Analisis .1 Analisis Kesejarahan Sultan Haji – Abun Nasr ’Abdul Kahhar 1683-1687
34 Objek sejarah yang tersebar dilakukan skoring sesuai dengan kriteria.
Analisis nilai objek wisata sejarah dilakukan untuk mengetahui nilai objek sejarah sebagai potensi objek wisata sejarah perencanaan lanskap wisata sejarah Banten
Lama. Kriteria yang digunakan meliputi nilai sejarah, keunikan objek sejarah, keaslian objek sejarah, dan keutuhan objek sejarah Tabel 8.
Tabel 8 Skoring objek sejarah di kawasan sejarah Banten Lama
Hasil analisis tersebut dilakukan pengkelasan yang terbagi menjadi tiga kelas yaitu potensi tinggi skor 4-7, potensi sedang skor 8-10 dan potensi rendah
skor 11-12. Dari hasil analisis pengkelasan dapat dikatakan bahwa objek sejarah yang memiliki nilai tinggi yaitu, Kompleks Keraton Surosowan, Watu Gilang,
Meriam Ki-Amuk, Masjid Agung Banten, Benteng Speelwijk, Vihara Alokitesvara, Tasikardi dan Pengindelan memiliki potensi yang tinggi untuk
dijadikan objek utama pada masing-masing ruang wisata karena nilai dan keutuhan objek yang tinggi.
Nilai sedang yaitu, Jembatan Rantai, Menara Masjid Pecinan Tinggi, dan Keraton Kaibon memiliki potensi sedang untuk dijadikan objek wisata sejarah.
Meskipun keutuhan objek tersebut secara umum berkisar pada 30-80 namun masih dapat dilihat sisa bangunan dari peninggalan sejarah tersebut.
Nilai rendah yaitu, Pelabuhan Karangantu karena rendahnya keutuhan serta keaslian pada situs tersebut. Namun tetap menjadi potensi objek wisata sejarah
karena memiliki nilai sejarah yang tinggi sehingga diperlukan media untuk tetap dapat diinterpretasi sebagai bagian sejarah dari perkembangan kawasan sejarah
Banten Lama. Hasil skoring tersebut juga ditampilkan dalam bentuk spasial Gambar 29
Objek Sejarah Kriteria Penilaian
Total Skor
Kategori Ruang
I II
III IV
Kompleks Keraton Surosowan
3 2
2 2
9 A
Watu Gilang 3
2 3
3 11
A Meriam Ki Amuk
3 2
3 3
11 A
Jembatan Rantai 3
2 2
3 10
B Kompleks Masjid Agung
Banten 3
2 2
3 10
A Pelabuhan Karangantu
3 2
1 1
7 C
Benteng Speelwijk 3
2 2
2 9
A Makam Belanda Kerkhof
3 2
3 3
11 A
Vihara Alokitesvara 3
2 2
3 10
A Menara Masjid Pecinan
Tinggi 3
2 2
1 8
B Keraton Kaibon
3 2
2 2
9 B
Tasikardi 3
2 3
3 11
A Pangindelan
3 2
3 3
11 A
Keterangan: I : Nilai sejarah,
II : Keunikan objek sejarah, III : Keaslian objek sejarah,
IV: Keutuhan objek sejarah. A : Tinggi
B : Sedang C : Rendah
35
3.4.2 Analisis Fisik dan Biofisik Analisis fisik dan biofisik dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis
spasial. Analisis deskriptif berupa analisis potensi kendala dilakukan pada data topografi, iklim, vegetasi, hidrologi dan visual Tabel 9. Sedangkan analisis
spasial dilakukan pada data penutupan lahan Gambar 30 dan data sirkulasi Gambar 31 Tabel 10.
Analisis penutupan lahan diarahkan kepada posibilitas perubahan lahan yang akan digunakan untuk mendukung aspek wisata. Analisis dilakukan dengan
membagi penutupan lahan kedalam tiga kriteria. Pertama, potensi tinggi, penutupan lahan yang memiliki kemungkinan tinggi
dapat dijadikan area wisata berupa lahan terbuka, area persawahan dan area vegetasi. Kedua, potensi sedang, penutupan lahan yang memiliki kemungkinan
sedang untuk dijadikan area wisata berupa badan air. Ketiga potensi sedang, penutupan lahan yang kemungkinan rendah perubahannya digunakan sebagai area
wisata berupa lahan terbangun dan pemukiman.
Analisis tersebut menghasilkan menghasilkan tiga zona yang memiliki potensi perubahan penggunaan lahan sebagai area wisata, yaitu : potensi tinggi,
potensi sedang, dan potensi rendah Gambar 30. Semakin tinggi kemungkinan dapat dijadikan area wisata semakin tinggi pula potensinya.
Gambar 29 Peta hasil analisis nilai objek sejarah
36 Tabel 9 Analisis deskripsi
Aspek Fisik dan Biofisik
Analisis Sintesis
Potensi Kendala
Pemanfaatan Potensi Penyelesaian Kendala
Topografi Topografi yang cenderung
landai membuat semua objek relatif memiliki ketinggian
yang sama. Memberikan kemudahan
dalam perencanaan terutama jalur sirkulasi.
Memberikan kesan monoton dan berpotensi menimbulkan
genangan pada area yang lebih datar.
