,46 71 1 1 1 3,68 0,51 29 1 2 4,06 0,70 72 1 1 1 3,68 0,51 30 1 1 3,28 0,32 73 1 1 1 3,87 0,61 31 1 3,60 0,59 74 1 1 3,99 0,61 32 2 3,50 0,37 75 2 3,60 0,59 33 1 3,06 0,26 76 2 3,50 0,37 34 1 3,50 0,37 77 1 1 1 1 3,71 0,55 35 1 3,06 0,26 78 2 3,06 0,26 36 1 1 4,01 0,62 79 1 1 3,55 0,49 37 1 1 4,02 0,69 80 1 1 3,98 0,60 38 1 3,50 0,37 81 1 1 1 3,85 0,60 39 1 3,50 0,37 82 1 1 1 3,90 0,61 40 1 4,50 0,80 83 2 3,06 0,26 41 2 3,06 0,26 84 2 3,06 0,26 42 1 1 1 3,68 0,51 85 1 1 3,34 0,45 43 1 2 4,00 0,61 86 1 1 3,31 0,44 44 2 3,06 0,26 87 1 1 3,55 0,49 88 2 3,50 0,37 Rata-rata TL = 3,53 Rata-rata SE = 0,46 A = bony fish D = polychaetes B = other benth. Invertebrates TL = trophlab C = shrimps prawns SE = Standar error Ikan Baronang lingkis No A B C D E TL SE No A B C D E TL SE 1 2 1 1 2,82 0,25 44 1 1 1 2,51 0,20 2 2 1 3,42 0,58 45 2 1 2,00 0,00 3 1 1 1 2,51 0,20 46 1 1 1 2,55 0,20 4 2 1 2,68 0,24 47 2 3,50 0,37 5 1 1 1 2,85 0,25 48 1 1 4,02 0,62 6 2 2,00 0,00 49 2 3,06 0,26 7 1 1 1 2,49 0,19 50 2 1 3,34 0,56 8 2 1 3,74 0,56 51 1 1 2,34 0,13 9 1 1 2,00 0,00 52 2 1 3,23 0,53 10 1 1 3,34 0,56 53 1 2 2,84 0,26 11 1 1 1 2,53 0,20 54 2 1 1 2,52 0,20 12 3 2,00 0,00 55 2 1 2,72 0,24 13 1 1 1 2,52 0,20 56 1 1 3,16 0,52 14 1 1 1 2,86 0,25 57 1 1 1 2,86 0,25 15 1 1 1 2,53 0,20 58 1 1 3,78 0,58 16 2 1 2,55 0,18 59 4 2,00 0,00 17 1 1 1 2,00 0,00 60 2 3 2,00 0,00 18 2 1 1 2,41 0,17 61 1 3,06 0,26 19 1 1 1 2,48 0,19 62 1 3 1 2,51 0,20 20 2 1 3,39 0,57 63 3 1 3,18 0,52 21 2 3,06 0,26 64 1 3,50 0,37 22 4 2,00 0,00 65 1 4,50 0,80 23 2 2 2,00 0,00 66 1 1 1 2,82 0,25 24 2 2,00 0,00 67 2 2,00 0,00 25 2 1 2,71 0,24 68 3 1 1 2,34 0,13 26 2 3 2,00 0,00 69 2 3 2,00 0,00 27 1 2 2,00 0,00 70 2 1 1 2,82 0,25 28 2 1 1 2,48 0,19 71 2 1 1 2,85 0,25 29 1 2 2,00 0,00 72 1 1 1 2,85 0,25 30 2 1 2,00 0,00 73 4 2,00 0,00 31 1 1 1 2,34 0,13 74 1 1 3,12 0,51 32 1 1 2,00 0,00 75 2 1 1 2,85 0,25 33 3 2,00 0,00 76 3 1 1 2,41 0,17 34 2 1 2,55 0,18 77 1 3,06 0,26 35 1 1 1 2,85 0,25 78 2 5 2,00 0,00 36 2 3,06 0,26 79 4 2,00 0,00 37 3 2,00 0,00 80 1 3,06 0,26 38 2 1 1 2,51 0,20 81 3 1 2,71 0,24 39 1 2 3,39 0,57 82 1 1 1 2,85 0,25 40 1 1 3,39 0,57 83 2 1 2,57 0,18 41 2 1 1 2,85 0,25 84 1 1 1 2,55 0,20 42 3 1 2,72 0,24 85 2 2,00 0,00 43 1 1 1 2,47 0,19 Rata-rata TL = 2,65 Rata-rata SE = 0,22 A = benthic algaeweeds C = debris B = polychaetes D = bony fish E = other benth. Invertebrates TL = trophlab SE = standar error Ikan kerong-kerong No A B C D TL SE No A B C D TL SE 1 2 1 4,05 0,70 47 2 1 1 3,68 0,56 2 1 1 3,55 0,59 48 3 3,60 0,59 3 2 3,60 0,59 49 2 3,60 0,59 4 2 1 4,05 0,70 50 1 1 3,55 0,59 5 1 1 3,99 0,70 51 3 1 4,00 0,70 6 2 3,60 0,59 52 1 1 3,97 0,70 7 2 1 4,01 0,71 53 4 3,60 0,59 8 1 1 4,01 0,71 54 1 1 3,55 0,59 9 2 4,50 0,80 55 1 2 4,05 0,70 10 3 3,60 0,59 56 2 3,60 0,59 11 2 1 4,02 0,71 57 1 3,60 0,59 12 2 1 4,00 0,70 58 2 1 4,05 0,70 13 2 1 3,26 0,41 59 1 1 3,55 0,59 14 1 3,60 0,59 60 1 1 3,24 0,40 15 1 1 1 3,74 0,59 61 2 3,60 0,59 16 3 4,50 0,80 62 3 3,60 0,59 17 2 2 3,31 0,41 63 2 1 4,05 0,70 18 2 1 3,31 0,40 64 3 1 3,99 0,70 19 1 1 4,08 0,72 65 1 1 3,55 0,59 20 3 3,60 0,59 66 1 3,50 0,60 21 2 1 4,05 0,70 67 2 1 3,97 0,70 22 1 3,50 0,60 68 1 1 3,25 0,40 23 1 1 3,27 0,37 69 2 1 4,01 0,71 24 2 1 4,05 0,70 70 2 1 3,29 0,39 25 1 1 3,99 0,70 71 1 1 4,05 0,70 26 1 3,50 0,60 72 1 4,50 0,80 27 2 1 3,25 0,40 73 1 4,50 0,80 28 2 3,60 0,59 74 3 1 4,01 0,71 29 1 1 1 3,67 0,56 75 4 4,50 0,80 30 1 3,60 0,59 76 1 1 3,26 0,41 31 4 4,50 0,80 77 3 1 4,05 0,70 32 2 3,60 0,59 78 1 3,50 0,60 33 3 3,60 0,59 79 2 1 3,72 0,53 34 3 3,60 0,59 80 3 1 4,05 0,70 35 3 1 4,05 0,71 81 1 3,50 0,60 36 2 3,60 0,59 82 2 2 4,05 0,70 37 1 1 3,29 0,44 83 4 1 4,03 0,71 38 1 3,60 0,59 84 1 3,50 0,60 39 2 1 4,05 0,70 85 1 1 3,99 0,70 40 2 1 3,29 0,39 86 3 1 4,05 0,70 41 1 1 3,28 0,43 87 3 1 4,02 0,71 42 2 1 3,55 0,59 88 1 1 3,99 0,70 43 2 1 4,01 0,71 89 5 4,50 0,80 44 1 1 3,98 0,70 90 3 1 4,05 0,70 45 2 1 3,25 0,40 91 1 3,50 0,60 46 2 1 4,01 0,71 92 2 1 3,29 0,39 Rata-rata TL = 3,77 Rata-rata SE = 0,62 A = bony fish C = plank. copepods B = shrimpsprawns D = crabs TL = trophlab SE = standar error Ikan Kapas-kapas No A B C TL SE No A B C TL SE 1 2 2,00 0,00 32 1 2 2,76 0,25 2 1 1 1 2,85 0,25 33 1 1 1 2,89 0,26 3 2 3,06 0,26 34 1 1 2,70 0,24 4 1 1 2,84 0,25 35 1 1 1 2,78 0,24 5 1 2 2,76 0,25 36 2 3,06 0,26 6 1 1 1 2,83 0,25 37 1 1 1 2,84 0,25 7 2 3,50 0,37 38 1 1 1 2,85 0,25 8 1 1 2,78 0,26 39 2 2,00 0,00 9 3 2,00 0,00 40 1 2 2,80 0,26 10 1 1 2,54 0,18 41 1 1 1 2,84 0,25 11 1 2,00 0,00 42 2 1 3,27 0,31 12 1 2 2,78 0,25 43 1 3,06 0,26 13 1 1 2,68 0,24 44 1 2 2,73 0,25 14 2 2,00 0,00 45 1 3,06 0,26 15 1 1 2,77 0,25 46 2 3,50 0,37 16 2 2,00 0,00 47 1 1 2,51 0,17 17 2 1 2,47 0,16 48 2 1 2,51 0,17 18 1 1 1 2,89 0,26 49 3 2,00 0,00 19 2 2,00 0,00 50 1 2 3,30 0,32 20 1 2,00 0,00 51 1 1 2,67 0,23 21 4 2,00 0,00 52 1 2 2,75 0,25 22 1 2 2,76 0,25 53 1 3,06 0,26 23 1 3,06 0,26 54 2 1 2,82 0,26 24 1 3 2,70 0,24 55 1 2 2,80 0,26 25 1 1 1 2,91 0,26 56 1 1 1 2,83 0,25 26 2 3,50 0,37 57 2 1 2,74 0,25 27 1 3 2,75 0,25 58 2 1 2,81 0,26 28 1 3,06 0,26 59 1 3,06 0,26 29 1 3,06 0,26 60 1 1 3,26 0,31 30 1 1 2,70 0,24 61 2 2 2,67 0,23 31 1 3 2,75 0,25 62 3 2,00 0,00 Rata-rata TL = 2,72 Rata-rata SE = 0,21 A = other benth. invertebrates B = debris C = polychaetes TL = trophlab SE = standar error Ikan Lencam No A B C D E F TL SE 1 1 1 1 1 3,90 0,60 2 1 2 3,60 0,33 3 2 3,50 0,50 4 1 1 1 4,11 0,54 5 1 1 1 3,89 0,62 6 1 2 1 3,65 0,34 7 1 1 4,05 0,66 8 1 1 4,50 0,80 9 2 1 3,80 0,32 10 1 1 1 3,92 0,63 11 1 1 1 1 3,94 0,63 12 1 1 1 4,14 0,67 13 1 1 3,55 0,50 14 1 3,50 0,50 15 1 1 2 4,15 0,67 16 1 1 1 4,50 0,70 17 2 1 4,50 0,61 18 1 2 4,50 0,80 19 1 2 4,03 0,44 20 1 2 4,50 0,59 21 1 1 3,55 0,50 22 1 1 3,55 0,50 23 1 3,06 0,26 24 2 1 3,98 0,44 25 1 2 3,55 0,50 26 1 2 4,50 0,80 27 1 1 1 1 3,88 0,60 28 1 3,06 0,26 29 2 1 3,76 0,32 30 1 1 1 3,60 0,33 31 1 3,06 0,26 32 2 1 3,99 0,44 33 1 3,06 0,26 34 1 1 1 4,50 0,67 35 2 1 1 4,50 0,66 36 2 1 4,50 0,80 37 2 2 3,55 0,50 38 1 2 4,50 0,62 39 1 1 4,50 0,80 40 1 1 4,07 0,44 41 1 1 1 4,50 0,69 42 1 1 2 4,50 0,70 43 2 1 4,50 0,80 44 1 1 1 1 3,90 0,61 45 2 3,06 0,26 46 2 1 1 4,06 0,53 Rata-rata TL = 3.95 Rata-rata SE = 0,54 A = squidscuttlefish C = polychaetes B = other finfish D = bony fish E = other molluska F = other benth. crustaceans TL = trophlab SE = standar error Ikan Pepetek No A B C D E F G TL SE No A B C D E F G TL SE 1 3 1 2,60 0,19 51 3 4 2,00 0,00 2 1 1 2 3,00 0,38 52 3 1 3,50 0,48 3 1 1 3,50 0,47 53 1 3,40 0,45 4 2 1 3,49 0,47 54 2 5 2,00 0,00 5 2 3,40 0,45 55 2,00 0,00 6 2 2 3 2,00 0,00 56 2,00 0,00 7 4 2,00 0,00 57 4 3,40 0,45 8 1 2 2 2,00 0,00 58 2 3,40 0,45 9 3 2 3,51 0,48 59 6 3,40 0,45 10 1 2 3 2,44 0,23 60 4 3 4 2,00 0,00 11 2 2 1 2,00 0,00 61 2 1 1 2,91 0,36 12 1 2 2 2,00 0,00 62 2 1 1 2,48 0,46 13 4 3 1 3,05 0,39 63 3 1 3,24 0,37 14 3 3 4 2,46 0,24 64 2 7 2,65 0,29 15 3 3 3,50 0,48 65 5 3,40 0,45 16 2 1 2 2,99 0,37 66 6 2,00 0,00 17 2 3,40 0,45 67 3 2 1 2,98 0,37 18 3 2 3,00 0,38 68 4 2,00 0,00 19 3 4 3 2,00 0,00 69 4 3 1 2,97 0,37 20 1 2 3,50 0,47 70 3 6 1 2,33 0,13 21 1 1 1 3,02 0,38 71 3 3 2,69 0,30 22 1 2 2,54 0,18 72 4 1 2,83 0,34 23 5 2 2,70 0,30 73 3 4 2,00 0,00 24 3 2,00 0,00 74 3 2 3,49 0,47 25 2 4 2,00 0,00 75 4 5 2,00 0,00 26 6 2,00 0,00 76 5 3 1 2,48 0,46 27 1 1 2,00 0,00 77 3 3 2,65 0,29 28 2 3 1 2,55 0,26 78 1 3 2,66 0,29 29 4 3 2,00 0,00 79 4 3,40 0,45 30 2 3 1 3,09 0,40 80 2 1 2,52 0,17 31 1 2 1 2,99 0,37 81 7 2,00 0,00 32 1 1 1 3,01 0,38 82 3 3 1 2,44 0,23 33 1 3 2 2,33 0,13 83 2 1 2,48 0,46 34 1 1 2,00 0,00 84 2 1 3,49 0,47 35 3 1 4 2,98 0,37 85 1 3,40 0,45 36 1 1 3 2,00 0,00 86 1 1 3,50 0,47 37 3 3,40 0,45 87 3 3 1 1 3,00 0,35 38 1 2 3,50 0,48 88 3 1 4 2 2,75 0,32 39 3 2 1 3 2,81 0,33 89 2 1 2,83 0,34 40 3 3 1 2,85 0,29 90 3 3 2,00 0,00 41 1 2 2 2 2,77 0,32 91 2 2,00 0,00 42 3 3,40 0,45 92 4 2 7 2,00 0,00 43 2 2 2,00 0,00 93 3 1 3,51 0,48 44 1 1 1 2,55 0,26 94 1 1 3,33 0,39 45 4 5 