BAGAN WARNA DAUN TINJAUAN PU STAKA

6

C. BAGAN WARNA DAUN

Bagan warna daun BWD merupakan bagan sebagai indikator yang berguna bagi kebutuhan pupuk nitrogen bagi tanaman. Bagan warna daun pertama kali dikembangkan di Jepang, dan kemudian peneliti-peneliti dari Universitas Pertanian Zhejiang Cina mengembangkan suatu BWD yang lebih baik dan mengkalibrasi dengan padi indica, japonica, dan hibrida. Bagan warna daun didistribusikan oleh Crop Resources and Management Network CREMNET-IRRI International Rice Research Institute. Sebuah alat sederhana dapat menentukan jumlah klorofil dalam daun tanaman disebut SPAD- 52 KONICA MINOLTA 1989, namun alat ini masih cukup mahal. Alat ini secara digital mencatat jumlah relatif dari molekul klorofil, jadi sangat sensitif dan akurat. Pencatatannya disebut nilai SPAD yang diperhitungkan berdasarkan jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh daun dalam dua berkas panjang gelombang dimana absorbansi klorofil berbeda. Nilai SPAD yang ditentukan dengan SPAD- 52 memberikan indikasi mengenai jumlah relatif klorofil yang ada dalam daun Gani, 2006. BWD terdiri atas empat warna hijau, dari hijau kekuningan sampai hijau tua. BWD tidak dapat dapat menunjukan perbedaan warna hijau daun yang terlalu kecil sebagaimana pada khlorofil meter SPAD. Namun, BWD bisa dibandingkan dengan SPAD untuk menentukan ketepatan relatifnya dalam menentukan status N tanaman padi Gani, 2006. Penggunaan BWD dapat digunakan melalui dua cara. Cara pertama berdasarkan kebutuhan riil tanaman real time, dengan membandingkan warna daun padi dengan skala BWD secara berkala, setiap 7-10 hari sejak 21-28 hari setelah tanam HST sampai fase primordia pada padi hibrida dan padi tipe baru atau PTB dilanjutkan sampai fase 10 berbunga. Tanaman segera diberi pupuk N ketika warna daun berada dibawah skala 4 BWD. Menggunakan metode ini petani perlu sering ke sawah untuk membandingkan warna daun padi dengan BWD. Penggunaan BWD berdasarkan kebutuhan riil tanaman, pemupukan N pertama diberikan 50-75 kg ureaha sebagai pupuk dasar pada saat padi berumur 14 HST, pada saat ini BWD tidak perlu digunakan. Pengukuran dilakukan dengan memilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, kemudian memilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun. Posisi pengukuran warna daun padi dilakukan dengan membelakangi matahari, hal ini diyakini karena matahari dapat memperngaruhi warna. Hasil yang telah didapatkan melalui pengukuran warna daun padi, jika 10 daun padi yang telah diukur terdapat 5 daun atau lebih berada dalam nilai kritis, yaitu dibawah skala 4, maka tanaman perlu segera diberi pupuk N susulan sesuai dengan target hasil yang ingin dicapai. Berikut ini disajikan kriteria pemberian pupuk untuk mendapatkan hasil yang diharapkan bila warna daun dibawah nilai kritis skala 4 BWD pada tabel 1. Tabel 1. Takaran pupuk urea yang diperlukan bila warna daun dibawah nilai kritis, skala 4 BWD BB Padi, 2006 di dalam Gani, 2006 Respon terhadap pupuk N Pembacaan BWD Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Target hasil tonha GKG ≈ 5.0 ≈ 6.0 ≈ 7.0 ≈ 8.0 BWD 4 Takaran urea yang digunakan kgha 50 70 100 125 7 Metode kedua berdasarkan waktu yang telah ditetapkan fixed time, biasanya berdasarkan pertumbuhan tanaman, yaitu pertumbuhan awal 0-14 HST, pembentukan anakan aktif 21-28 HST, dan primordia. Dengan cara ini hanya melakukan 2-3 kali pengukuran warna daun padi dengan BWD. Sebelum berumur 14 hari setelah tanam pindah HST, tanaman padi diberi pupuk dasar N dengan takaran 50-70 kgha. Pada saat itu BWD belum diperlukan. BWD digunakan pada pemupukan kedua atau stadia anakan aktif 21-28 HST dan pemupukan ketiga atau primordia 35-40 HST dengan membandingkan warna daun dengan skala BWD Gani, 2006. Prosedur pemberian pupuk yang diberikan sesuai skala warna pada BWD dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Takaran urea yang diberikan sesuai dengan skala warna daun pada penggunaan BWD berdasarkan waktu yang ditetapkan BB Padi, 2006 di dalam Gani, 2006 Respon terhadap pupuk N Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Pembacaan BWD Target hasil ton ha ≈ 5.0 ≈ 6.0 ≈ 7.0 ≈ 8.0 Takaran Urea yang digunakan kgha BWD ≤ 3 75 100 125 150 BWD = 3.5 50 75 100 125 BWD ≥ 4 0-50 50 50 Penelitian bagan warna di Maligaya Filipina menunjukkan bahwa dengan menerapkan BWD, petani kooperator dapat menghemat penggunaan pupuk N sebesar 10-53 kg Nha atau sekitar 10-58 dari takaran umum yang diterapkan oleh petani untuk mencapai produktivitas yang sama. Serangan penyakit bakteri bercak daun dan penyakit bergaris merah juga tidak banyak ditemukan pada petak yang menerapkan BWD Morales, 2000 di dalam Wahid, 2003. Abdulrahman et. Al 2001 diacu di dalam Wahid 2003 melaporkan bahwa pemberian pupuk N berdasarkan klorofil daun dengan menggunakan klorofil meter SPAD atau BWD menghemat urea 30-40. Wahid et al 2001 melaporkan bahwa keuntungan usaha tani padi dengan menerapkan BWD-4 dan BWD-5 lebih tinggi daripada cara petani atau pemupukan sesuai rekomendasi. Penghematan pupuk N dibandingkan dengan takaran rekomendasi sebesar 75 kg N 60 untuk BWD-4 dan sekitar 15 kg N 12 untuk BWD-5. Gambar 2. Bagan warna daun 4 level IRRI 8

D. PENGOLAHAN CITRA