Membangun fasilitas menara pandang untuk mengakomodasi
aktifitas interpretasi pada area objek sejarahyang luas.
Membangun jalur sirkulasi yang dapat memberikan kesan
formal. Mengatasi kesan monoton
dengan menciptakan keragaman pada jenis vegetasi dan faslitas
wisata. Mengatasi genangan pada area
datar dengan membuat saluran drainase dan lubang-lubang
resapan air. Iklim
Hari hujan yang cukup pendek sekitar 6-15 hari dalam satu
bulan terjadi di pertengahan tahun Maret-November.
Intensitas hujan yang cukup tinggi di awal dan akhir
tahun. Suhu udara yang relatif panas
pada siang hari. Digunakan untuk melakukan
aktifitas wisata dengan merencanakan jalur wisata dan
interpretasi dengan alternatif durasi yang bervariasi.
Penggunaan material tahan air dan penggunaan beberapa
fasilitas yang dilengkapi dengan atap shelter.
Menggunakan vegetasi jenis penaung untuk menciptakan
ameliorasi iklim mikro. Vegetasi
Terdapat variasi jenis vegetasi dengan fungsi penaung dan
pengarah. Belum dapat diketahui
vegetasi yang memiliki nilai sejarah.
Menanaman vegetasi lokal sesuai fungsinya.
Menggunakan jenis vegetasi eksisting dan vegetasi lokal
dikawasan Banten Lama. Hidrologi
Terdapat badan air berupa : a.Danau Tasikardi,
b.Parit Keraton Surosowan, Kaibon dan Benteng
Speelwijk c.Kanal Pelabuhan Karangantu
Terjadi mendangkalan. Kualitas air belum teruji.
Pemanfaatan sebagai salah satu area wisata dan dapat digunakan
sebagai saluran drainase alami. Dilakukan pengerukan dan
penjagaan badan air dari proses pendangkalan.
Dilakukan uji kelayakan dan perbaikan kualitas air.
Sirkulasi dan Aksesbilitas
Aksesbilitas menuju kawasan relatif mudah.
Jalur sirkulasi eksisting relatif sudah terbentuk dalam
menghubungkan antar objek sejarah.
Sirkulasi belum terklasifikasikan sehingga
pejalan kaki masih bercampur dengan pengguna kendaraan.
Belum ada jalur wisata dan jalur interpretasi untuk
memudahkan wisatawan. Penambahan fasilitas penunjuk
arah agar lebih memudahkan wisatawan.
Jalur sirkulasi dapat diadaptasi kedalam perencanaan.
Pembuatan kelas jalan dengan peruntukan tertentu bagi pejalan
kaki dan kendaraan. Membentuk jalur wisata dan
jalur interpretasi. Visual
Terdapat visual alami dan buatan dengan kualitas baik.
Kualitas visual yang buruk disebabkan karena banyaknya
sampah dan kurang tertatanya kantin dan parkir dalam
kawasan Banten Lama. Penataan lanskap yang dapat
menonjolkan objek atau area yang memiliki kualitas visual
yang baik. Perbaikan kualitas lingkungan
dan penataan kantin dan parkir.
Analisis sirkulasi dilakukan berdasarkan pengamatan lapang didapatkan estimasi waktu dan jarak tempuh antara tiap objek sejarah Gambar 31.
Berdasarkan estimasi waktu dan jarak tempuh, didapatkan kombinasi waktu dan jarak tujuan wisata yang menghasilkan alternatif jalur wisata pada Tabel 10.
Gambar 30 Peta hasil analisis penutupan lahan
Gambar 31 Estimasi waktu dan jarak tempuh
38 Tabel 10 Alternatif jalur wisata
Alternatif Objek Wisata
Jalur Jarak
Waktu Tempuh Jalan kaki
Ken- daraan
Utama dan 1 Alternatif
A-B A-C
A-D A-E
• Jalur 1 • Jalur 3
• Jalur 5 • Jalur 6
1,5 km 2,1 km
1,7 km 2,6 km
18 mt 24 mt
20 mt 31 mt
3 mt 4 mt
3 mt 5 mt
Utama dan 2 Alternatif
A-B-C A-B-E
A-C-D A-D-E
• Jalur 1 + Jalur 2 • Jalur 1 + Jalur 6
• Jalur 3 + Jalur 4 • Jalur 5 + Jalur 7
3 km 4,1 km
3,7 km 4,2 km
36 mt 49 mt
43 mt 50 mt
6 mt 9 mt
6 mt 8 mt
Utama dan 3 Alternatif
A-B-C-D A-B-C-E
• Jalur 1 + Jalur 2 + Jalur 4 • Jalur 1 + Jalur 3 + Jalur 7
4,6 km 6,1 km
55 mt 1 jam 12 mt
8 mt 12 mt
Utama dan 4 alternatif A-B-C-D-E
• Jalur 1 + Jalur 2 + Jalur 4 + Jalur 7
7,1 km 1 jam 25 mt
13 mt
3.5 Sintesis Pada tahap sintesis, disusun konsep pelestarian dan konsep perencanaan
untuk membentuk rencana blok blokplan dengan pembagian ruang yang akan dikembangkan menjadi rencana lanskap wisata Banten Lama.