2,00 0,00 95 3 1 3,50 0,48 46 3 4 1 4 2,78 0,33 96 5 2,00 0,00 47 4 4 1 2,86 0,29 97 2 1 2,83 0,34 48 5 1 2,53 0,17 98 1 3,40 0,45 49 4 3,40 0,45 99 1 3,40 0,45 50 3 7 2,00 0,00 100 1 1 1 3,07 0,39 No A B C D E F G TL SE 101 1 1 1 2,82 0,29 102 3 3,40 0,45 103 3 7 2,00 0,00 104 6 2,00 0,00 105 4 3,40 0,45 106 4 1 7 2,98 0,37 107 4 1 3,50 0,48 108 5 7 2,00 0,00 109 4 8 2,00 0,00 110 3 2,00 0,00 111 3 2,00 0,00 112 3 1 3,51 0,48 113 2 1 3,51 0,48 114 3 7 2,00 0,00 115 1 1 3,36 0,41 116 2 1 2,83 0,34 117 2 1 3,26 0,38 118 2 2,00 0,00 119 4 5 2,00 0,00 120 3 5 2,00 0,00 121 1 1 1 3,07 0,39 122 1 2 2,69 0,30 123 3 3,40 0,45 124 2 1 2 3,00 0,38 Rata-rata TL = 2,71 Rata-rata SE = 0,25 A = dinoflagellates B = benthic algaeweeds C = other plank. invertebrates D = debris E = other molluska F = polychaetes G = diatoms TL = trophlab SE = standar error Ikan Kuwe No A B C D E TL SE No A B C D E TL SE 1 1 1 2 4,50 0,80 37 3 4,50 0,80 2 1 1 1 4,50 0,80 38 4 4,50 0,80 3 2 4,50 0,80 39 3 1 4,50 0,80 4 2 4,50 0,80 40 1 3 3,78 0,55 5 1 1 3,79 0,56 41 3 4,50 0,80 6 1 1 1 4,50 0,80 42 1 1 3,81 0,56 7 2 4,50 0,80 43 1 1 1 4,21 0,74 8 3 2 3,78 0,55 44 2 1 4,04 0,70 9 1 1 2 3,68 0,55 45 2 2 4,50 0,80 10 1 1 4,02 0,69 46 4,50 0,80 11 4 2 3,70 0,52 47 1 1 1 4,50 0,80 12 3 4,50 0,80 48 1 1 4,50 0,80 13 2 1 4,50 0,80 49 1 1 3,70 0,52 14 1 1 4,50 0,80 50 1 1 1 4,20 0,74 15 1 1 4,50 0,80 51 5 4,50 0,80 16 2 1 3,29 0,39 52 1 2 3 3,73 0,56 17 1 4,50 0,80 53 2 2 4,03 0,70 18 3 2 3,81 0,56 54 3 3 4,50 0,80 19 3 4,50 0,80 55 2 2 3,75 0,54 20 4 4,50 0,80 56 1 1 1 4,20 0,73 21 1 1 2 4,50 0,80 57 1 2 3,75 0,54 22 1 1 1 4,50 0,80 58 3 3 3,71 0,52 23 1 2 4,50 0,80 59 1 1 3 4,50 0,80 24 1 1 1 4,50 0,80 60 2 1 2 4,50 0,80 25 1 1 1 4,50 0,80 61 3 2 3,79 0,56 26 1 1 1 4,50 0,80 62 2 2 4,03 0,70 27 1 2 3 4,50 0,80 63 3 4,50 0,80 28 2 2 1 4,50 0,80 64 1 1 4,08 0,71 29 1 1 4,50 0,80 65 1 1 3 4,50 0,80 30 1 1 3 3,74 0,57 66 3 2 3,78 0,55 31 2 2 3,29 0,39 67 3 4,50 0,80 32 2 4,50 0,80 68 1 1 2 4,50 0,80 33 1 4,50 0,80 69 1 4,50 0,80 34 1 1 4,50 0,80 70 1 1 3,70 0,52 35 1 1 1 4,50 0,80 71 1 4,50 0,80 36 3 2 3,76 0,54 Rata-rata TL = 4,24 Rata-rata SE = 0,72 A = fish eggslarvae B = benth. copepods C = bony fish D = shrimpsprawns E = other finfish TL = trophlab SE = standar error Ikan Baronang No A B C TL SE No A B C TL SE 1 3 3,40 0,45 35 2 2 2,69 0,30 2 2 1 2,71 0,30 36 4 1 2,66 0,29 3 1 3,06 0,26 37 3 1 2,68 0,30 4 2 3,40 0,45 38 5 1 1 2,83 0,29 5 1 3,06 0,26 39 3 2,00 0,00 6 2 3,06 0,26 40 1 3,06 0,26 7 3 2,00 0,00 41 3 2,00 0,00 8 1 2 1 2,79 0,28 42 4 2 2,85 0,29 9 2 2,00 0,00 43 4 3 1 2,79 0,28 10 4 2,00 0,00 44 1 2,00 0,00 11 1 3,06 0,26 45 2 2,00 0,00 12 1 3,06 0,26 46 2 1 2,68 0,30 13 2 2,00 0,00 47 3 2 1 2,85 0,29 14 4 1 1 2,81 0,29 48 3 1 1 2,83 0,29 15 3 2 2,76 0,32 49 2 1 2,52 0,17 16 2 1 1 2,83 0,29 50 6 2,00 0,00 17 3 1 2,54 0,18 51 1 1 2,69 0,30 18 2 1 1 2,83 0,29 52 2 1 2,64 0,29 19 2 1 3,22 0,36 53 2 1 1 2,85 0,29 20 4 2 2,73 0,31 54 7 2,00 0,00 21 1 3,06 0,26 55 6 2,00 0,00 22 3 1 1 2,83 0,29 56 2 3,06 0,26 23 5 2,00 0,00 57 3 2 1 2,83 0,29 24 2 1 3,22 0,36 58 5 1 1 2,67 0,29 25 3 3,40 0,45 59 2 3,06 0,26 26 5 1 1 2,81 0,29 60 1 1 2,49 0,17 27 3 1 2,54 0,18 61 2 3,40 0,45 28 3 1 1 2,79 0,28 62 1 1 1 2,81 0,29 29 2 1 2,72 0,31 63 2 3,40 0,45 30 1 1 2,75 0,31 64 1 3,06 0,26 31 4 2,00 0,00 65 3 3,40 0,45 32 5 2,00 0,00 66 6 2,00 0,00 33 1 1 1 2,83 0,29 67 2 1 1 2,83 0,29 34 1 3,06 0,26 68 2 2,00 0,00 Rata-rata TL = 2,69 Rata-rata SE = 0,23 A = benthic algaeweeds B = other plank. Invertebrates s C = polychaetes TL = trophlab SE = standar error Ikan Barakuda No A B C D TL SE No A B C D TL SE 1 2 1 4,03 0,70 28 2 2 4,04 0,70 2 1 2 1 4,27 0,75 29 2 2 4,01 0,69 3 1 3 4,50 0,80 30 1 1 1 4,18 0,59 4 2 3 4,06 0,70 31 1 1 4,50 0,80 5 1 1 1 4,18 0,59 32 2 1 4,02 0,69 6 2 1 4,50 0,80 33 1 1 4,03 0,70 7 1 2 4,09 0,71 34 2 3 4,50 0,80 8 2 2 4,03 0,70 35 2 1 1 4,19 0,60 9 1 2 1 4,19 0,60 36 1 1 4,03 0,70 10 1 1 1 4,19 0,60 37 1 1 4,04 0,70 11 1 4,50 0,80 38 1 1 4,02 0,69 12 2 4,50 0,80 39 2 1 4,50 0,60 13 3 1 4,07 0,48 40 2 4,50 0,80 14 1 2 4,01 0,69 41 1 3 2 4,19 0,73 15 2 2 4,04 0,49 42 3 1 4,07 0,70 16 2 1 4,09 0,71 43 1 1 1 4,22 0,60 17 2 4,50 0,80 44 1 4,50 0,80 18 1 2 1 4,19 0,73 45 1 1 4,05 0,70 19 2 3 4,04 0,70 46 2 4,50 0,80 20 1 2 4,50 0,62 47 2 1 4,07 0,48 21 2 4,50 0,80 48 1 1 4,04 0,49 22 2 2 2 4,22 0,60 49 2 3 4,06 0,70 23 2 4 4,09 0,71 50 2 2 4,05 0,70 24 2 4,50 0,80 51 1 4,50 0,80 25 1 2 4,01 0,69 52 1 1 1 4,22 0,60 26 1 4,50 0,80 53 2 4,50 0,80 27 2 2 4,50 0,80 54 2 2 4,04 0,70 Rata-rata TL = 4,23 Rata-rata SE = 0,70 A = fish eggs larvae B = bony fish C = shrimps prawns D = squidscuttlefish TL = trophlab SE = standar error Lampiran 33 Hasil analisis trophlab setiap jenis ikan di habitat lamun selama penelitian Ikan Biji nangka No A B C D TL SE No A B C D TL SE 1 2 1 3,28 0,32 46 1 4,50 0,80 2 1 2 3,55 0,49 47 2 3,06 0,26 3 1 1 3,98 0,60 48 2 3,60 0,59 4 1 1 1 3,90 0,61 49 1 3,60 0,59 5 1 1 3,34 0,45 50 1 1 4,04 0,63 6 1 3,60 0,59 51 1 1 4,04 0,63 7 1 1 1 3,40 0,43 52 1 3,06 0,26 8 2 3,60 0,59 53 1 1 3,28 0,32 9 2 3,50 0,37 54 1 3,60 0,59 10 1 1 4,07 0,71 55 1 1 3,71 0,55 11 2 1 3,28 0,32 56 1 1 3,36 0,46 12 1 3,06 0,26 57 1 1 3,31 0,44 13 1 1 3,91 0,58 58 1 1 4,01 0,61 14 1 1 3,28 0,32 59 1 1 3,98 0,60 15 1 1 3,55 0,49 60 1 1 1 3,37 0,42 16 1 3,60 0,59 61 1 1 4,04 0,70 17 1 1 3,98 0,60 62 2 3,60 0,59 18 2 3,50 0,37 63 1 3,60 0,59 19 2 3,06 0,26 64 2 3,60 0,59 20 1 1 3,28 0,32 65 1 3,60 0,59 21 1 1 4,01 0,62 66 1 1 4,02 0,69 22 1 1 3,99 0,61 67 1 2 3,55 0,49 23 1 1 4,01 0,62 68 1 1 2 3,87 0,60 24 1 1 3,28 0,32 69 1 3,60 0,59 25 1 1 1 3,85 0,60 70 1 1 3,71 0,55 26 2 1 3,55 0,49 71 1 1 1 3,40 0,43 27 1 1 4,04 0,70 72 2 3,60 0,59 28 1 3,60 0,59 73 2 1 3,32 0,44 29 2 3,06 0,26 74 2 1 4,04 0,63 30 1 3,60 0,59 75 1 2 3,60 0,59 31 1 1 3,32 0,44 76 1 2 4,07 0,71 32 1 1 3,36 0,46 77 1 3,06 0,26 33 1 1 3,31 0,44 78 1 1 3,36 0,46 34 1 3,06 0,26 79 2 3,60 0,59 35 1 4,50 0,80 80 1 3,06 0,26 36 1 1 1 3,90 0,61 81 1 3,06 0,26 37 1 1 1 3,37 0,42 82 2 1 3,34 0,45 38 2 4,50 0,80 83 1 1 3,97 0,60 39 2 1 4,02 0,62 84 1 1 1 3,87 0,61 40 1 2 1 3,37 0,42 85 1 2 4,00 0,61 41 1 1 3,31 0,44 86 2 3,60 0,59 42 2 1 3,28 0,32 87 1 3,06 0,26 43 1 3,60 0,59 88 1 4,50 0,80 44 1 3,60 0,59 89 1 1 3,96 0,59 45 1 1 1 3,40 0,42 90 1 1 3,28 0,32 No A B C D TL SE 91 1 1 3,71 0,55 92 1 1 3,34 0,45 93 1 3,06 0,26 94 2 1 3,28 0,32 95 2 3,60 0,59 96 1 1 3,28 0,32 97 1 1 1 3,37 0,42 98 1 1 1 3,85 0,60 99 2 1 4,04 0,70 100 1 2 4,03 0,70 101 2 3,50 0,37 102 1 1 4,06 0,70 103 1 1 3,55 0,49 104 1 3,60 0,59 105 1 3,50 0,37 106 2 3,60 0,59 107 1 3,50 0,37 108 1 3,60 0,59 109 2 3,60 0,59 110 1 1 4,07 0,71 111 1 1 4,01 0,61 112 2 3,50 0,37 113 1 1 3,55 0,49 114 1 3,60 0,59 115 1 3,60 0,59 116 1 1 4,01 0,61 Rata-rata TL = 3,62 Rata-rata SE = 0,51 A = bony fish B = other benth. Invertebrates C = shrimps prawns D = polychaetes TL = trophlab SE = Standar error Ikan Baronang lingkis No A B C D E TL SE No A B C D E TL SE 1 2 3,50 0,37 46 2 4 2,00 0,00 2 4 1 1 2,52 0,20 47 1 2,00 0,00 3 3 2 3,34 0,56 48 1 3,06 0,26 4 1 3,50 0,37 49 1 1 2,00 0,00 5 2 2 3,16 0,52 50 3 1 2 2,34 0,13 6 2 1 2,00 0,00 51 1 1 2 2,86 0,25 7 2 1 2,00 0,00 52 1 2 4,02 0,62 8 3 2 2,00 0,00 53 4 3 1 2,41 0,17 9 2 4 3 2,34 0,13 54 3 1 1 2,81 0,42 10 3 2 3,16 0,52 55 3 4 2,00 0,00 11 5 1 1 3,35 0,49 56 2 1 2,68 0,24 12 2 1 2,00 0,00 57 2 3,50 0,37 13 3 1 2,00 0,00 58 1 1 1 2,82 0,25 14 1 1 3,76 0,57 59 4 2,00 0,00 15 1 1 3,12 0,51 60 4 2 2,72 0,24 16 3 1 1 2,47 0,19 61 4 4 1 2,53 0,20 17 2 1 1 2,53 0,20 62 1 5 2,00 0,00 18 5 2,00 0,00 63 3 1 3,78 0,58 19 2 2,00 0,00 64 2 2,00 0,00 20 1 1 2,81 0,42 65 1 1 1 2,85 0,25 21 3 2,00 0,00 66 3 2 2,00 0,00 22 2 2,00 0,00 67 4 2,00 0,00 23 4 2,00 0,00 68 4 2,00 0,00 24 2 1 4,02 0,62 69 3 2,00 0,00 25 6 2,00 0,00 70 2 1 2 2,82 0,25 26 2 2 2,00 0,00 71 2 1 2 2,85 0,25 27 2 2 2,00 0,00 72 1 1 2,00 0,00 28 1 1 1 2,55 0,20 73 1 3,50 