Penolong adalah faktor yang sangat memengaruhi terjadinya kematian ibu adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Tahun 2006, cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76, artinya masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi dengan cara
tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi Yanti, 2010. Sedangkan dari kelima faktor tersebut, peran hypnobirthing termasuk pada
psikis ibu. Dimana hypnobirthing memberi sugesti agar ibu lebih rileks dalam menjalani persalinan. Relaksasi ini bisa mengendurkan otot-otot dasar panggul
sehingga proses janin keluar menjadi tidak terhambat. Dengan kondisi rileks ibu dapat mengendalikan rasa nyeri dan kemampuan olah nafas perut, menyebabkan ibu
menjadi memiliki cukup energi untuk mengejan dan melakukan proses persalinan. Persalinan dengan hypnobirthing rata-rata memerlukan waktu 2,5 jam dimana
persalinan menjadi lebih cepat dan lancar Kuswandi, 2013.
2.2 Nyeri Persalinan
2.2.1 Defenisi Nyeri Persalinan
Nyeri persalinan merupakan sensasi atau perasaan yang tidak menyenangkan akibat stimulasi saraf sensorik. Nyeri persalinan terdiri atas dua komponen yaitu
komponen fisiologis dan komponen psikologis. Komponen fisiologis merupakan proses penerimaan impuls oleh saraf sensorik dan menyalurkan impuls tersebut
menuju saraf pusat. Sementara komponen psikologis meliputi rekognisi sensasi,
interpretasi rasa nyeri dan reaksi terhadap hasil interpretasi nyeri tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Rasa nyeri persalinan bersifat personal, setiap orang mempersepsikan rasa nyeri yang berbeda terhadap stimulus yang sama tergantung pada ambang nyeri yang
dimilikinya. Nyeri persalinan berbeda dari nyeri pada umumnya, hal terebut
dikarenakan :
1. Nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal, sedangkan nyeri
yang lain pada umumnya mengindikasikan adanya injuri atau penyakit. 2.
Seorang ibu dapat mengetahui bahwa ia akan mengalami nyeri pada saat persalinan sehingga nyeri tersebut dapat diantisipasi.
3. Pengetahuan yang cukup tentang proses persalinan akan membantu seorang ibu
untuk mengatasi nyeri pesalinan yang bersifat intermitten sementara. Nyeri persalinan tersebut dapat berakhir setelah kelahiran bayi.
4. Konsentrasi ibu yang tertuju pada bayi dapat menjadikan motivasi bagi ibu untuk
lebih toleran terhadap rasa sakit yang dirasakan saat persalinan. Rasa nyeri yang dirasakan seseorang merupakan akibat respon fisik dan refleks
fisik. Persepsi nyeri pada setiap orang akan berbeda karena setiap orang memiliki perbedaan budaya, koping mekanisme yang digunakan, tingkat pengetahuan dan
sebagainya.
2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Nyeri Persalinan
Ada beberapa faktor yang memengaruhi persepsi nyeri persalinan menurut Sherwen,dkk 1999, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Umur dan Paritas
Serviks pada wanita multipara mengalami perlunakan sebelum masuk dalam persalinan, namun tidak demikian halnya dengan serviks wanita primipara yang
menyebabkan nyeri pada primipara lebih berat daripada multipara. Intensitas kontraksi uterus yang dirasakan pada primipara lebih besar daripada multipara,
terutama pada akhir kala I dan permulaan kala II persalinan. Wanita dengan usia muda mengalami nyeri tidak berat seperti yang dirasakan pada wanita dengan usia
yang lebih tua. 2. Ras, Budaya dan Etnik
Berbagai data menyebutkan bahwa ras, budaya dan etnik berpengaruh terhadap cara orang mengekspresikan rasa nyeri pada saat persalinan. Ekspresi nyeri tersebut
berdasarkan perilaku lingkungan disekitarnya. Pengkajian yang akurat tentang kemajuan persalinannya dan tingkat toleransi terhadap nyeri ibu membantu penolong
persalinan dalam menentukan kemungkinan komplikasi persalinan sebagai dampak
dari suatu kebiasaan atau kultural tertentu. 3. Mekanisme Koping
Setiap manusia mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi stress akibat nyeri yang dialaminya. Namun ketika nyeri menjadi sesuatu yang mengancam
integritas individu maka akan sulit bagi individu tersebut untuk mengontrol rasa nyerinya. Dalam hal ini, peran bidan adalah mengobservasi bagaimana ibu dapat
menurunkan rasa nyerinya dan mengkaji efektivitas metode yang digunakannya.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi bidan untuk memberikan alternative metode penanganan nyeri yang familiar bagi ibu.
