Keadaan Memaksa TINJAUAN UMUM PERIKATAN

dalam Pasal 1238 KUH Perdata tersebut adalah surat peringatan resmi oleh seorang juru sita pengadilan. Perkataan akta sejenis, sebenarnya oleh Undang- Undang dimaksudkan sebagai suatu peringatan tertulis. 36 Apabila seorang debitur sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih janjinya, maka jika tetap tidak melaksanakan prestasinya, ia berada dalam keadaan lalai atau alpa. 37 Dari ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan wanprestasi apabila sudah ada somasi in gebreke stelling. Adapun bentuk-bentuk somasi menurut Pasal 1238 KUH Perdata adalah: 38 1. Surat Perintah Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk penetapan. Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara lisan kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal ini biasa disebut “exploit juru sita”. 2. Akta Sejenis Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta notaris. 3. Tersimpul dalam Perikatan itu Sendiri. Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kreditur sudah menentukan saat adanya wanprestasi. 36 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, 2005, cet. 19, h. 46. 37 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, 2005, cet. 19, h. 47. 38 Nindyo Pramono, Hukum Komersil, Jakarta: Pusat Penerbitan UT, 2003, cet. 1, h. 21. 28

BAB III TINJAUAN UMUM

BUILD OPERATE AND TRANSFER A. Pengertian Build, Operate, Transfer Dalam masa pembangunan di Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah ataupun badan usaha swasta, dibutuhkan kerjasama dalam menjalankan usaha yang hendak dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dana maupun teknologi yang dimiliki oleh setiap pihak, sehingga dibutuhkan pihak lain dalam hal pembiayaan pembangunan maupun penyediaan teknologi. Salah satu usaha untuk menghadapi kendala tersebut dengan diadakannya perjanjian kerjasama dengan metode build, operate, and transfer . Secara garis besar perjanjian dengan sistem build, operate, and transfer dapat diartikan sebagai suatu bentuk penanaman modal pada suatu proyek dimana penanam modal diberikan hak membangun dan mengelola proyek tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian dan setelah jangka waktu berakhir maka proyek tersebut harus diserahkan kepada pemilik proyek tanpa pihak tesebut membayar biaya peralihan. Pengertian baku sistem pembiayaan dengan cara Build Operate Transfer BOT sampai saat ini belum ada. Hal ini antara lain disebabkan sistem pembiayaan dengan cara BOT adalah suatu sistem baru dalam membiayai pembangunan suatu proyek berskala besar pembangunan proyek infrastruktur. 39 Pembiayaan tersebut dilakukan baik oleh Pemerintah Indonesia, Badan Usaha Milik Negara ataupun pihak swasta untuk pengerjaan infrastruktur misalnya jalan tol, gedung perkantoran, jaringan telekomunikasi dan pembiayaan pembangunan proyek sarana dan prasarana lainnya. Adapula pihak swasta mengadakan perjanjian build, operate and transfer untuk membangun hotel, cottage maupun mall. Dalam pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur dengan sistem BOT, pemilik proyek baik itu pemerintah ataupun swasta memberikan kesempatan kepada investor untuk membangun proyek tersebut. Selanjutnya investor dalam jangka waktu tertentu akan diberikan hak ekslusif, yaitu suatu konsesi untuk mengelola dan mengambil manfaat ekonomi dari hasil pembangunan proyek tersebut, dengan maksud hasil pengelolaannya sebagai ganti biaya yang dikeluarkan untuk membangun proyek. 40 Pada akhir jangka waktu konsesi, investor menyerahkan hak pengelolaan dan kepemilikan proyek tersebut kepada pemilik lahan. Dalam “Laporan Akhir Pengkajian tentang Aspek Hukum Perjanjian Build, Operate and Transfer” merumuskan definisi perjanjian BOT sebagai berikut: 41 39 Andjar Pachta Wirana, Penelitian Tentang Aspek Hukum Perjanjian Build, Operate and Transfers BOT, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1995, cet 1, h. 6. 40 Andjar Pachta Wirana, Penelitian Tentang Aspek Hukum Perjanjian Build, Operate and Transfers BOT, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1995, cet 1, h. 6. 41 Departemen Kehakiman RI, Laporan Akhir Pengkajian Tentang Aspek Hukum Perjanjian Build Operate and Transfer, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1994, cet 1, h. 3.