0,37 29 1 1 1 2,82 0,25 74 1 1 2,00 0,00 30 3 2 1 3,35 0,49 75 2 3,50 0,37 31 4 2 1 2,52 0,20 76 3 1 2,72 0,24 32 4 2 2,71 0,24 77 1 4,50 0,80 33 7 3 1 2,48 0,19 78 3 1 1 2,49 0,19 34 2 2,00 0,00 79 1 1 2,55 0,18 35 2 2,00 0,00 80 1 1 3,34 0,56 36 1 3,50 0,37 81 1 1 3,78 0,58 37 3 2 1 2,51 0,20 82 1 3,50 0,37 38 5 2 2,00 0,00 83 1 4,50 0,80 39 1 2 2 2,34 0,13 84 3 3 1 2,41 0,17 40 2 1 2,00 0,00 85 6 2,00 0,00 41 2 1 2,00 0,00 86 1 4,50 0,80 42 4 1 1 3,35 0,49 87 2 2,00 0,00 43 1 3,50 0,37 88 1 1 1 2,86 0,25 44 2 3,06 0,26 89 1 1 1 2,82 0,25 45 3 1 1 2,85 0,25 90 3 1 3,42 0,58 No A B C D E TL SE 91 6 2,00 0,00 92 2 2 1 2,55 0,20 93 1 1 3,74 0,56 94 2 2 1 2,51 0,20 95 2 3,06 0,26 96 1 2 2,00 0,00 97 1 1 2,00 0,00 98 3 2 2,68 0,24 99 1 3,06 0,26 100 5 2 2 2,51 0,20 101 3 3 2,00 0,00 102 1 2,00 0,00 103 5 1 3,16 0,52 104 3 1 2,00 0,00 105 3 2,00 0,00 106 1 4,50 0,80 107 2 2 2 2,85 0,25 108 4 1 3,23 0,53 109 2 1 3,18 0,52 110 1 1 2 2,82 0,25 111 1 1 1 2,34 0,13 112 2,00 0,00 113 3 2 2,84 0,26 114 4 2,00 0,00 115 2 2,00 0,00 116 3 1 3,39 0,57 117 1 2 2 2,82 0,25 Rata-rata TL = 2,67 Rata-rata SE = 0,22 A = benthic algaeweeds B = polychaetes C = debris D = bony fish E = other benth. Invertebrates TL = trophlab SE = standar error Ikan kerong-kerong No A B C D TL SE No A B C D TL SE 1 2 1 4,05 0,70 25 1 1 4,05 0,70 2 2 3,60 0,59 26 1 3,50 0,60 3 2 1 3,55 0,59 27 3 4,50 0,80 4 1 3,50 0,60 28 4 3,60 0,59 5 1 4,50 0,80 29 2 3,50 0,60 6 3 3,60 0,59 30 1 1 3,99 0,70 7 2 3,60 0,59 31 3 1 3,97 0,70 8 2 1 3,99 0,70 32 1 1 3,97 0,70 9 2 1 4,01 0,71 33 4 4,50 0,80 10 1 3,60 0,59 34 1 3,50 0,60 11 1 1 4,03 0,71 35 1 1 3,31 0,41 12 3 4,50 0,80 36 1 1 4,05 0,70 13 1 3,60 0,59 37 3 1 4,08 0,72 14 2 4,50 0,80 38 4 3,60 0,59 15 3 3,60 0,59 39 1 4 4,05 0,70 16 2 4,50 0,80 40 3 1 3,99 0,70 17 1 3,60 0,59 41 3 4,50 0,80 18 2 3,50 0,60 42 3 3,60 0,59 19 1 3,60 0,59 43 2 4,50 0,80 20 3 3,60 0,59 44 2 3,60 0,59 21 2 2 3,72 0,53 45 1 3,60 0,59 22 3 3,60 0,59 46 1 1 3,55 0,59 23 1 1 3,55 0,59 47 3 3,60 0,59 24 1 1 1 3,69 0,57 48 1 3,50 0,60 Rata-rata TL = 3,84 Rata-rata SE = 0,65 A = bony fish B = shrimpsprawns C = plank. copepods D = crabs TL = trophlab SE = standar error Ikan Kapas-kapas No A B C TL SE No A B C TL SE 1 1 3,50 0,37 43 1 1 2,75 0,25 2 1 1 2,81 0,26 44 1 1 3,27 0,31 3 1 3,50 0,37 45 1 2,00 0,00 4 1 1 2,76 0,25 46 1 1 3,26 0,31 5 1 3,50 0,37 47 3 3,50 0,37 6 1 3,50 0,37 48 1 2 2,75 0,25 7 3 2,00 0,00 49 1 3,06 0,26 8 4 2,00 0,00 50 2 2 2,78 0,26 9 1 1 3,26 0,31 51 1 3,50 0,37 10 2 2,00 0,00 52 1 1 1 2,84 0,25 11 1 1 3,27 0,31 53 1 1 2,77 0,25 12 1 2 2,69 0,24 54 1 3,50 0,37 13 2 3,50 0,37 55 1 3 2,76 0,25 14 1 1 3,28 0,32 56 1 2 2,73 0,25 15 1 3,50 0,37 57 1 2 2,78 0,25 16 1 1 2,54 0,18 58 1 1 2,47 0,16 17 2 3,50 0,37 59 3 3,50 0,37 18 2 1 3,27 0,31 60 1 3 2,75 0,25 19 1 3,50 0,37 61 3 3,50 0,37 20 1 2,00 0,00 62 2 3,06 0,26 21 1 2,00 0,00 63 1 1 2,80 0,26 22 1 2 2,81 0,26 64 1 3 2,75 0,25 23 2 3,50 0,37 65 1 3,50 0,37 24 2 3,50 0,37 66 1 1 3,30 0,32 25 1 1 2,79 0,26 67 1 2 2,76 0,25 26 1 1 2,67 0,23 68 1 2 2,72 0,24 27 1 1 1 2,78 0,24 69 4 2,00 0,00 28 2 3,50 0,37 70 4 3,50 0,37 29 1 3,50 0,37 71 1 2 2,83 0,26 30 1 1 2,72 0,24 72 1 2,00 0,00 31 2 3,50 0,37 73 1 2,00 0,00 32 3 3,50 0,37 74 1 1 2,76 0,25 33 3 1 2,51 0,17 75 1 1 2,51 0,17 34 1 1 3,30 0,32 76 3 3,50 0,37 35 1 1 2,91 0,26 77 1 3 2,81 0,26 36 1 1 1 2,85 0,25 78 1 3,50 0,37 37 1 2 2,70 0,24 79 1 1 3,30 0,32 38 1 2,00 0,00 80 1 2 2,76 0,25 39 2 3,50 0,37 81 1 1 2,70 0,24 40 1 1 3,28 0,32 82 1 1 1 2,83 0,25 41 1 2,00 0,00 83 1 1 1 2,89 0,26 42 1 1 2,51 0,17 Rata-rata TL = 2,93 Rata-rata SE = 0,25 A = other benth. invertebrates B = debris C = polychaetes TL = trophlab SE = standar error Ikan Lencam No A B C D E F TL SE No A B C D E F TL SE 1 1 3,06 0,26 30 1 2 4,50 0,61 2 1 3,06 0,26 31 1 2 4,03 0,66 3 1 1 1 4,14 0,67 32 1 1 2 3,94 0,49 4 1 1 4,07 0,67 33 1 2 4,50 0,59 5 1 1 1 4,50 0,67 34 1 1 2 3,60 0,33 6 1 1 1 3,65 0,34 35 2 1 4,02 0,44 7 1 1 1 4,50 0,66 36 1 1 1 1 3,89 0,61 8 1 1 1 1 3,92 0,62 37 1 2 4,50 0,62 9 1 2 4,06 0,44 38 1 3,06 0,26 10 1 2 4,04 0,43 39 1 2 4,50 0,62 11 2 1 4,50 0,61 40 1 1 3,79 0,32 12 2 3,50 0,50 41 1 1 4,50 0,80 13 2 3,50 0,50 42 1 2 4,50 0,60 14 1 2 4,08 0,43 43 1 2 3,55 0,50 15 2 3,06 0,26 44 1 2 4,50 0,70 16 1 1 4,50 0,80 45 1 1 3,80 0,32 17 1 2 4,50 0,62 46 2 1 4,06 0,66 18 1 1 1 4,17 0,70 47 1 1 1 4,14 0,67 19 1 1 3,97 0,44 48 1 2 4,50 0,61 20 2 1 3,75 0,32 49 1 1 1 4,15 0,67 21 1 2 4,50 0,62 50 2 1 3,76 0,32 22 1 1 1 4,50 0,69 51 1 2 4,05 0,66 23 1 1 4,03 0,44 52 1 1 1 4,14 0,67 24 1 2 4,50 0,61 53 1 1 4,50 0,80 25 2 2 3,97 0,44 54 1 2 3,97 0,44 26 1 2 1 3,98 0,51 55 2 2 3,97 0,44 27 1 1 1 1 3,91 0,62 56 1 1 4,01 0,44 28 1 1 4,50 0,69 57 1 1 4,50 0,60 29 1 3,06 0,26 Rata-rata TL = 4.04 Rata-rata SE = 0,54 A = squidscuttlefish B = other finfish C = polychaetes D = bony fish E = other molluska F = other benth. crustaceans TL = trophlab SE = standar error Ikan Pepetek No A B C D E F G TL SE No A B C D E F G TL SE 1 2 2,00 0,00 44 3 5 2,00 0,00 2 3 2 3 2,00 0,00 45 4 4 2,00 0,00 3 2 1 3,24 0,37 46 6 2 2,79 0,33 4 2 3 2,69 0,30 47 3 1 2,54 0,18 5 2 1 3,24 0,37 48 1 1 1 3,06 0,39 6 2 3 2 2,55 0,26 49 1 2 2,65 0,29 7 1 2 2,68 0,30 50 1 1 3,50 0,47 8 4 2,00 0,00 51 3 2 2,00 0,00 9 1 2 1 2,39 0,14 52 2 1 2,48 0,46 10 1 1 1 2,98 0,37 53 2 2 4 2,00 0,00 11 1 1 1 2 2,81 0,33 54 2 2 3 3,02 0,38 12 4 3 2,00 0,00 55 2 2 2,75 0,33 13 2 2 1 3 2,78 0,33 56 2 1 1 1 3,00 0,35 14 4 3,40 0,45 57 2 2,00 0,00 15 5 2,00 0,00 58 4 3,40 0,45 16 2 2 2,91 0,36 59 4 5 2,00 0,00 17 1 4 1 3,00 0,38 60 1 2 2 3,01 0,38 18 2 2 1 3,07 0,39 61 2 2 2 2,99 0,37 19 2 2 1 2,52 0,26 62 1 1 2 2,99 0,37 20 1 1 2 2,00 0,00 63 1 1 1 2,91 0,31 21 2 2 2 2,49 0,24 64 2 2 2 3,06 0,39 22 4 3,40 0,45 65 2 1 2,51 0,17 23 2 2 1 3,07 0,39 66 1 3,40 0,45 24 1 3 1 4 2,78 0,33 67 1 1 2,67 0,29 25 3 1 3,22 0,36 68 3 2 1 4 2,77 0,32 26 4 2 2,75 0,33 69 2 2 3 2,99 0,38 27 5 2,00 0,00 70 1 1 1 2,91 0,31 28 1 1 2,69 0,30 71 1 1 1 3,07 0,39 29 1 1 3,50 0,48 72 1 3 1 4 2,78 0,33 30 3 2,00 0,00 73 4 2 2 2,93 0,36 31 1 2 2 3,07 0,39 74 4 3,40 0,45 32 4 3,40 0,45 75 3 2 3 2,00 0,00 33 2 3,40 0,45 76 2 3 2,65 0,29 34 1 1 3,50 0,48 77 3 4 2,00 0,00 35 1 1 3,51 0,48 78 5 4 4 2,00 0,00 36 5 3,40 0,45 79 3 3 3 3,03 0,38 37 3 4 4 2,00 0,00 80 1 2 3,51 0,48 38 2 1 3,49 0,47 81 1 1 1 3,00 0,38 39 2 3 2,00 0,00 82 3 1 2,52 0,17 40 2 1 3,50 0,47 83 4 2 3 3,02 0,38 41 3 4 2 3,00 0,38 84 3 3 3 2,96 0,37 42 3 2 2,84 0,34 85 1 1 2,83 0,34 43 4 5 2,00 0,00 Rata-rata TL = 2,76 Rata-rata SE = 0,28 A = dinoflagellates C = other plank. invertebrates B = benthic algaeweeds D = debris E = other molluska F = polychaetes G = diatoms TL = trophlab SE = standar error Ikan Kuwe No A B C D E TL SE No A B C D E TL SE 1 1 1 1 4,21 0,74 40 2 2 4,02 0,69 2 1 2 4,50 0,80 41 1 1 4,50 0,80 3 1 1 4,50 0,80 42 1 1 4,03 0,70 4 1 1 4,04 0,70 44 2 4,50 0,80 5 2 4,50 0,80 45 1 1 2 4,50 0,80 6 2 1 4,04 0,70 47 1 1 4,50 0,80 7 1 2 3,81 0,56 48 1 4,50 0,80 8 1 1 4,50 0,80 50 1 1 1 3,69 0,55 9 1 1 1 4,50 0,80 52 1 4,50 0,80 10 1 1 4,02 0,69 53 2 1 2 4,50 0,80 11 1 1 4,50 0,80 54 1 1 4,08 0,71 12 1 2 4,50 0,80 55 1 1 4,03 0,70 14 2 4,50 0,80 56 1 4,50 0,80 15 2 2 4,50 0,80 57 2 2 3,29 0,39 16 1 2 4,04 0,70 58 1 2 4,50 0,80 17 2 1 1 3,90 0,60 59 2 4,50 0,80 19 1 2 1 4,20 0,73 60 2 3 3,71 0,52 20 1 1 4,03 0,70 62 1 1 4,50 0,80 22 1 1 4,03 0,70 63 2 1 3,76 0,54 23 1 2 4,20 0,73 64 1 4,50 0,80 25 1 4,50 0,80 65 2 2 3,81 0,56 26 1 2 4,21 0,74 66 1 2 3,79 0,56 27 2 1 4,50 0,80 67 1 1 4,08 0,71 28 1 1 4,02 0,69 68 1 1 1 4,21 0,74 29 1 1 1 4,21 0,74 70 2 1 4,50 0,80 30 1 1 2 3,95 0,62 71 3 2 3,79 0,56 31 1 1 1 3,95 0,62 72 1 2 4,50 0,80 32 1 4,50 0,80 73 1 4,50 0,80 33 1 2 1 4,50 0,80 74 1 4,50 0,80 34 2 4,50 0,80 75 1 1 1 4,20 0,73 35 2 2 3,81 0,56 76 2 1 1 4,20 0,73 36 2 1 3,79 0,56 77 1 4,50 0,80 37 1 1 4,04 0,70 78 2 4,50 0,80 38 2 1 3,79 0,56 79 2 4,50 0,80 39 1 4,50 0,80 80 2 2 4,04 