4. Metode Relaksasi yang Digunakan
Apabila seseorang ibu yang bersalin mampu melakukan relaksasi selama kontraksi, maka ibu tersebut akan merasakan kenyamanan selama proses
persalinannya. Penggunaan teknik relaksasi yang benar akan meningkatkan kemampuan ibu dalam mengontrol rasa nyerinya, menurunkan rasa cemas,
menurunkan kadar katekolamin, menstimulasi aliran darah menuju uterus dan menurunkan ketegangan otot. Teknik relaksasi yang digunakan dapat berupa teknik
pernapasan saat kontraksi atau menggunakan teknik relaksasi mendalam seperti hypnobirthing.
5. Cemas dan Takut
Kecemasan ringan dan sedang sebenarnya akan berefek positif terhadap ibu bersalin sehingga dapat meningkatkan perhatiannya terhadap proses kehamilan dan
persalinannya sekaligus dapat meningkatkan pengetahuannya tentang proses yang akan dialaminya. Akan tetapi pada kecemasan berat akan menyebabkan ketidak
mampuan ibu untuk menoleransi nyeri persalinan yang dialaminya. Cemas dan takut menyebabkan peningkatan tegangan otot dan gangguan aliran
darah menuju otak dan otot. Hal tersebut menyebabkan tegangan pada otot pelvis, kontraksi uterus yang terganggu dan hilangnya tenaga pendorong ibu selama kala II
persalinan. Ketegangan yang lama akan menyebabkan kelelahan pada ibu dan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan persepsi nyeri serta menurunkan kemampuan ibu untuk mengontrol rasa nyerinya.
6. Kelelahan
Ibu bersalin yang kelelahan tidak akan mampu menoleransi rasa nyeri dan tidak mampu menggunakan koping untuk mengatasinya karena ibu tidak dapat fokus akibat
dari relaksasi yang diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri tersebut. Kelelahan juga menyebabkan ibu merasa tersiksa oleh kontraksi sehingga tidak dapat mengontrol
keinginannya untuk meneran. Pada akhir kehamilan, kelelahan lebih banyak disebabkan oleh gangguan istirahat dan kurang tidur, kurangnya cairan dan kalori
yang dikonsumsi, serta ketidak mampuan ibu dalam mengelola energinya saat persalinan. Kadangkala ibu memerlukan medikasi untuk memfasilitasi istirahat ibu
antara lain hipnotis dan akupressur. Selain metode tersebut, perlu diperhatikan juga intake cairan dan kalori ibu serta perubahan posisi untuk mengurangi kelelahan pada
ibu. 7. Lama Persalinan
Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami stress dan kelelahan lebih lama sehingga rasa nyeri akan meningkat. Lamanya waktu persalinan bisa disebabkan
oleh bayi yang besar atau kelainan pada pelvis yang mengakibatkan rasa nyeri dan
kelelahan yang semakin meningkat seiring dengan lamanya proses persalinan.
Waktu persalinan bervariasi pada setiap orang. Semakin lama waktu persalinan, akan menyebabkan kelelahan juga akan semakin lama serta meningkatkan kecemasan
dan rasa nyeri pada ibu bersalin.
Universitas Sumatera Utara
8. Posisi Maternal dan Fetal
Posisi supinasi pada ibu bersalin menyebabkan rasa tidak nyaman pada ibu, kontraksi uterus yang tidak efektif dan menyebabkan sindrom hipotensi supinasi.
Sindrom tersebut disebabkan oleh penekanan uterus dan fetus pada vena cava inferior dan aorta abdomen yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen pada bayi. Dengan
demikian, perlu adanya ambulasi pada ibu bersalin untuk mengurangi kelelahan dan menurunkan persepsi nyeri.
