sampai  satu  jam  dibandingkan  pada  ibu  hamil  yang  rileks  menjelang  persalinan. Selain  itu  rasa  takut  juga  akan  membuat  proses  persalinan  menjadi  tidak  normal,
sehingga  persalinan  harus  dilakukan  dengan  menggunakan  bantuan  alat  atau persalinan bisa mengarah ke bedah Caesar Bidanku, 2012.
Akibat  lama  persalinan  pada  ibu  dapat  menyebabkan  robekan  pada  rahim, kematian  pada  ibu  yang  diakibatkan  perdarahan  dan  infeksi.  Sedangkan  pada  janin
persalinan  lama  dapat  menyebabkan  denyut  jantung  janin  menjadi  lebih  cepat  dan tidak teratur, air ketuban bercampur dengan mekonium berwarna kehijau-hijauan dan
berbau, terjadi kaput succedaneum yang lebih besar, moulage kepala yang hebat dan bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan Saifuddin, 2010.
2.1.6 Faktor – faktor yang Memengaruhi Lama Persalinan
Proses persalinan merupakan proses mekanisme yang melibatkan 5 faktor, yaitu jalan  lahir,  kekuatan  yang  mendorong  his,  mengejan,  janin  yang  didorong,  psikis
ibu  dan  penolong  persalinan.  Dari  kelima  komponen  tersebut  hanya  kekuatan  his yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan
Johariyah, 2012. Faktor-faktor  yang  memengaruhi  lama  persalinan  menurut  Mochtar  2006
adalah sebagai berikut :
1. Power
His kontraksi ritmis otot polos rahim, kekuatan mengejan ibu, kontraksi rahim berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap kontraksi
Universitas Sumatera Utara
rahim  memiliki  3  fase  yaitu  increment  ketika  intensitasnya  terbentuk,  acme puncakmaksimum decement ketika relaksasi
Kontraksi  rahim  terjadi  karena  adanya  penimbunan  dan  peningkatan  kalsium pada retikulum endoplasma yang bergantung pada Adenosina Triphosphat ATP dan
sebaliknya  E
2
dan  F
2
α  mencegah  penimbunan  dan  pengikatan  oleh  ATP  pada retikulum  endoplasma  RE,  RE  membebaskan  kalsium  kedalam  intra  seluler  dan
menyebabkan  kontraksi  miofibril.  Setelah  miofibril  berkontraksi,  kalsium  kembali lagi  ke  RE  sehingga  kadar  kalsium  intraseluler  akan  berkurang  dan  menyebabkan
relaksasi miofibril. Peregangan  serviks  oleh  kepala  janin  akhirnya  menjadi  cukup  kuat  untuk
menimbulkan  refleksi  yang  meningkatkan  daya  kontraksi  korpus  rahim  dan  akan mendorong  janin  maju  sampai  janin  dikeluarkan.  Ini  sebagai  umpan  balik  positif,
kepala  janin  meregang  serviks,  regangan  serviks  merangsang  kontraksi  fundus, kontraksi  fundus  mendorong  bayi  ke  bawah  dan  meregangkan  serviks  lebih  lanjut,
siklus  ini  berlangsung  terus  menerus.  Kontraksi  rahim  bersifat  otonom  artinya  tidak dapat  dikendalikan  oleh  ibu,  sedangkan  saraf  simpatis  dan  parasimpatis    hanya
bersifat koordinatif. a
Kekuatan his kala I Manuaba, 2010 : 1
Kontraksi bersifat simetris. 2
Fundal dominan fundus uteri berkontraksi lebih dulu. 3
Involunter artinya tidak dapat diatur oleh ibu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
4 Kekuatan  makin  besar  dan  pada  kala  pengeluaran  diikuti  dengan  reflek
mengejan. 5
Diikuti  retraksi  dimana  rongga  rahim  mengecil  dan  anak  berangsur  didorong kesegmen bawah rahim.
6 Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan dapat
menjalar kearah paha. Akhir kala I ditandai dengan pembukaan lengkap, ketuban pecah, dan dapat disertai refleks mengejan.
b Kekuatan his kala II.
Kekuatan his pada akhir kala I atau permulaan kala II mempunyai amplitude 60 mmHg,  interval  3-4  menit,  durasi  berkisar  60-90  detik.  Kekuatan  his
menimbulkan  putaran  paksi  dalam,  penurunan  kepala  atau  bagian  terendah menekan  serviks  dimana  terdapat  fleksus  frankenhauser  sehingga  terjadi  reflek
mengejan.  Kekuatan  his  dan  reflek  mengejan  menimbulkan  ekspulsi  kepala sehingga  berturut-turut  lahir  ubun-ubun  besar,  dahi,  mata  hidung,  mulut,  dagu
dan lahirlah seluruh tubuh bayi. c
Kekuatan his kala III. Setelah istirahat sekitar 8-10 menit, his berkontraksi untuk melepaskan plasenta
dari insersinya. d
Kekuatan his kala IV. Setelah  plasenta  lahir,  kontraksi  rahim  tetap  kuat  dengan  amplitude  60-80
mmHg,  kekuatan  kontraksi  ini  tidak  diikuti  oleh  interval  pembuluh  darah tertutup  rapat  dan  terjadilah  kesempatan  membentuk  thrombus.  Melalui
Universitas Sumatera Utara
kontraksi yang kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian pengeluaran darah post partum.
2. Passage atau Jalan Lahir