0,70 40 2 2 4,02 0,69 81 1 1 1 3,90 0,60 41 1 1 4,50 0,80 Rata-rata TL = 4,22 Rata-rata SE = 0,72 A = fish eggslarvae B = benth. copepods C = bony fish D = shrimpsprawns E = other finfish TL = trophlab SE = standar error Ikan Baronang No A B C TL SE No A B C TL SE 1 2 1 2,54 0,18 40 5 2,00 0.00 2 1 3,06 0,26 41 4 5 2,73 0.31 3 3 2,00 0,00 42 7 3,40 0.45 4 5 2,00 0,00 43 4 3,40 0.45 5 2 2 1 2,81 0,29 44 2 3 2,68 0.30 6 3 2,00 0,00 45 3 3,40 0.45 7 1 1 2,52 0,17 46 5 2,00 0.00 8 2 1 2,54 0,18 47 2 2 1 2,83 0.29 9 4 2,00 0,00 48 1 3 2,69 0.30 10 3 2,76 0,32 49 2 1 2,49 0.17 11 1 3,06 0,26 50 2 2 1 2,79 0.28 12 1 2,00 0,00 51 4 1 2,75 0.31 13 2 3,06 0,26 52 3 3 2,71 0.30 14 2 2,00 0,00 53 6 2,00 0.00 15 1 2,00 0,00 54 3 3 1 2,81 0.29 16 3 2 2,72 0,31 55 2 1 2,54 0.18 17 2 3,40 0,45 56 1 1 2,67 0.29 18 2 2 2,64 0,29 57 1 2 2,72 0.31 19 2 3,06 0,26 58 2 1 3,22 0.36 20 1 1 1 2,83 0,29 59 2 2 2,73 0.31 21 1 2 2,52 0,17 60 5 2,00 0.00 22 2 1 3,22 0,36 61 4 3 2,75 0.31 23 2 2 2,69 0,30 62 3 3 2,66 0.29 24 4 2,00 0,00 63 1 1 2,49 0.17 25 3 1 2,52 0,17 64 3 3 2,68 0.30 26 2 2 1 2,83 0,29 65 3 1 1 2,83 0.29 27 1 1 1 2,85 0,29 66 7 2,00 0.00 28 3 2 2,49 0,17 67 7 3,40 0.45 29 1 3,06 0,26 68 2 2,00 0.00 30 2 1 3,22 0,36 69 2 1 2,52 0.17 31 2 1 2,69 0,30 70 3 3 2,64 0.29 32 1 1 3,22 0,36 71 3 3 1 2,85 0.29 33 1 3,06 0,26 72 2 1 2,54 0.18 34 4 2 2,68 0,30 73 2 2 2,69 0.30 35 1 1 2,54 0,18 74 2 1 1 2,83 0.29 36 3 2,00 0,00 75 4 2 2,76 0.32 37 3 2,00 0,00 76 2 3,40 0.45 38 2 2 2,54 0,18 77 1 2,00 0.00 39 2 3 2,68 0,30 Rata-rata TL = 2,64 Rata-rata SE = 0,22 A = benthic algaeweeds B = other plank. Invertebrates s C = polychaetes TL = trophlab SE = standar error Ikan Barakuda No A B C D TL SE 1 4 4,50 0,80 2 1 1 1 4,19 0,60 3 2 4,50 0,80 4 2 1 1 4,18 0,59 5 1 1 2 4,19 0,73 6 2 2 4,03 0,70 7 2 1 4,50 0,62 8 1 1 4,04 0,70 9 1 2 3 4,27 0,75 10 3 4,50 0,80 11 1 2 4,09 0,71 12 2 2 2 4,19 0,73 13 2 1 4,50 0,80 14 1 1 4,50 0,80 15 2 2 4,03 0,70 16 2 1 4,06 0,70 18 1 4,50 0,80 19 2 4,50 0,80 20 2 2 4,01 0,69 21 2 4,50 0,80 22 1 4,50 0,80 23 2 2 1 4,22 0,60 24 2 1 1 4,22 0,60 25 2 2 1 4,18 0,59 26 2 4,50 0,80 27 1 1 1 4,19 0,60 28 4 4,50 0,80 29 1 1 4,05 0,70 30 2 2 4,05 0,70 31 1 2 4,06 0,70 32 2 2 4,01 0,69 33 1 4,50 0,80 36 3 4,50 0,80 37 1 2 4,09 0,71 Rata-rata TL = 4,28 Rata-rata SE = 0,72 A = fish eggs larvae B = bony fish C = shrimps prawns D = squidscuttlefish TL = trophlab SE = standar error ABSTRACT TENRIWARE. The Sero Fisheries in Pitumpanua Coastal Waters of Wajo Regency - Bone Bay : an Ecologycal Study . Supervised by M. FEDI A. SONDITA, BUDY WIRYAWAN, and ISMUDI MUCHSIN According to previous study, generally mesh size`4 cm quite selective had operated in Pitumpanua cost at Bone Bay, however the study is not specifically to different habitats such as estuary, mangrove and seagrass. This research tried to evaluate the application of crib which has mesh size 4 cm in sero fisheries in Pitumpanua coast with the goal is to analyze the condition of estuary, mangrove and seagrass environment; to analyze fish community in the different of three habitats; to analyze the selectivity of crib with mesh size 4 cm at the fish dominant of catch; and to analyze the trophic level of fish in food webs. This research conducted in 3 habitats estuary, mangrove and sea grass area in Pitumpanua coastal water from januari to May 2011. The experimental unit used 1 unit sero in each habitats. Environment parameters temperature, salinity, pH, dissolved oxygen dan current velocity were did in field survey, nutrient analyze nitrat, phospat dan cylikat, refers to Grasshoff method, chlorophyll-a allowed Boyd method, and phytoplankton and zooplankton defined by APHA method. Trophic level analyze defined by Christensen and Pauly formula by TrophLab2K. Catch analyze according to habitats using compare analyze, environment parameter characteristic analyzed by PCA, association of fish and habitat analyzed by FCA. Selectivity analyze of mesh size 4 cm in the sero used logistic model by Sparre dan Venema method. The results showed that physic-chemistry and biology parameters in Pitumpanua coastal waters, Bone Bay is still proper and in the tolerance range to growth and`survival rate of some fish specieses. The proportion of catch biomass that balanced relative among three trophic level of fish indicated that the`ecologic condition of three ecosystems based on fish trophic level is still proper. The management of sero must be consider the variety of ecosystems that exist because of differences in fish communities in three habitats. The selectivity of mesh size 4 cm at the sero experimental crib obtained Sphyraena sphyraena and Leiognathus splendens fish which had reached the allowable length L 50, Gerres oyena and Upeneaus sulphureus close to the allowed length, while the Siganus canaliculatus, Siganus guttatus, Lethrinus lentjam, and Terapon jarbua is far from the allowed length. It should be applied the mesh size 4 cm in seagrass habitat, while in the estuary and near the mangroves applied the size of 4 cm. In general, sero gear that operated in coastal waters Pitumpanua should be applied the mesh size larger than 4 cm. Keywords : selectivity, sero, experimental crib, trophic level 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar dalam produksi perikanan selain dari perikanan lepas pantai dan perikanan darat. Perikanan pantai cenderung mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam teknologi penangkapan dan rekayasa teknologi dalam pengembangan armada penangkapan dan peralatan pendukung lainnya. Skala usaha dalam sistem perikanan pantai sangat beragam dari skala konsumsi rumah tangga hingga yang dikembangkan secara profesional baik oleh perusahaan swasta maupun pemerintah. Salah satu alat tangkap tradisional yang dominan di kawasan pesisir Teluk Bone adalah sero. Alat tangkap tersebut tergolong alat tangkap pasif karena dioperasikan dengan cara menunggu kedatangan ikan, bukan mendekati atau mengejar kawanan ikan. Alat tangkap ini dipasang di kawasan perairan pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Salah satu faktor yang menyebabkan alat tangkap sero masih banyak dioperasikan di pesisir pantai sampai saat ini adalah karena relatif murah, mudah, dan sederhana pengoperasiannya. Meskipun jika dilihat dari produktivitasnya bila dibandingkan dengan alat tangkap lainnya seperti purse seine, jaring insang, dan bagan, kontribusi alat tangkap sero dalam total volume hasil tangkapan sero memang relatif lebih rendah. Pengembangan teknologi penangkapannya pun relatif lebih lambat dan inovasi baru hasil riset sangat kurang karena potensi pengembangan ke arah komersial kurang menjanjikan. Hal ini mengakibatkan para peneliti kurang berminat mengkaji masalah sero sehingga informasi dan kajian ilmiah masalah sero ini sangat terbatas, sementara populasi nelayan yang menggantungkan hidupnya pada alat tangkap ini cukup besar dan umumnya mengalami kesulitan untuk memilih pekerjaan lain karena keterbatasan keterampilan dan pengetahuan. Tipologi daerah penangkapan perikanan pantai yang banyak terdiri dari kawasan teluk yang sifatnya semi terbuka memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan perikanan tangkap di perairan terbuka. Sumberdaya ikan di kawasan teluk keragamannya sangat tinggi mengikuti keragaman dan tipe habitat yang bervariasi. Keistimewaan lain dibandingkan dengan perairan terbuka adalah kemudahan akses oleh para nelayan. Jarak yang dekat dari pantai dan karakteristik oseanografi yang tidak terlalu ekstrim menyebabkan lebih mudah diakses oleh nelayan dengan teknologi dan peralatan armada penangkapan yang untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan yang ada dalam wilayah teluk. Berbeda dengan perairan terbuka yang membutuhkan armada penangkapan yang lebih maju dan skala yang lebih besar. Ekosistem teluk dan beberapa ekosistem pesisir lainnya memiliki