Fisik dan Biofisik .1 Administrasi Kota Serang

21 3.2.6 Hidrologi Terdapat badan air alami dan buatan di kawasan Banten Lama. Badan air alami yaitu Sungai Cibanten yang berhulu di kaki gunung Pulosari dan bermuara di Teluk Banten. Sungai ini terbelah menjadi dua dan mengapit Kota Banten Lama. Selain menjadi sumber air, dahulu sungi ini merupakan jalur perairan utama untuk dapat mengakses ke dalam Kota Banten. Saat ini kondisi sungai bagian barat telah terjadi proses pengendapan dan menjadi daratan, sedangkan sungai bagian timur masih mengalir dan aktif sebagai jalur para nelayang. Badan air alami yang lain yaitu Teluk Banten, merupakan sebuah tempat yang pernah menjadikan Kota Banten sebagai pelabuhan internasional yang ramai. Badan air buatan, berupa parit mengelilingi Keraton Surosowan yang dahulu berfungsi untuk menghalau pergerakan dari luar keraton. Parit juga ditemukan di situs Keraton Kaibon. Sumber air parit ini diperkirakan berasal dari Sungai Cibanten. Badan air buatan yang lain adalah Danau Tasikardi, danau ini merupakan sumber air bersih untuk kebutuhan Keraton Surosowan yang saat ini sudah tidak digunakan lagi.

3.2.7 Visual

Visual pada kawasan situs sejarah Banten Lama terbentuk dari keberadaan situs sejarah dan kondisi alamnya. Visual yang terbentuk dari keberadaan situs sejarah berupa peninggalan-peninggalan dengan ciri khas yang kuat, contohnya adalah bangunan Menara Masjid Agung Banten Lama yang saat ini dijadikan ikon Provinsi Banten dan bangunan sejarah lainnya. Sedangkan visual dari kondisi alam sekitar Banten Lama dibentuk oleh hamparan lahan pertanian, kanal Pelabuhan Karangantu, perairan Teluk Banten, dan Gunung Karang Gambar 14. Pemandangan semakin terlihat jelas dari puncak menara Masjid Agung Banten. Dari menara ini dapat terlihat lanskap pertanian, lanskap pegunungan dan lanskap pantai yang mengitari kawasan Banten Lama, dari tempat ini pula dapat terlihat dengan jelas situs Keraton Surosowan secara keseluruhan. Begitupula jika kita berada di situs Keraton Surosowan dapat terlihat dengan jelas Menara Masjid Agung Banten Lama. a.Pohon Kelapa b.Flamboyan c. Petai Cina Cocos nucifera Delonix regia Leucaena leucocephala Gambar 13 Vegetasi di sekitar kawasan Banten Lama 22 3.2.8 Aksesbilitas dan Sirkulasi Aksesbilitas dalam mencapai kawasan Banten Lama dari dalam maupun luar kota dapat di tempuh dari beberapa jalur trasportasi menggunakan berbagai kendaraan seperti motor, mobil pribadi, kendaraan umum, dan kereta. Aksesbilitas dari luar kota dapat ditempuh seperti pada keterangan berikut : a. Arah barat Cilegon, Lampung dan sekitarnya dapat ditempuh melalui Jalan Arteri yaitu Jalan Raya Cilegon dan langsung dapat menuju Jalan Karangantu. Atau dapat ditempuh melalui jalan Tol dan keluar melalui pintu Tol Serang Timur untuk dilanjutkan ke Jalan Jendral Ahmad Yani dan langsung menuju Jalan Karangantu. Atau dapat menggunakan jasa Kereta Merak-Serang dan berhenti di Stasiun Karangantu lalu dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan umum ke Desa Banten. Gambar 14 Visual Banten Lama 23 b. Arah Selatan Rangkas dan Pandeglang dapat ditempuh melalui Jalan Raya Pandeglang, Jalan Jendral Ahmad Yani dan langsung dilanjutkan ke Jalan Karangantu. c. Arah Timur Jakarta dan Sekitarnya dapar ditempuh melalui Jalan Raya Jakarta, Jalan Jendral Ahmad Yani dan dilanjutkan ke Jalan Karangantu. Jalur lain yaitu melalui jalan Tol Tangerang-Merak, keluar di pintu Tol Serang Timur, dilanjutkan ke Jalan Jendral Ahmad Yani dan langsung menuju Jalan Karangantu. Jalur dengan menggunakan jasa Kereta Jurusan Jakarta-Merak dan turun di Stasiun Karangantu lalu dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan umum ke Desa Banten. d. Untuk jalur laut dari arah utara dapat berlabuh ke pelabuhan karangantu dan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan umum ke Desa Banten. Sirkulasi dalam kawasan situs sejarah Banten Lama Gambar 16 terdapat tiga kelas jalan yaitu, jalan lokal, jalan kolektor, dan jalan lingkungan. Diperkirakan beberapa jalur sirkulasi saat ini merupakan jalur sirkulasi sejarah yang terbentuk pada masa kesultanan, namun belum dapat ditentukan secara pasti keberadaannya. Sedangkan sirkulasi berupa badan air diantaranya adalah kanal timur Pelabuhan Karangantu yang masih digunakan hingga saat ini. Jalur sirkulasi perairan aktif digunakan oleh para nelayan dengan menggunakan sampan maupun perahu bermotor. Badan air lain berupa parit keraton yang terhubung dengan pintu pajak air terjadi pengendapan sehingga beberapa diantaranya tidak digunakan sebagai jalur sirkulasi. Jalur sirkulasi baru, berupa jalur kereta api yang dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda menghubungkan Pelabuhan Merak dengan Jakarta. Gambar 15 Peta aksesbilitas kawasan Banten Lama 24

