Lokasi dan Waktu Alat Penelitian

6 Tabel 2 Kriteria penilaian potensi daya tarik objek sejarah Kriteria Penilaian Skor 1 Kurang sesuai untuk area wisata sejarah 2 cukup sesuai untuk area wisata sejarah 3 sesuai untuk area wisata sejarah Nilai sejarah Mengandung elemen lanskap sejarah yang mendukung objek sejarah dan terkait dengan peristiwa sejarah Terdapat elemen lanskap sejarah yang bukan BCB dengan nilai sejarah dalam skala lokal Terdapat elemen lanskap sejarah yang merupakan BCB dan objek wisata sejarah dengan nilai sejarah dalam skala nasional dan internasional Keunikan objek sejarah Terdapat objek sejarah dengan nilai keunikan lokal Terdapat objek sejarah dengan nilai keunikan nasional Terdapat objek sejarah dengan keunikan internasional Keaslian objek sejarah Terdapat objek sejarah yang memiliki keaslian kurang dari 30 Terdapat objek sejarah dengan tingkat keaslian 30-80 Terdapat objek sejarah dengan tingkat keaslian lebih dari 80 Keutuhan objek sejarah Objek sejarah yang memiliki keutuhan kurang dari 30 Objek sejarah yang memiliki keutuhan antara 30-80 Objek sejarah yang memiliki keutuhan lebih dari 80 Sumber : Nurisjah dan Pramukanto, 2001 4. Sintesis : tahap ini akan menjawab analisis sehingga dapat zonasi untuk aspek kesejarahan dan aspek kesesuaian untuk wisata. Pada tahap ini juga disusun konsep pelestarian dan konsep perencanaan sebagai dasar pembentukan rencana blok yang akan dikembangkan pada tahap selanjutnya. 5. Perencanaan : pada tahap ini dilakukan perencanaan sesuai dengan sintesis yang akan memberikan hasil akhir berupa perencanaan lanskap wisata sejarah berbasis pada pelestarian lanskap sejarah. 7 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kesejarahan 3.1.1 Sejarah Banten Lama 3.1.1.1 Banten sebelum masuknya Islam Banten Lama mencapai kejayaan pada abad XIX memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Setelah jatuhnya Kerajaan Jawa oleh Sriwijaya, di tanah bekas Kerajaan Tarumanagara yang pernah ada hingga akhir abad ke-5, berdiri sebuah kerajaan bernama Sunda dengan ibu kota yaitu Banten Girang yang tunduk dibawah kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 932M Gulliot, 2008. Penguasaan Sriwijaya terhadap Sunda-Banten berlangsung hingga penghujung abad ke-12. Pada kurun waktu tersebut Banten Girang mengalami kemakmuran yang ditandai dengan pertumbuhan impor keramik cina selama abad ke-11 hingga abad ke-12. Banten girang memiliki sebuah pelabuhan di sebelah utara dengan jarak sekitar 13 km ke utara Gambar 4 yang ramai didatangi oleh pedagang asing. Secara geografis jalur yang digunakan untuk menghubungkan Banten Girang dengan pelabuhannya melalui jalur air yaitu Sungai Cibanten dan jalur darat melalui Kelapa Dua. Perseteruan antara Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Jawa mengakibatkan daerah perbatasan seperti Banten Girang menjadi daerah yang jarang tersentuh oleh kebijakan pada saat salah satu dari kerajaan tersebut menguasai Banten Girang sehingga kondisi ini dimanfaatkan oleh Banten Girang untuk mengembangkan negerinya secara mandiri. 3.1.1.2 Masuknya Islam ke Banten Menjelang Kerajaan Sunda berakhir pada tahun 1579, pangeran Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam dari Cirebon ke Banten. Syarif Hidayatullah beserta pasukan dari Kerajaan Demak, tiba di Banten pada Gambar 4 Sungai Cibanten, penghubung Banten Girang dengan laut Sumber : Lubis, 2004