fungsi ekologis yang sangat penting terhadap berbagai sumberdaya hayati laut, termasuk jenis-jenis ikan ekonomis penting yang banyak menjadi target penangkapan selama ini. Fungsi ekologis yang penting ekosistem teluk dan pesisir lainnya diantaranya sebagai daerah pemijahan spawning ground, daerah perlindungan, tempat mencari makan feeding ground, dan penyebaran larva dan wilayah pembesaran berbagai biota laut Dahuri 2003. Konsep dasar dalam manajemen perikanan tangkap mengacu pada perspektif pengelolaan sumberdaya berkelanjutan yakni ramah lingkungan, dan menguntungkan secara ekonomis. Pengelolaan sumberdaya perikanan sebaiknya menerapkan sistem perikanan berkelanjutan sehingga tidak terjadi eksploitasi yang menyebabkan overfishing. Hal ini dapat ditempuh melalui pemeliharaan ekosistem dan penggunaan alat tangkap yang bersifat ramah terhadap lingkungan. Sebagai suatu sistem usaha apalagi jika berkembang sampai pada tingkat pengembangan industri perikanan maka secara ekonomis sebuah sistem perikanan harus bersifat menguntungkan. Pengelolaan yang sifatnya menguntungkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan sebagai obyek pelaku. Berkaitan dengan konsep manajemen perikanan yang dijelaskan di atas, maka sebaiknya dalam pengelolaan perikanan di wilayah pantai tetap menjaga kelestarian fungsi-fungsi ekosistem yang beragam agar daya dukung lingkungan tetap dapat dipertahankan dan mampu mendukung produksi berbagai sumberdaya yang menjadi target pengelolaan. Sehubungan dengan kemudahan akses wilayah pantai maka sebaiknya dampak aksesbilitas tinggi ini tidak bersifat negatif yaitu merusak ekosistem, sebaliknya harus besifat positif dengan memaksimalkan pemeliharaan habitat-habitat dalam semua ekosistem penyusun pantai. Salah satu aspek penting dan berpotensi merusak ekosistem dan mengganggu kelestarian sumberdaya alam dan biota laut di dalamnya adalah penggunaan alat tangkap yang tidak ramah terhadap lingkungan. Oleh sebab itu sebaiknya alat tangkap yang digunakan dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan di wilayah pantai adalah alat tangkap yang selektif dan tidak merusak habitat bilamana alat tangkap tersebut dioperasikan. Selektivitas alat tangkap sebaiknya tidak hanya mengacu kepada kalkulasi besaran populasi yang diloloskan tetapi juga mempertimbangkan aspek dinamika populasi sumberdaya ikan dalam wilayah pantai. Untuk itu sangat diperlukan kajian mengenai sistem rantai dan jaring makanan yang terkait dengan target penangkapan setiap jenis alat yang digunakan. Keanekaragaman hayati di kawasan pantai jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perairan terbuka atau perairan yang lebih dalam. Perbedaan ini lebih disebabkan karena keragaman ekosistem dan variabilitas parameter lingkungan yang relatif lebih tinggi di wilayah pantai. Wilayah pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut dan kegiatan di wilayah darat mampu mempengaruhi fluktuasi dan perubahan parameter lingkungan yang tidak terjadi dalam ekosistem perairan terbuka. Ekosistem perairan pantai merupakan perairan dangkal yang memiliki fungsi ekologis penting seperti penyebaran larva, wilayah pemijahan, pembesaran, dan perlindungan yang tidak terdapat dalam fungsi ekologi perairan terbuka. Ukuran biota laut yang menghuni perairan pantai umumnya lebih kecil dibandingkan dengan ukuran biota yang sama yang menghuni perairan dalam. Kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan tertentu pun relatif lebih tinggi dibandingkan dengan organisme atau biota yang menghuni perairan terbuka, dimana hal tersebut terkait dengan perubahan lingkungan dan habitat yang terjadi di wilayah ekosistem perairan pantai. Faktanya bahwa ikan dan biota laut lainnya yang berukuran lebih kecil adalah memudahkan dimangsa oleh berbagai jenis ikan dan biota lain yang berukuran lebih besar. Hubungannya dengan rantai dan jaring makanan maka ada kecenderungan jalur rantai makanan lebih banyak dalam jaring makanan di wilayah pantai tetapi panjang rantai makanan relatif lebih pendek jika dibandingkan dengan pada sistem perairan terbuka Widodo dan Suadi 2008. Tingginya keanekaragaman hayati dengan ukuran individu ikan yang umumnya lebih kecil dan banyaknya jalur rantai makanan dan penangkapan yang sangat intensif menyebabkan pentingnya mempertimbangkan aspek keberlanjutan sumberdaya ikan. Aktivitas penangkapan yang dalam perspektif rantai makanan dapat dianggap puncak predator sangat berpotensi menyebabkan kerusakan keseimbangan ekologis dalam ekosistem pantai. Dampak negatif yang dapat disebabkan dari aktivitas tersebut adalah terputusnya sistem rantai makanan akibat penangkapan terhadap sumberdaya tertentu yang memegang peranan penting dalam sistem rantai makanan dalam ekosistem tersebut. Terputusnya rantai makanan tersebut mungkin saja terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung dapat terjadi jika spesies yang berperan penting dalam rantai makanan itu menjadi target penangkapan dan ditangkap melebihi daya dukung lingkungan, sedangkan dampak tidak langsung dapat terjadi ketika jenis atau spesies tersebut bukan menjadi ikan target tetapi ikut tertangkap dalam suatu alat tangkap dan bukan menjadi target dari alat tangkap itu. Mengingat betapa pentingnya mengkaji posisi trofik dan peranan spesies ikan dalam sistem rantai makanan di perairan pantai dalam kaitannya dengan sistem penangkapan sero sehingga sangat diperlukan dalam rangka pengembangan sistem perikanan berbasis ekosistem. Sampai saat ini kajian seperti ini masih sangat terbatas khususnya dalam sistem perikanan pantai dan hal ini menjadikan kajian dengan tema seperti ini sebagai topik terkini yang sangat dibutuhkan dalam rangka mengembangkan pengelolaan perikanan tangkap berbasis ekosistem atau yang dikenal sebagai Ecosystem Based Fisheries Management EBFM Widodo dan Suadi 2008. Isu degradasi populasi pada beberapa daerah penangkapan tidak jarang mendiskreditkan masalah pencemaran lingkungan, kerusakan ekosistem, dan keramahan suatu alat tangkap yang dioperasikan. Penelitian yang umum dilakukan adalah kajian parsial yang kadang menyorot masalah ekosistem dan alat tangkap secara tersendiri dalam bagian yang terpisahkan. Sementara untuk menjelaskan secara obyektif bagaimana gejala degradasi populasi itu terjadi mutlak diperlukan kajian komprehensif dengan melihat pengaruh simultan dari berbagai faktor. Apalagi dalam kasus alat tangkap sero yang daerah penangkapannya pada berbagai tipe habitat, tidak mudah untuk digeneralisasikan karena mungkin saja ramah pada suatu habitat tapi tidak ramah pada habitat lainnya. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa alat tangkap sero yang dioperasikan nelayan saat ini dengan mata jaring 0,5 cm, terbukti tidak selektif dan ukuran mata jaring 4 cm yang terbukti selektif dan ramah dalam penangkapan berbagai jenis ikan target Tenriware 2005. Meskipun dalam kajian tersebut menunjukkan ukuran mata jaring 4 cm selektif pada secara umum, namun belum diketahui secara spesifik tingkat selektivitasnya pada habitat yang berbeda, bukan hanya dilihat dari jumlah yang diloloskan tetapi juga mengkaitkan dengan trofik level ikan berdasarkan rantai dan jaring makanan dalam daerah penangkapan sero. Mengkaji trofik level ikan dalam daerah penangkapan sero maka akan melengkapi hasil analisis selektivitas yang terbatas pada aspek kuantitas yang diloloskan. Hal ini penting sekali karena bisa saja terjadinya degradasi populasi bukan karena pengaruh lingkungan maupun selektivitas alat tangkap, tetapi karena penangkapan berlebih terhadap jenis ikan pada trofik level tertentu yang menjadi fraksi makanan penting bagi beberapa ikan target sero. Hal tersebut penting untuk dilaksanakan dengan harapan memberikan informasi mengenai karakteristik daerah penangkapan sero dan struktur trofik level ikan serta mengevaluasi penerapan bunuhan crib bermata jaring 4 cm pada berbagai habitat.