3.2.9 Penutupan Lahan

Penutupan lahan atau land cover didominasi oleh pemukiman dan lahan pertanian yaitu persawahan, sedangkan sisanya berupa jalan, ruang terbuka berupa lapangan, ruang terbuka hijau dan area perairan berupa sungai, parit dan danau Gambar 17. Gambar 16 Peta sirkulasi situs Banten Lama Gambar 17 Peta penutupan lahan 25 3.3 Wisata 3.3.1 Objek Wisata Berdasarkan Peta Rencana Pola Ruang Kota Serang 2008-2028, kawasan situs arkeologi Banten Lama termasuk kedalam rencana kawasan cagar budaya Gambar 18. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 1990, kawasan Banten Lama telah dijadikan kawasan wisata budaya. Objek wisata yang terdapat di kawasan ini memiliki nilai sejarah perkembangan Kota Banten. Objek wisata tersebut berupa situs dan benda arkeologis seperti Situs Keraton Surosowan, Masjid Agung, dan objek lainnya Tabel 6 Gambar 19.

3.3.2 Fasilitas pendukung wisata

Ada beberapa fasilitas pendukung wisata yang disediakan oleh pemerintah, masyarakat maupun pedagang. Fasilitas yang disediakan oleh pemerintah berupa, museum, petunjuk jalan, gerbang utama masuk kawasan, jalan. papan peringatan dan papan media interpretasi. Sedangkan fasilitas lain untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang disediakan oleh warga maupun pedagang dalam kawasan berupa kantin, toko souvenir, dan toilet Gambar 20. Gambar 18 Peta RTRW Kota Serang. 26 Tabel 6 Daftar Objek Sejarah Kawasan Banten Lama Objek Tahun Pembuatan Deskripsi Kondisi saat ini Status Pengelola Kompleks Keraton Surosowan Didirikan pada tahun 1526 oleh Sultan Hasanuddin 1552-1570 Merupakan tempat tinggal para sultan dan menjadi pusat kerajaan. Dilakukan perluasan dan pembangunan benteng pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf 1570-1580. Perubahan benteng menjadi bastion disebut juga sebagai fort diamond pada masa pemerintahan Sultan Haji 1672-1687 oleh bantuan Hendrik Laurenzns Caedeel 1680-1681. Kehancuran pertama terjadi saat perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji pada tahun 1680. Kehancuran kedua saat Gubernur Belanda, Herman Daendels pada tahun 1813. Surosowan memiliki luas ± 4 hektar yang saat ini hanya berupa sisa-sisa pondasi, reruntuhan tembok keraton dan benteng. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Watu Gilang Artefak berbentuk persegi dengan panjang 190cm, lebar 121cm dan tebal 16,5cm, terbuat dari batu andesit yang berfungsi sebagai pentahbisan para sultan. Ada dua watu gilang yaitu watu gigilan sebagai singgasana Sultan Hasanuddin dan watu singayaksa yang menurut cerita adalah tempat bertapa Betara Guru Jampang. Watu Gigilang terdapat di alun- alun Keraton Surosowan dan Watu Singayaksa terdapat di sisi utara alun-alun. Namun keduanya dibiarkan tanpa ada perlakuan khusus. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Meriam Ki Amuk Digunakan untuk menghalau serangan yang dipasang di gerbang selatan. Disimpan dan dipagar di depan kawasan Museum Kepurbakalan Banten Lama BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Jembatan Rantai Telah ada dalam sketsa Cornellis de Houtman pada tahun 1596 Terletak sekitar 300m utara Keraton Surosowan. Diduga berfungsi seperti jembatan kota intan di Jakarta. Dalam Babad Banten disebutkan bahwa Sultan Maulana Yusuf membangun “pintu pajak” sebagai fasilitas kota. Masih bertahan sisa bangunan jembatan yang menjadi dua karena konstruksi jembatan yang terbuat dari kayu sudah tidak ada lagi. BCB Pemerintah Kota Serang Kompleks Masjid Agung Banten 1552 Masjid ini didirkan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin 1552- 1570 Kompleks Masjid Agung Banten terdiri dari : 1. Bangunan Masjid Agung: Bangunan ini berbentuk persegi dengan atap berbentuk limas 5 susun, serambi kanan. 