PENELITIAN TERDAHULU TINJAUAN PU STAKA

15 k-Nearest Neighborhood Classifier Background Min R, Max R, Avr R Min G, Max G, Avr G Min B, Max B, Avr B Leaf Min R, Max R, Avr R Min G, Max G, Avr G Min B, Max B, Avr B 2 3 4 5 Leaf Color Levels

G. PERTANIAN PRESISI

Pertanian presisi atau precision farming merupakan sebuah konsep pengelolaan pertanian secara modern yang bertujuan untuk mengendalikan input dan proses dalam usaha tani sehingga diharapkan diperoleh hasil produksi yang optimal, berkelanjutan, dan menguntungkan. Menurut Prabawa et al., 2009 pertanian presisi merupakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan dan menjaga lingkungan. Dengan kata lain pertanian presisi atau precision farming adalah suatu usaha pertanian dengan pendekatan dan teknologi yang memungkinkan perlakuan yang teliti precise treatment dan revolusi awal dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis teknologi informasi, Manajemen Informasi Geografis Management Information System dalam presisi pertanian meliputi Sistem Informasi Geografis Geographical Information System , seperti global positioning system GPS, sensor, satelit atau citra udara, sensor real time. Informasi yang dikumpulkan dapat digunakan untuk mengevaluasi optimalitas input seperti perkiraan pemberian pupuk, pengolahan tanah, irigasi dan drainase, serta dapat pula untuk memprediksi hasil panen. Precision farming bertujuan untuk menghindari proses yang tidak efisien hingga tahap pemanenan, terlepas dari keadaan tanah dan kondisi iklim Deer Company, 1997. Deer Company 1997 berpendapat bahwa terdapat dua buah metode dasar dalam penerapan precision farming yang pertama adalah map-based variabel rate application dan yang kedua adalah sensor-based variabel rate application. Map-based variabel rate application adalah mengukur takaran aplikasi berdasarkan informasi produk yang terkandung dalam sebuah peta elektronik dari komponen lahan.

H. PENELITIAN TERDAHULU

Teknologi yang dikembangkan telah sampai pada tahap penelitian awal Astika, 2010, namun dari tahap itu telah terlihat potensi pengembangan yang baik. Penelitian tersebut telah menghasilkan metoda pengolahan citra yang melakukan ekstrak citra daun padi ke komponen RGB, ekstrak citra telapak tangan petani ke komponen RGB dan membuat hubungan antara komponen RGB daun, komponen RGB telapak tangan dengan dugaan tingkat warna daun. Gambar 8. kNN untuk pengenalan pola Astika, 2010 16 Gambar 9. Metode pengambilan citra Astika, 2010 Akurasi yang rendah ini diyakini disebabkan oleh pemakaian 5 merek telepon seluler secara bersama menjadi satu formulasi. Tiap telepon seluler memiliki pengaturan pewarnaan yang berbeda- beda sehingga sebaiknya setiap merek dan tipe telepon seluler memiliki satu formulasi. Di samping itu telah diketahui bahwa latar belakang yang terbaik adalah telapak tangan dengan dinaungi bayangan badan petani. Tabel 3. Akurasi pendugaan tingkat warna daun hasil penelitian sebelumnya Astika, 2010 Tingkat warna Daun Akurasi pada berbagai kondisi latar belakang Rata-rata Kulit telapak tangan, dibawah bayangan Kulit telapak tangan, dibawah sinar matahari Kertas putih, dibawah bayangan Kertas putih, dibawah sinar matahari 2 0.75 0.80 0.85 0.80 0.80 3 0.45 0.35 0.21 0.53 0.39 4 0.67 0.61 0.21 0.58 0.52 5 0.78 0.55 0.25 0.63 0.55 Rata-rata 0.66 0.58 0.38 0.63 0.56 a Arah Selatan b Arah Timur Gambar 10 . Contoh hasil pemetaan tingkat warna daun Astika, dkk; 2010 17

I. APLIKASI SEJENIS YANG TELAH DITEMUKAN

1. Leaf Coder

Aplikasi ini dibuat dan dikembangkan oleh mahasiswa dari Institut Teknologi Telkom, Bandung-Jawa Barat. Aplikasi ini saat ini masih diikutsertakan kedalam perlombaan Imagine Cup Indonesia 2012 yang masih dalam tahap seleksi dan kemudian menuju ke Imagine Cup Australia 2012 yang diadakan oleh perusaahaan software ternama Microsoft. Cara kerja aplikasi ini adalah mendeteksi warna daun tanaman Padi. Aplikasi ini berbasis pengenalan tingkat warna daun yang bernama LSU untuk mengetahui kekurangan unsur hara tanman padi. Penggunaan leaf coder harus terhubungkan dengan koneksi internet. kemudian diolah keluaran program berupa dosis pemupukan yang telah diolah . Hasil analisis dapat dilihat pada aplikasi web Leaf coder. Leafcoder akan menghemat 10-58 persen penggunaan pupuk. Cara penggunannya mengambil citra sampel daun padi kemudian citra tersebut akan teranalisis oleh aplikasi leaf coder berupa kode warna, kemudian kode tersebut diolah di web leafcoder dan kita akan diperlihatkan kebutuhan pupuk untuk tanaman padi. Aplikasi leaf coder dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 . Leaf coder Anonim, 2012 Gambar 12 Contoh pengambilan citra daun padi dengan leaf coder Anonim, 2012