1.2 Perumusan Masalah

Perikanan sero dari tahun ke tahun di perairan pantai Pitumpanua mengalami banyak perubahan dari segi bahan yang digunakan dan terjadi penambahan alat tangkap. Perubahan yang signifikan yaitu alat tangkap ini berubah dari bahan bambu menjadi bahan waring dengan ukuran mata jaring 0,5 cm. Kecilnya ukuran mata jaring sero yang digunakan nelayan menimbulkan sorotan dari berbagai pihak bahwa alat tangkap tersebut tidak selektif, terlebih lagi karena alat tangkap sero dipasang di daerah pantai yang merupakan daerah pemijahan spawning ground, daerah perlindungan, tempat mencari makan feeding ground, penyebaran larva nursery ground, dan wilayah pembesaran berbagai biota laut Dahuri 2003. Permasalahan yang dialami oleh nelayan sero adalah menurunnya hasil tangkapan KKP Wajo 2009. Penurunan hasil tangkapan diduga terkait dengan degradasi populasi ikan yang mungkin disebabkan oleh rusaknya ekosistem daerah penangkapan sero dan tidak selektifnya alat tangkap sero, atau karena penangkapan yang cukup intensif terhadap jenis ikan pada trofik level tertentu yang merupakan komponen makanan dari populasi ikan target. Tingginya intensitas penangkapan sero di daerah pantai akan berakibat secara ekologis terhadap beragam komunitas biologis yang ada di dalamnya. Diketahui bahwa daerah pantai mempunyai tingkat keanekaragaman sumberdaya ikan yang tinggi dan fungsi ekosistem yang sangat vital, tentunya perlu kehati- hatian agar sumberdaya hayati yang ada tetap terjaga. Hasil tangkapan sero dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : parameter lingkungan, selektivitas alat tangkap sero, dan terjadinya interaksi pemangsaan dalam ekosistem tersebut pada masing-masing habitat. Faktor-faktor tersebut dalam kaitannya dengan hasil tangkapan sero belum banyak diteliti sampai saat ini. Bahkan kajian mengenai rantai dan jaring makanan yang membentuk struktur trofik level dalam daerah penangkapan sero belum pernah dilakukan sampai saat ini. Sangat dibutuhkan adanya kajian yang mempelajari bagaimana hubungan karakteristik ekosistem dengan hasil tangkapan, struktur trofik level, dan determinasi parameter yang paling berkontribusi besar terhadap hasil tangkapan pada beberapa tipe habitat di daerah penangkapan sero di pantai. Berdasarkan kajian sebelumnya yang secara umum bahwa ukuran mata jaring 4 cm cukup selektif yang dioperasikan di daerah pantai Pitumpanua Tenriware 2005, namun kajian tersebut belum secara spesifik untuk habitat yang berbeda seperti estuaria muara sungai mangrove, dan lamun. Hasil tangkapan sero yang multispecies dengan ukuran yang sangat bervariasi pada berbagai habitat menimbulkan pertanyaaan bahwa apakah ukuran mata jaring 4 cm selektif untuk semua habitat perairan pantai dan semua jenis target tangkapan. Hal ini merupakan suatu pertanyaan dan masalah yang menarik untuk dikaji dan dievaluasi. Apabila penelitian hanya dilakukan untuk mengevaluasi tingkat selektivitas ukuran mata jaring 4 cm hanya dilakukan pada habitat tertentu, maka tidak bisa diketahui pengaruhnya pada habitat yang berbeda. Dengan menguji penerapan mata jaring 4 cm pada habitat yang berbeda, maka hasilnya dapat diterapkan pada kebijakan penentuan lokasi sero pada habitat tertentu. Akibatnya kemungkinan beberapa unit sero direkomendasikan untuk tidak dioperasikan pada habitat tertentu. Hal ini jelas akan berdampak buruk pada penerimaan masyarakat nelayan jika tidak diberikan solusi alternatif. Eksperimen ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif terkait dengan keramahan alat tangkap, selain itu untuk dijadikan bahan pembanding dalam rangka mengevaluasi tingkat keramahan alat tangkap menurut habitat. Penelitian yang dilakukan ini dengan mengkombinasikan karakteristik ekosistem daerah penangkapan sero dan kelayakan mata jaring 4 cm pada berbagai habitat, maka diharapkan hasilnya dapat memberikan alternatif pengelolaan perikanan sero yang berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan dalam penerapannya direkomendasikan adanya suatu regulasi yang sesuai kajian ilmiah mengenai kelayakan mata jaring 4 cm terhadap tipe habitat tertentu pada berbagai jenis ikan target tangkapan. Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah seperti disajikan dalam Gambar 1. Gambar 1 Kerangka pikir penelitian.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain : y Umum: Mengevaluasi penerapan bunuhan crib bermata jaring 4 cm pada perikanan sero di perairan pantai Pitumpanua, Teluk Bone, Kabupaten Wajo y Khusus: 1. Menganalisis kondisi lingkungan habitat muara sungai, mangrove dan lamun yang menjadi daerah penangkapan ikan dengan sero 2. Menganalisis komunitas ikan di tiga habitat yang menjadi daerah penangkapan ikan dengan sero 3. Menganalisis selektivitas bunuhan bermata-jaring 4 cm terhadap ikan- ikan yang dominan tertangkap 4. Menganalisis posisi jenis ikan yang tertangkap dalam piramida makanan

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini : • Sains Perikanan Laut: 1 Contoh analisis pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem dalam perikanan sero di Indonesia 2 Penerapan studi ekologi dan teknologi untuk pengembangan pengembangan perikanan tangkap • Pengelolaan Perikanan: 1. Input untuk pengelolaan perikanan sero di perairan pantai Pitumpanua Kabupaten Wajo, Teluk Bone 2. Pembelajaran untuk pengelolaan perikanan tangkap di kawasan pesisir di tempat lain 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Alat Tangkap Sero

Sero adalah salah satu jenis alat tangkap berbentuk perangkap besar yang sifatnya menetap, alat ini terbuat dari bilahan-bilahan bambu dan rotan yang bentuknya sedemikian rupa, dimana membentuk beberapa bagian ruang berbentuk segitiga yang tersusun satu di belakang dan alat ini umumnya dipasang memanjang dengan arah tegak lurus terhadap garis pantai Gunarso 1996. Nikonorov 1975 membedakan bagian perangkap sero dalam 3 bagian diantaranya: 1 penaju leader net untuk penghalau ikan, 2 badan body untuk berkumpulnya ikan sementara waktu sebelum masuk ke bunuhan, dan 3 bunuhan crib tempat tertahannya atau tertangkapnya ikan. Subani dan Barus 1989 menyatakan bahwa pada prinsipnya alat tangkap ini terdiri dari 4 bagian penting yang masing–masing disebut: penaju leader net, sayap wing, badan body dan bunuhan crib. Adapun fungsi dari bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:

2.1.1 Penaju leader net

Penaju mempunyai peranan sangat penting dibandingkan dengan kedua sayap atau kaki lainnya, karena penaju merupakan leader net yang berfungsi untuk menghadang ikan dalam renang ruayanya Ayodhyoa 1981. Panjang penaju sangat bervariasi tergantung dari besar kecilnya sero. Menurut Nomura dan Yamazaki 1977 dalam Nikonorov 1975 menyatakan bahwa herring masih terus menyusuri leader net sampai pada jarak 300-3000 m dan lebih lanjut mempertegas bahwa perairan yang jernih leader net harus lebih panjang dibandingkan pada perairan keruh. Aslanova 1947 dalam Nikonorov 1975 menambahkan bahwa jenis ikan herring kecil menjaga jarak dengan leader net yaitu 1,5-2 m, tetapi ikan herring tetap berenang dan akhirnya membentuk schooling dan terkonsentrasi pada jarak 0,5 m dengan kedalaman 5-6 m.

2.1.2 Sayap wing

Sayap berfungsi sebagai penghalang ikan yang menyusuri penaju, sampai ikan masuk kedalam badan sero atau kamar-kamar sero, bagian ini mempunyai ruang yang luas sehingga diharapkan ikan bisa bermain atau mencari makan sebelum masuk kedalam bagian berikutnya.

2.1.3 Badan body

Badan sero terdiri atas beberapa kamar room atau chamber. Bentuk kamar ini bermacam-macam, ada yang berbentuk jantung, segitiga dan berbentuk lingkaran. Pada bagian depan kamar-kamar sero tersebut dipasang pintu-pintu dari kere bambu yang mudah ditutup atau dibuka pada saat operasi penangkapan ikan berlangsung. Jumlah kamar sero bervariasi tergantung dari ukuran sero. Sero yang berukuran kecil umumnya terdiri atas 1-2 kamar, yang berukuran sedang terdiri atas 3 kamar sedangkan sero yang berukuran besar biasanya terdiri atas 4-5 kamar. Pada kamar sero tersebut terdapat lengan yang prinsipnya menyukarkan ikan untuk keluar dan akhirnya masuk ke dalam kamar berikutnya.