2. Menara: Bangunan menara ini terbuat dari bata dengan tinggi 30 meter, dibangun oleh arsitek mongol, Cet Ban Cut pada masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. 3. Bangunan Tiyamah: Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang dibangun oleh Hendrik Lucazs Cardeel Pangeran Wiraguna dengan gaya arsitektur Belanda pada masa pemerintahan Sultan Haji 1651-1672 berfungsi sebagai tempat bermusyawarah masalah keagamaan dan sosial. 4.Komplek Makam: Merupakan makam sultan-sultan dan keluarganya, berada di serambi kanan dan serambi kiri dari bangunan masjid. Masjid agung lah yang saat ini masih digunakan karena fungsi sebagai tempat keagamaan dan aktifitas ziarah yang saat ini menjadi salah satu daya terik terbesar di kawasan ini. BCB Kenadziran 27 27 Objek Tahun Pembuatan Deskripsi Kondisi saat ini Status Pengelola Benteng Speelwijk 1685-1686 oleh Belanda Nama Speelwijk diambil dari nama gubernur VOC, Cornelis Janzs Speelman 1681-1684, Benteng ini di rancang oleh Hendric Lucas Cardeel. Ditinggalkan sekitar tahun 1811 pada masa pemerintahan Daendels. Tersisa hanya reruntuhan benteng, ruang-ruang bawah tanah dan dinding benteng. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Makam Belanda Kerkhof Tahun 1717 pada salah satu makam tertua. Salah satu makam terbesar merupakan makam Hugo Pieter Faure 1717-1763 dan yang lainnya makam Jacob Wits, Catharina Maria van Doorn, Maria Susana Acher. Masih terdapat bangunan makam. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Vihara Alokitesvara Pada masa pemerintahan Syarif Hidayatullah Berada sekitar 500m sebelah barat Masjid Agung. Didirikannya vihara ini merupakan sebuah kebijakan dari Syarif Hidayatulllah yang awalnya adalah tempat singgah rombongan Cina. Masih dalam keadaan lestari dan masih menjadi tempat peribadatan. BCB Yayasan Ummat Khong Hu Cu Masjid Pecinan Tinggi Pada masa Syarif Hidayatullah 1450- 1568 Masjid pertama yang dibangun oleh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati terletak di Desa Kasunyatan, Kabuaten Serang. Sisa-sisa pondasi bangunan yang terbuat dari bata dan batu karang. Sisa mihrab dan menara. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Keraton Kaibon Terletak di Kampung Kroya, sekitar 500m dari Keraton Surosowan. Keraton ini merupakan bekas kediaman Sultan Syaifuddin 1809- 1813, Sisa-sisa reruntuhan bangunan, pintu gerbang, dan parit. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang Tasikardi Dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf 1570-1580 Merupakan danau buatan dengan luas sekitar 6,5 ha, 2 km arah tenggara Keraton Surosowan, dibangun dengan menggunakan alas lapisan ubin bata dan berfungsi sebagai penampungan air yang digunakan untuk mengaliri sawah-sawah dan kebutuhan sehari-hari Keraton Surosowan. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat rekreasi keluarga sultan. Masih tersisa danau yang saat ini dijadikan tempat rekreasi umum dan dikelola oleh pihak swasta. BCB Pemerintah Kabupaten Serang dan Swasta Pangindelan Dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf 1570-1580 Bangunan air yang memiliki panjang 18,20m, lebar 5,64m, tinggi 3,45m, dan kedalaman 1m ini memiliki fungsi sebagai tempat pengendapan air dari Tasikardi ke Keraton Surosowan agar air menjadi jernih. Terdapat 3 pengindelan yaitu, Pangindelan Abang, Pangindelan Putih, dan Pangindelan Emas. Masih tersisa bangunan pangindelan ini dan salurannya namun sudah tidak berfungsi lagi. BCB Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang 28 28 Gambar 19 Peta persebaran objek sejarah Banten Lama