Tinjauan Umum Tentang Prestasi

c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat; d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Mengenai perjanjian untuk menyerahkan suatu barang atau untuk melakukan suatu perbuatan, jika dalam perjanjian tidak ditetapkan batas waktunya tetapi si berutang akan dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan, pelaksanaan prestasi itu harus lebih dahulu ditagih. Kepada debitur itu harus diperingatkan bahwa kreditur menghendaki pelaksanaan perjanjian. Apabila prestasi tidak seketika dapat dilakukan, maka si berutang perlu diberikan waktu yang pantas. 26 Apabila seorang debitur sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih janjinya, maka ia tetap tidak melakukan prestasinya, ia berada dalam keadaan lalai atau alpa dan terhadap dia dapat diperlakukan sanksi-sanksi yaitu ganti rugi, pembatalan perjanjian dan peralihan risiko. 27 Sedangkan R Wirjono Prodjodikoro, Hakim Agung membagi wanprestasi dalam 3 tiga macam, yaitu: 28 a. Pihak-berwajib sama sekali tidak melaksanakan janji; Dalam hal ini jelas debitur tidak mau melaksanakan prestasi perikatan yang telah disanggupinya untuk dilaksanakan. Debitur secara tegas menolak untuk melakukan prestasi yang telah diperjanjikannya kepada kreditur. Dalam keadaan ini pihak kreditur dapat menuntut ganti rugi. b. Pihak-berwajib terlambat dalam melaksanakannya; Dalam keadaan ini kreditur belum mengetahui secara pasti sikap dari si debitur. Karena pada umumnya dalam suatu perjanjian, para pihak tidak 26 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2001, cet. 26, h. 46. 27 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2001, cet. 26, h. 47. 28 R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung: Sumur Bandung, 1981, cet 2, h. 44. menentukan jangka waktu prestasi harus dilaksanakan. Jika si debitur terlambat melaksanakan prestasi perlu diberikan jangka waktu untuk memastikan pelaksanaan prestasi tersebut. Oleh karena itu diperlukan somasi yang menetukan kapan prestasi itu harus dilaksanakan. Akan tetapi bila debitur tetap tidak melaksanakan prestasinya, maka ia dinyatakan lalai, dimana pihak kreditur dapat meminta ganti rugi. c. Pihak-berwajib melaksanakannya tetapi tidak secara yang semestinya dan atau tidak sebaik-baiknya. Dalam hal ini, pendapat umum menyatakan bahwa keadaan ini adalah sama dengan debitur tidak melaksanakan prestasi sama sekali. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan somasi. Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut: 29 a. Perikatan tetap ada. Kreditur masih dapat menuntut kepada debitur pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Di samping itu, kreditur berhak menuntut ganti rugi akibat keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan kreditur akan mendapat keuntungan apabila debitur melaksanakan prestasi tepat pada waktunya; b. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur Pasal 1243 KUH Perdata; c. Beban risiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan ini timbul setelah debitur wanprestasi. Kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar dari pihak kreditur. Oleh karena itu, debitur tidak dibenarkan untuk berpegang pada keadaan memaksa; d. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan menggunakan Pasal 1266 KUH Perdata. Menurut teori yang membedakan antara gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan melawan hukum 30 yaitu tujuan gugatan wanprestasi adalah untuk menempatkan penggugat pada posisi seandainya perjanjian tersebut terpenuhi put the palintiff to the position if he would have been in had the contract been performed . Dengan demikian ganti rugi tersebut adalah berupa 29 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, cet 4, h. 99. 30 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Jakarta: Kencana, 2004, cet 1, h. 116.