2.1.4 Bunuhan crib

Bunuhan adalah tempat akhir terjebak dan berkumpulnya ikan. Ikan yang telah masuk ke dalam bunuhan sukar untuk meloloskan diri lagi. Pada bagian bunuhan inilah dilakukan pengambilan hasil tangkapan dengan menggunakan bantuan serok.

2.2 Daerah Penangkapan Sero

Alat tangkap sero dipasang pada perairan pantai atau daerah pasang surut, yaitu daerah yang mempunyai keanekaragaman biota yang sangat tinggi disebabkan karena habitat perairan pesisir yang dangkal menyediakan makanan bagi ikan pelagis dan demersal dan perairan yang dangkal merupakan tempat yang baik untuk memijah, mencari makan, tempat berlindung dari ancaman ikan-ikan pemangsa atau predator McConnaughey dan Zottoli 1983. Pasang surut dan gerakan ombak di pantai dapat mengangkat zat-zat makanan sehingga berbagai jenis ikan dapat memanfaatkannya dengan relatif mudah Nybakken 1988. Alat tangkap sero di pasang secara tegak lurus terhadap garis pantai dengan kedalaman perairan berkisar 3–8 m pasang tertinggi Gunarso 1996. Tiensongrume et al. 1986 dalam Rachmansyah 2004 menyatakan bahwa kriteria penentuan daerah penangkapan sero adalah sebagai berikut : 1 kedalaman perairan pada kisaran 1-10 m, 2 Substrat perairan berupa pasir berlumpur atau lumpur dan pasir, 3 berada di daerah muara sungai dengan jarak kurang lebih 200-250 m dari sungai, 3 arus perairan pada kisaran 0,05-0,4 mdet, 4 tinggi air pasang pada kisaran 0,5 m, 5 tidak berada di daerah pencemaran, 6 aksesbilitas baik, 7 suhu perairan pada kisaran 26-35 o C, dan 8 salinitas pada kisaran 60 ppt. Lebih lanjut Wudianto 2007 mengungkapkan bahwa hal penting yang harus diperhatikan sebelum pemasangan set antara lain: ketersedian sumber daya ikan yang menjadi tujuan penangkapan, pola ruaya ikan yang menjadi tujuan penangkapan, kondisi perairan dimana set net akan dipasang topografi dasar, keadaan arus, pasang surut, dan gelombang. Menurut Widodo dan Suadi 2008 bahwa perairan dangkal dengan kedalaman kurang dari 100 meter dengan dasar perairan yang berlumpur serta relatif datar merupakan daerah penangkapan demersal yang baik. Contoh dari perairan tersebut adalah pada paparan Sunda Selat Malaka, Laut Jawa dan Laut Cina Selatan serta Paparan Sahul. Lebih lanjut dikemukakan oleh Yusof 2002 bahwa dengan perbedaan kedalaman ternyata jumlah hasil tangkapan berbeda pula. Hal ini bisa dilihat di perairan Peninsular Malaysia pada jenis substrat dasar pasir dan pasir berlumpur dengan kedalaman kurang dari 80 m menunjukkan hasil tangkapan dari 48 stasiun didominasi oleh ikan demersal 95,40 dari seluruh hasil tangkapan dengan rata-rata kemampuan tangkap catch rate 66,65 kgjam. Pada kedalaman perairan antara 5–18 m tertangkap 62–89 spesies dan pada kedalaman perairan lebih dari 18 m menunjukkan jumlah spesies yang lebih banyak lagi yaitu 154 – 191 spesies. Ikan yang mendominasi penangkapan adalah pari 10,79. Loliginidae 10,63, Nemipteridae 7,09, Mullidae 5,83, dan Synodontidae 3,18. Substrat dasar perairan memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai habitat bagi bermacam-macam biota baik itu mikrofaua maupun makrofauna. Mikrofauna berperan sebagai pengurai bahan-bahan anorganik menjadi bahan-bahan organik yang banyak dimanfaatkan oleh biota-biota lain. Ikan demersal yang termasuk makrofauna juga sangat tergantung dengan substrat dasar perairan, hal ini disebabkan ikan demersal banyak mengambil makanan di substrat dasar perairan. Ikan-ikan demersal umumnya dapat hidup dengan baik di perairan yang bersubstrat lumpur atau lumpur berpasir dan makanan ikan demersal berupa benthos maupun biota kecil lainnya. Hal ini diperkuat oleh penelitian Masrikat 2009 bahwa ikan demersal yang tertangkap selama penelitian dengan jumlah individu terbanyak 19.462 ekor ditemukan pada stasiun 18 dengan dasar perairan lumpur berpasir.

2.3 Jenis-jenis Ikan yang Tertangkap Alat Tangkap Sero

Hasil tangkapan utama dari alat tangkap sero adalah jenis ikan demersal. Jenis ikan ini hidup di dasar atau dekat perairan atau yang bermigrasi di pantai saat air pasang untuk mencari makan. Boer et al. 2001 mengemukakan bahwa sumberdaya ikan demersal merupakan kelompok jenis-jenis ikan yang hidup di dasar atau dekat dengan dasar perairan. Kelompok ikan ini pada umumnya memiliki aktivitas relatif rendah, gerak ruaya tidak terlalu jauh dan membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar, sehingga sebarannya relatif lebih merata jika dibandingkan dengan ikan-ikan pelagis. Kondisi demikian, telah mengakibatkan daya tahan ikan demersal terhadap tekanan penangkapan tersebut relatif rendah dan tingkat mortalitas cenderung sejalan dengan peningkatan upaya penangkapan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Marasabessy 2010 bahwa ikan demersal hidupnya secara soliter dan hanya sedikit yang dijumpai dalam kelompok besar. Jenis ikan demersal yang dimaksud seperti : ikan kakap Lutjanus sp dari suku Lutjanidae, kerapu Epinephelus sp dari suku Serranidae, baronang Siganus sp dari suku Siganidae, namun jenis ikan yang dijumpai dalam kelompok besar misalnya ikan ekor kuning Casio sp dari suku Caesionidae. Jenis-jenis ikan demersal tersebut merupakan target utama penangkapan sero. Namun selain jenis ikan demersal yang tertangkap dengan sero, juga tertangkap ikan pelagis yang beruaya ke pinggir pantai Subani dan Barus 1989. Jenis ikan demersal dibagi menjadi dua jenis yaitu ikan demersal besar dan ikan demersal kecil Tabel 1. Dilihat dari nilai ekonomisnya ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu kakap merah, kerapu, pari, bawal putih, dan bawal hitam Boer et al. 2001. Tabel 1 Pengelompokan jenis ikan demersal besar dan demersal kecil No Sub Kelompok Nama Indonesia Nama Perdagangan Nama Ilmiah 1 Demersal besar Kakap merah Barramundi Lutjanus malabaricus Giant sea perch L. sanguineus Kerapu Groupers Ephinephelus spp Manyung Sea catfishes Arius spp Senanging Thread fins E. tetradactylum Pari Rays Trigonidae Remang Murrays Muraenesex spp Bawal putih Silver pomfret Pampus argenteus Bawal hitam Balck pomfret Formio niger Tiga waja Drums Scianidae Ketang-ketang Spotted sickelfish Drepane punctata Gulamah Croackers Scianidae Layur Hairtails Trichiurus spp 2 Demersal Kecil Pepetek Pony fishes Leiognathidae Kuniran Goatfish Upeneus sulphureus Beloso Lizard fishes Saurida spp Kurisi Treadfin breams Nemipterus spp Gerot-gerot Grunters Pomadasys spp Sebelah Indian halibuts Psettodidae. Sumber : Boer et al. 2001 Perikanan demersal di Indonesia merupakan tipe perikanan multispesies, akan tetapi jumlah individu dari masing-masing jenis tersebut relatif rendah. Boer et al. 2001 dan Widodo et al. 1998 mengemukakan bahwa terdapat berpuluh jenis ikan demersal di perairan Indonesia. Ikan ini biasanya dieksploitasi dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap multigears. Hasil penelitian di perairan pantai Pitumpanua Teluk Bone hasil tangkapan didominasi oleh ikan demersal seperti biji nangka Upeneus sulphureus, kapas- kapas Gerres kapas, lencam Lethrinus lentjam, pepetek Leiognathus splendens, kerong-kerong Therapon jarbua, salamandar Siganus canaliculatus, kuwe Carangoides sp., baracuda Sphyraena sp., baronang Siganus sp., rajungan Portunus sp., udang putih Peneaus margueinsis, serta hasil tangkapan sampingan adalah balanak Valamugil sp., senangin Eleutheronema sp., layur Trichiurus sp., cendro Tylosurus sp., bambangan Lutjanus sp., kerapu Epinephelus sp., kakap Lates sp., pari Trygon spp., buntal Tetraodon spp., cumi-cumi Loligo sp., kepiting bakau Scylla sp., dan udang windu Penaeus sp. dan Tenriware 2009.

2.4 Ekosistem Perairan

2.4.1 Ekosistem muara sungai estuaria

Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan melalui sungai, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar Pritchard 1967. Secara ekologis, estuaria adalah daerah yang merupakan tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang surut. Pertemuan kedua arus menghasilkan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan kondisi lingkungan yang bervariasi. Kondisi perairan estuaria sangat berpengaruh terhadap biota yang menghuninya. Odum 1993 beberapa sifat fisika-kimia estuaria berpengaruh penting terhadap kehidupan organisme diantaranya salinitas, suhu, substrat dan bahan organik, sirkulasi air, dan pasang surut. Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain : sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasangsurut tidal circulation, penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan feeding ground dan sebagai tempat untuk bereproduksi danatau tempat tumbuh besar nursery ground terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. Estuaria merupakan habitat dari ratusan jenis burung, mamalia, ikan, dan hewan liar lainnya Odum 1993. Secara ekonomi perairan estuaria dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya ikan, jalur transportasi, pelabuhan, dan kawasan industri Bengen 2004. Produktivitas estuaria bertumpu pada bahan organik yang terbawa masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut Tuwo 2011. Dikatakan lebih lanjut bahwa perairan estuaria mengandung bahan organik hingga 110 mg per liter, sedangkan perairan laut terbuka hanya mengandung bahan organik 1-3 mg liter. Jejaring makanan pada daerah estuaria cenderung bersifat terbuka karena organisme yang menghuninya kebanyakan jenis hewan yang sifatnya hidup sementara pada daerah estuaria. Produktivitas primer pada perairam estuaria pun sangat terbatas dan hanya dihasilkan oleh beberapa jenis alga, rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton. Namun demikian, bahan organik berupa detritus yang terendapkan pada estuaria membentuk substrat yang penting bagi tumbuhnya alga dan bakteri, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi organisme pada tingkat trofik yang lebih tinggi Tuwo 2011.

2.4.2 Ekosistem mangrove

Hutan mangrove adalah hutan pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut laut Fachrul 2007. Lebih lanjut dikatakan bahwa hutan mangrove dan ekosistemnya merupakan hutan yang menempati zona neritik yang berbatasan dengan daratan coastal wetland, yakni daerah pantai yang seringkali tergenang air asin din pantai-pantai terlindung daerah tropika dan subtropika. Meskipun daerah itu hanya 10 luas laut, namun menampung 90 kehidupan laut Suryoatmodjo 1996 dalam Fachrul 2007. Secara ekologis, ekosistem mangrove merupakan penopang ekosistem pesisir lainnya karena mempunyai saling keterkaitan, terutama ekosistem lamun dan terumbu karang. Ekosistem mangrove mempunyai fungsi sebagai penghasil detritus, sumber nutrien, dan bahan organik yang dapat dibawa oleh arus ke ekosistem padang lamun dan terumbu karang. Tuwo 2011 mengemukakan bahwa ketiga ekosistem ini mempunyai keterkaitan dimana, ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang dibawa oleh arus ke ekosistem terumbu karang. Ekosistem lamun juga berfungsi berfungsi sebagai perangkap sedimen sehingga sedimen tersebut tidak menganggu kehidupan terumbu karang. Sedangkan ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak, gelombang, dan arus laut. Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat atau tempat tinggal, tempat mencari makan feeding ground, tempat asuhan dan pembesaran nursery ground, tempat pemijahan spawning ground bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang Nybakken 1988; Tomascik et al. 1997.

