Alat dan Bahan Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan kesimpulan dilakukan pada taraf α = 0,05. Kalkulasi untuk analisis statistika univariate ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS Release 15.0. Karakteristik kondisi lingkungan di ketiga habitat juga dilakukan dengan menerapkan analisis statistika multivariate, yaitu principle component analysis PCA, dan analisis gerombol cluster analysis. Pada kedua analisis ini kondisi lingkungan setiap habitat dinyatakan secara simultan dengan 8 delapan variabel yaitu parameter lingkungan. Konfigurasi posisi setiap contoh yang dihasilkan sebagai output analisis statistika dieksplorasi untuk melihat perbedaan persamaan kondisi lingkungan di antara ketiga habitat. Parameter lingkungan yang diperkirakan menentukan konfigurasi tersebut diketahui dari analisis diskriminan Legendre dan Legendre 1983. Kalkulasi untuk tiga jenis analisis statistika multivariate ini dilakukan dengan perangkat lunak Excel Stat 6.0.

5.3 HASIL PENELITIAN

5.3.1 Deskripsi Habitat

Pada ekosistem lamun ditemukan jenis lamun yang paling dominan yaitu Enhalus acoroides dan juga ditemukan jenis Halodule pinifolia dan Cymodocea rotundata dalam sebaran yang jumlahnya sedikit. Jenis substrat di daerah lamun yaitu berpasir halus, berbeda pada substrat di sekitar mangrove dan muara sungai yaitu berpasir campur lumpur. Vegetasi yang tumbuh di sekitar mangrove yaitu didomonasi oleh tumbuhan mangrove jenis Rhizophora sp, Avicennia sp, dan Sonneratia sp. Pada sekitar muara sungai didapatkan tumbuhan mangrove yang jumlahnya sangat sedikit, namun pada sepanjang tepi sungai lebih dominan tumbuh jenis mangrove yaitu Rhizophora sp. Untuk kondisi lingkungan lokasi pemasangan sero di Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo di setiap habitat selama penelitian disajikan pada Tabel 8. Berikut penjelasan singkat dari setiap parameter tersebut dan perbandingannya di antara ketiga kawasan tempat pemasangan sero yang masing-masing dicirikan oleh habitat muara sungai, mangrove dan lamun. Tabel 8 Nilai rata-rata, standar deviasi SD 11 parameter fisika-kimia dan biologi di muara sungai, mangrove dan lamun tempat pemasangan sero selama penelitian No Parameter Muara sungai Mangrove Lamun 1 Suhu perairan o C 28,28 b ±0,62 28,79 a ±0,60 29,00 a ±0,66 2 Kecepatan arus mdtk 0,26 a ±0,29 0,22 b ±0,38 0,16 c ±0,32 3 Salinitas o oo 29,60 b ±1,21 30,99 a ±0,96 31,15 a ±0,84 4 pH 6,92 b ±0,13 6,95 ab ±0,15 7,01 a ±0,12 5 Kadar DO ppm 5,75 b ±0,44 5,96 ab ±0,43 6,14 a ±0,50 6 Nitrat µgL 0,21 a ±0,09 0,19 a ±0,09 0,13 b ±0,07 7 Fosfat µgL 0,12 a ±0,02 0,11 a ±0,03 0,09 b ±0,03 8 Silikat µgL 0,008 ±0,003 0,007 ±0,003 0,007 ±0,003 9 Klorofil a µgm 3 0,835 b ±0,282 0,687 ab ±0,192 0,976 a ±0,162 10 Fitoplankton selliter 11773 a ±6341 6711 b ±3,861 13011 a ±4473 11 Zooplankton indliter 1010 a ±961 368 b ±260 936 a ±582 Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata α = 0,05 berdasarkan uji beda rerata Tukey

5.3.2 Karakteristik Habitat

Persebaran spasiotemporal parameter lingkungan berdasarkan habitat dan waktu pengamatan dianalisis dari rata-rata 3 kali pengukuran menggunakan analisis PCA 24 observasi. Parameter lingkungan yang dianalisis sebanyak 8 delapan parameter yaitu : suhu, salinitas, kecepatan arus, pH, kadar oksigen terlarut DO, nitrat, fosfat, dan silikat. Hasil analisis PCA menunjukkan bahwa besarnya ragam terjelaskan pada 3 tiga sumbu utama pertama sebesar 78,93 dengan akar ciri masing-masing secara berurut masing-masing sumbu 1 F1 = 3,211, sumbu 2 F2 = 1,814, dan sumbu 3 F3 = 1,289. Parameter lingkungan yang berpengaruh besar pada sumbu utama diantaranya DO, pH, dan fosfat yang berkorelasi positif dengan sumbu 1 F1. Nitrat dan suhu berkontribusi besar dalam pembentukan sumbu utama kedua F2 Lampiran 13. Observasi di muara sungai MS7 dan MS5, mangrove MG7 dan MG8, dan lamun LM8 berkontribusi besar dalam pembentukan sumbu utama pertama dan berkorelasi negatif dengan sumbu utama pertama. Observasi MS6, MG4 dan MG6, dan LM3, LM4, dan LM5 berkontribusi besar dan berkorelasi positif dalam pembentukan sumbu utama pertama. Observasi MS4, MG4, dan LM4 berkontribusi besar dan berkorelasi negatif dalam pembentukan sumbu utama kedua, sedangkan observasi MS6 MG6 dan LM6 berkontribusi besar dan berkorelasi negatif dalam pembentukan sumbu utama kedua Lampiran 13. Berdasarkan plot dan observasi dan parameter lingkungan Gambar 10 11 menunjukkan bahwa sebagian besar observasi dari lamun dan mangrove beragregat pada sumbu satu positif. Observasi-observasi tersebut dicirikan oleh suhu, salinitas, pH, dan DO yang tinggi. Dalam arah yang berlawanan di sumbu 1 negatif tersebar sebagian besar observasi di muara sungai. Kelompok observasi ini dicirikan oleh kadar nitrat dan fosfat serta kecepatan arus yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil sidik gerombol cluster analysis pada skala jarak similiritas 50 terdapat 3 tiga kelompok besar observasi yaitu kelompok satu MS6, MG1, MG3, MG6, LM1, LM3, LM4, dan LM8 dan kelompok MS2, MS7, dan MG7, dan lainnya kelompok tiga Gambar 8. Gambar 8 Diagram gerombol cluster untuk 24 contoh pengamatan terhadap 8 parameter fisika kimia lingkungan lokasi pemasangan sero di Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo selama penelitian. Gambar 9 Plot stasiun dan waktu pengamatan parameter fisika kimia lingkungan selama lokasi pemasangan sero di Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo selama penelitian. Gambar 10 Konfigurasi dua komponen utama untuk 24 contoh pengamatan terhadap 8 parameter fisika kimia lingkungan lokasi pemasangan sero di Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo selama penelitian.