Sultan Ageng Tirtayasa – Abul Fath’ Abdul Fattah 1651-1683

13 Peristiwa tersebut juga mengakibatkan hancurnya Keraton Surosowan yang pertama. Namun dibangun kembali oleh Sultan Haji dengan bantuan arsitek Belanda Lucas Cardeel, pada masa Sultan Haji inilah dibangun benteng Belanda Speelwijk untuk meningkatkan kontrol Belanda terhadap Banten pada tahun 1685- 1686 di bagian barat laut kota seperti pada peta oleh Serruier Gambar 7. 7. Kesultanan setelah Sultan Haji Michrob dan Chudari 2011 menjelaskan bahwa kepemerintahan setelah sultan Haji dipegang oleh anak pertamanya yaitu Abudul Fadhl 1687-1690, namun kepemerintahannya hanya berlangsung 3 tahun dan Sultan Abudul Fadhl meninggal karena sakit. Setelah itu digantikan oleh adiknya, Sultan Zainul Abidin 1690-1733 lalu digantikan oleh putra keduanya, Sultan Shifa Zainul Arifin 1733-1750. Perjanjian-perjanjian yang dilakukan dengan Belanda semakin menurunkan kekuasaan sultan terhadap negerinya. Status sultan menjadi seperti pegawai yang harus menjual hasil pertanian kepada Belanda dengan harga yang rendah. Kekuasan sultan-sultan tersebut semakin berkurang hingga pada tahun 1816, kesultana Banten dihapuskan oleh Belanda atas perintah Daendels. Periode sultan selanjutnya diteruskan oleh sultan-sultan setelah Sultan Shifa Zainul Arifin. a. Sultan Syarifuddin Ratu Wakil 1750-1752 b. Sultan Muhammad Wasi‟ Zainul „Alimin 1752-1753 c. Sultan Muhammad „Arif Zainul Asyikin 1753-1773 d. Sultan „Abul Mafakhir Aliyuddin 1773-1799 e. Sultan Muhyiddin Zainussolihin 1799-1801 f. Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin 1801-1802 g. Sultan Wakil Pangeran Natawijaya 1802-1803 h. Sultan Agilludin Aliyuddin II 1803-1808 i. Sultan Wakil Pangeran Suramanggala 1808-1809 j. Sultan Muhammad Syafiuddin 1809-1813 k. Sultan Muhammad Rafiuddin 1813-1820 Pada masa setelah Sultan Haji, terjadi penghancuran Kota Banten yang kedua dari yang dilakukan oleh Belanda diatas pimpinan Daendels pada tahun 1808 dan berlangsung hingga tahun 1832. Peristiwa penghancuran keraton dan dinding pertahanan hanyan meninggalkan pondasi dan sisa-sisa bangunan karena bahan bangunan yang lain digunakan untuk mendukung pembangunan Belanda di Kota Serang saat ini Permana, 2003.

3.1.2 Perkembangan Lanskap Kawasan Banten Lama

Perubahan penutupan lahan pada kawasan sejarah Banten Lama terjadi secara bertahap dibawah pengaruh kebijakan kesultanan saat itu. Berdasarkan Athie 2000 perkembangan lanskap sejarah kawasan Banten Lama terbagi menjadi delapan tahap dengan perkembangan pola dan fasilitas kota Gambar 8. Pola perkembangan lanskap sejarah Banten Lama membentuk komponen kota yang lengkap dan jelas tergambar pada abad ke-17 sekitar tahun 1672-1700 Gambar 8E. Pada masa itu merupakan masa kejayaan Banten dibawah kepemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa serta adanya pendatang asing asal Belanda yang mencatat pola tata kota dalam bentuk sketsa. 14 Gambar 8 Skema perkembangan lanskap sejarah kawasan Banten Lama Sumber : Ratu Athie, 2000

3.1.3 Elemen Pembentuk Kawasan Banten Lama

Pembentukan Kota Banten Lama terjadi secara bertahap hingga tercipta lanskap dengan karakter berbeda dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Elemen sejarah pembentuk kawasan Banten Lama berada dalam dua area yaitu :

3.1.3.1 Kota Inti Banten Lama Kota dalam Benteng

Kebijakan-kebijakan untuk mengatur tata ruang kota telah dibentuk sejak pemerintahan Hassanudin dan diperkuat lagi dalam masa pemerintahan Maulana Yusuf. Berbagai informasi tentang perkembangan Kota Banten Lama ini terekam dalam catatan perjalanan para pelayar dari mancanegara. Salah satunya adalah catatan Cornelis de Houtman yang memperlihatkan sketsa kota dengan bentengnya yang berbentuk zig-zag Gambar 9. Elemen kota ini terdiri dari Keraton Surosowan sebagai bangunan kepemerintahan, Masjid Agung Banten sebagai pusat keagamaan, jembatan rantai sebagai gerbang pajak, alun-alun kota, pemukiman dan pasar sebagai tempat aktifitas sosial. Kota inti ini dikenal dengan sebutan kota dalam benteng karena adanya dinding pertahanan yang mengelilingi kota yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf 1570-1580. Pemukiman di dalam benteng terbagi kedalam beberapa kampung yang dijaga oleh seorang bangsawan dan masing-masing kampung terdapat pintu penjagaan yang saat ini dikenal dengan gardu dan ronda Guillot, 2008. Elemen lain berupa bangunan militer yaitu Benteng Speelwijk yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Haji, dan elemen berupa artefak yaitu meriam Ki- Amuk dan Watu Gilang sebagai tempat pentasbihan para sultan. Gambar 9 Peta Banten tahun 1596 Sumber: Royal Tropical Institute