2.4.3 Ekosistem lamun

Lamun merupakan kelompok tumbuhan berbunga Angiospermae yang tumbuh di bawah permukaan air di lingkungan bahari. Fortes 1989 menyatakan bahwa padang lamun memainkan suatu spektrum yang luas dari fungsi biologis dan fisik atau lamun memainkan peranan kunci ekologis antara lain sebagai habitat biota, produser primer, perangkap sedimen serta berperan sebagai pendaur ulang hara dan elemen kelumit trace element. Lebih dipertegas oleh Nienhuis et al. 1989 peranan lamun adalah antara lain : 1 produser primer, 2 sebagai habitat biota, 3 sebagai penangkap sedimen, 4 sebagai pendaur zat hara, dan 5 sebagai makanan dan kebutuhan lain. Ekosistem padang lamun dihuni berbagai jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi, antara lain : Siganus spp., Lethrinus spp., Lutjanus spp., Epinephelus sp., Lates sp., Lisa sp., dan Upeneaus sp. Tuwo 2011 Ekosistem padang lamun bukanlah suatu ekosistem yang terisolasi tetapi merupakan bagian dari berbagai ekosistem yang saling berinteraksi secara ekologis terutama dalam ekosistem pantai perairan dangkal di laut tropik. UNESCO 1983 mengelompokkan dalam 5 lima bentuk interaksi antara ekosistem terumbu karang, mangrove, dan padang lamun yaitu interaksi fisik, nutrien dan bahan organik terlarut, bahan organik berbutir, ruaya hewan, dampak manusia. Adanya interaksi yang timbal balik dan saling mendukung, maka secara ekologis lamun mempunyai peran yang cukup besar bagi ekosistem pantai tropik.

2.5 Parameter Kualitas Perairan

Pengaruh beberapa parameter oseanografi terhadap proses biologi bervariasi menurut skala waktu dan jarak Mann dan Lazier 1991. Suhu, salinitas, densitas, arus, kadar oksigen dan kadar nutrien merupakan parameter oseanografi yang banyak mempengaruhi proses biologis dalam berbagai skala waktu dan ruang. Proses fisik tersebut dapat mempengaruhi produktivitas perairan. Brond 1979 dalam Masrikat 2009 mengatakan bahwa ikan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut dan masih banyak faktor lainnya. Dipertegas oleh Ridho 2004 bahwa suhu, salinitas, kecerahan dan kedalaman memberikan pengaruh terhadap keberadaan jenis-jenis ikan demersal tertentu, sedangkan terhadap kepadatan biomassa ikan demersal pengaruh tersebut kecil. Pengaruh suhu, salinitas, kecerahan dan kedalaman terhadap biomassa ikan demersal tidak bersifat sendiri-sendiri, tetapi secara bersama-sama mempengaruhi kepadatan biomassa ikan demersal. Lebih lanjut Pujiyati 2008 faktor-faktor abiotik seperti jenis substrat dasar perairan, kedalaman, kondisi oseanografi sangat berpengaruh terhadap distribusi komunitas ikan-ikan demersal di perairan Laut Jawa. Hubungan antara keterkaitan tipe substrat dan komunitas ikan demersal di perairan Laut Jawa menunjukkan pola yang berbeda untuk lima jenis ikan dominan yaitu leiognathus splendens pepetek, Upeneus sulphureus biji nangka, Nemipterus japanicus kurisi, Leiognathus bindus pepetek dan Saurida longimanus beloso.

2.5.1 Suhu perairan

Suhu air merupakan salah satu parameter fisika yang memegang peranan di dalam kehidupan dan pertumbuhan biota perairan. Suhu berpengaruh langsung pada organisme perairan terutama di dalam proses fotosintesis tumbuhan akuatik, proses metabolisme, dan siklus reproduksi Sverdrup et al. 1961. Kenaikan suhu sebesar 10 o C akan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen hewan akuatik sebesar dua kali lipat Wardojo 1975 dalam Wardjan 2005. Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor meterologi yang berperan adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari. Oleh sebab itu, suhu di permukaan biasanya mengikuti pola musiman Nontji 1993. Suhu air laut pada lapisan permukaan lebih hangat daripada suhu di lapisan dasar, namun variasi suhu pada perairan estuari lebih rendah dari pada perairan laut. Umumnya suhu tinggi pada estuari terjadi pada siang hari. Hal ini bisa terjadi karena daerah dangkal mudah menjadi hangat oleh pasokan aliran panas permukaan laut Douglas 2001. Suhu dalam lautan bervariasi sesuai dengan kedalaman. Massa air permukaan di wilayah trofik, panas sepanjang tahun yaitu 20-30 o C. Di bawah air permukaan suhu mulai menurun dan mengalami penurunan yang sangat cepat pada kisaran kedalaman yang lebih dari 50-300 m Nybakken 1988. King 1963 suhu permukaan laut biasanya berkisar antara 27 o C-29 o C. Tidak berbeda jauh yang didapatkan oleh Afdal dan Riyono 2004 di Selat Makassar yaitu nilai rata- rata suhu pada lapisan permukaan 28,9±0,3 °C dengan kisaran antara 28,5-29,6 °C, sedangkan pada lapisan kedalaman suhunya telah mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kedalaman dan mencapai minimum pada kedalaman 300 m 10,86±0,43 °C di Selat Makassar. Lebih lanjut Hasanuddin 2007 menyatakan bahwa perbedaan temperatur permukaan sangat variatif, tergantung pada lokasi, pengaruh daratan serta profil kedalaman perairan seperti yang terjadi di Perairan Natuna. Hatta 2010 menggambarkan hasil pengukuran suhu perairan pada daerah penangkapan bagan rambo di Kabupaten Barru berkisar antara 27,1-32,0 o C dengan rata-rata 29,75 o C di permukaan dan 26,1-31,8 o C dengan rata-rata 28,65 o C pada kedalaman 25 meter. Pengukuran suhu yang dilakukan oleh Safruddin 2007 selama penelitian di daerah penangkapan purse seine di sebelah selatan di perairan Kabupaten Jeneponto memberikan gambaran yang hampir sama yaitu sebesar 29,71 o C dengan kisaran yang lebih sempit 29-30 o C. Sama halnya dengan Marasabessy dan Edward 2002 memberikan gambaran suhu di Perairan Raha Sulawesi Tenggara pada bulan Mei dan Juni tahun 2001 mendapatkan kisaran yang sedikit lebih sempit 27,8-30,9 o C. Tidak berbeda jauh dengan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Umar 2009 yaitu sebesar 29,0 o C di pantai perairan Suppa Kabupaten Pinrang.

2.5.2 Salinitas

Salinitas ialah jumlah berat semua garam dalam gram yang terlarut dalam satu liter, biasanya dinyatakan dengan satuan o oo per mil, gram per liter Nontji 1993. Sebaran salinitas di perairan pantai Pitumpanua Teluk Bone pada bulan Maret-Agustus 2009 rata-rata 28,17 ‰ pada permukaan muara sungai Dangnga et al. 2009. Nilai tersebut sangat jauh kisarannya yang didapatkan Hatta 2009 di permukaan Perairan Barru yang jauh dari pantai yaitu 30,0-35,0 ppm dengan rata-rata 31,30 ppm dan pada kedalaman 25 m didapatkan 30,0-35,0 ppm dengan rata-rata 31,70 ppm. Sementara Poppo et al. 2009 mendapatkan kisaran salinitas yang lebih rendah antara 29,0-32,0 ppm di perairan pantai kawasan industri perikanan Kabupaten Jembrana Bali pada bulan Mei-Juni 2008. Bervariasinya sebaran salinitas disetiap daerah tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti topografi perairan, masukan air tawar, curah hujan, pasang surut dan lain-lain. Perubahan salinitas di perairan bebas relatip lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi di perairan pantai. Salah satu faktor yang menyebabkan demikian, karena disebabkan perairan pantai banyak dimasuki oleh air tawar dari muara-muara sungai terutama pada musim hujan Laevastu dan Hela 1981. Hadikusumah et al. 2001 bahwa di dalam perairan estuari seringkali didominasi oleh proses percampuran dan penyebaran air tawar ke arah lepas pantai dan masukan air tawar. Kondisi demikian akan menyebabkan terjadinya interaksi antara air tawar dan air laut. Interaksi antara air tawar dan air laut di perairan estuari perlu difahami karena dapat memepengaruhi penyebaran suhu, salinitas, kekeruhan dan sebagainya. Adanya perubahan suhu dapat menyebabkan terjadinya sirkulasi dan stratifikasi air yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap distribusi air. Wenno 2003 menyatakan bahwa adanya interaksi antara daratan dengan Selat Makassar menyebabkan nilai rata- rata salinitas pada lapisan permukaan sedikit berfluktuasi yaitu berkisar antara 30,4-33,7 psu dan mengalami penambahan dengan bertambahnya kedalaman dan mencapai maksimum pada kedalaman 100 m 34,6 ±0,11 psu, kemudian sedikit menurun sampai pada lapisan 300 m. Sementara Azis 2007 menyatakan bahwa salinitas rata-rata di bagian permukaan lebih rendah jika dibandingkan dengan salinitas rata-rata di bagian dasar pada kondisi pasut menuju pasang. Rendahnya salinitas tersebut disebabkan karena adanya pengaruh dari daratan dan intrusi air tawar dari sungai Binuangeun yang menuju laut. Hal ini berarti bahwa aliran sungai sangat mempengaruhi salinitas di perairan estuaria.

2.5.3 Derajat keasaman pH

Derajat keasaman pH merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan yang menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Romimohtarto dan Juwana 2001 menyatakan bahwa perubahan pH sedikit saja dapat menyebabkan perubahan dalam reaksi fisologik berbagai jaringan maupun pada reaksi enzim dan lain-lain. Di laut terbuka, variasi pH dalam batas yang diketahui mempunyai pengaruh kecil pada sebagian besar biota. Nilai derajat keasaman pH di perairan pesisir umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pH air laut lepas, karena adanya pengaruh masukan massa air tawar dari sistem sungai yang bermuara. Rata-rata pH normal air laut adalah 7,8-8,2 dan bahkan perairan tropis dapat meningkat hingga 9,4 selama fotosintesa berlangsung Phillips dan Menes 1988. Swingle 1968 berpendapat bahwa batas toleransi pH bagi ikan umumnya berkisar antara pH 4 dan pH 11, dan untuk mendukung kehidupan ikan secara wajar diperlukan perairan dengan pH yang berkisar antara 5-9. Di lingkungan perairan laut pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7-8,4 Nybakken 1988. Batas toleransi organisme air terhadap pH bervariasi, tergantung pada suhu air, oksigen terlarut dan adanya berbagai anion dan kation, serta jenis dan stadium hidup organisme. Baku mutu pH air laut untuk biota laut budidaya perikanan yang ditetapkan dalam Kep.No. 02MENKLH Tahun 1988 adalah 6-9.

2.5.4 Oksigen terlarut DO

Oksigen merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan organisme. Oksigen oleh organisme akuatik dipergunakan dalam proses-proses biologi, khususnya dalam proses respirasi dan penguraian zat organik oleh mikroorganisme. Dalam ekosistem perairan oksigen terlarut sangat penting untuk mendukung eksistensi organisme dan proses-proses yang terjadi di dalamnya, hal ini terlihat dari peranan oksigen selain digunakan untuk aktivitas respirasi organisme air juga dipakai oleh organisme dekomposer dalam proses bahan organik di perairan.