Posisi oksiput posterior pada bayi menyebabkan penekanan oksiput bayi pada area sacrum ibu di setiap kontraksi yang mengakibatkan nyeri pada daerah punggung
ibu, dimana nyeri tersebut tidak hilang pada saat bebas kontraksi. Posisi oksiput posterior bayi menyebabkan persalinan lama, sedangkan nyeri punggung ibu dapat
menurun apabila bayi dapat melakukan rotasi menjadi posisi oksiput anterior dan proses persalinan mengalami kemajuan.
Menurut Batbual 2010 stress pada ibu bersalin menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi glukosa tubuh yang menyebabkan kelelahan dan sekresi
katekolamin yang menghambat kontraksi uterus. Peningkatan katekolamin menyebabkan beralihnya aliran darah dari rahim dan plasenta dan organ-organ lain
yang tidak penting untuk penyelamatan segera ke organ-organ yang penting dalam reaksi melawan atau menghindar, seperti jantung, paru-paru, otak dan otot rangka.
Hal tersebut menyebabkan penurunan aliran darah ke rahim dan plasenta, memperlambat kontraksi rahim dan mengurangi pasokan oksigen ke janin sehingga
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan persalinan lama, cemas pada ibu, peningkatan nyeri dan stress berkepanjangan.
Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan
darah, denyut jantung, pernafasan dan apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress Bobak, 2005.
2.2.3 Tahapan Nyeri Persalinan
Menurut Bobak 2005 rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh tiga hal yaitu :
Tahap pertama persalinan, kontraksi rahim menyebabkan: 1 Dilatasi dan penipisan serviks
2 Iskemia rahim penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit akibat kontraksi arteri miometrium. Implus rasa nyeri tahap pertama persalinan
ditransmisi melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf sensori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus
dan serviks. Rasa tidak nyaman akibat perubahan serviks dan iskemia rahim ialah nyeri
viseral. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama
kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi Bobak, 2005. Tahap Kedua Persalinan, saat pengeluaran bayi ibu mengalami nyeri somatik
atau nyeri pada perineum. Rasa tidak nyaman pada perineum ini timbul akibat
Universitas Sumatera Utara
peregangan jaringan perineum supaya janin dapat melewati bagian ini, juga akibat tarikan peritoneum dan topangan uteroservikal saat kontraksi. Rasa nyeri juga dapat
diakibatkan pengeluaran janin menggunakan forsep atau tekanan pada bagian terendah janin, yakni kandung kemih, usus, atau struktur sensitif panggul yang lain.
Implus nyeri pada tahap kedua persalinan dihantar melalui S1-4 dan sistem parasimpatis jaringan perineum. Nyeri yang dialami pada persalinan tahap ketiga
ialah nyeri rahim, yang mirip dengan nyeri yang dialami pada awal tahap pertama persalinan Bobak, 2005.
Nyeri dapat berupa nyeri lokal disertai kram dan sensasi robekan akibat distensi dan laserasi serviks, vagina, atau jaringan perineum. Rasa tidak nyaman sering
digambarkan sebagai sensasi nyeri terbakar yang dirasakan saat jaringan meregang. Nyeri juga dapat beralih sehingga dapat dirasakan di punggung, dipinggang, dan
dipaha Bobak, 2005.
2.2.4 Lama Nyeri Persalinan
Nyeri selama persalinan dirasakan selama kala pembukaan dan makin hebat dalam kala pengeluaran. Pada ibu yang baru pertama kali bersalin, kala pembukaan
berlangsung kira-kira 13 jam dan kala pengeluaran kira-kira 1 ½ jam. Pada wanita yang pernah melahirkan kala pembukaan berlangsung lebih singkat yaitu sekitar 7
jam dan kala pengeluaran sekitar 12 jam Maya, 2010.
2.2.5 Penilaian dan Pengukuran Nyeri
Kualitas nyeri dapat dinilai sederhana yang meminta pasien menjelaskan nyeri dengan kata-kata mereka sendiri misalnya tumpul, berdenyut, seperti terbakar.
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi ini juga dapat didekati dengan menggunakan penelitian yang lebih formal, seperti kuesioner nyeri MC bill, yang merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk menilai nyeri. Kuesioner ini mengukur dimensi fisiologik dan psikologik nyeri yang dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama klien menandai lokasi nyeri
disebuah gambar tubuh manusia. Pada bagian kedua klien memilih 20 kata yang menjelaskan kualitas sensorik, afektif, evaluatif, dan kualitas lain dari nyeri. Pada
bagian ketiga klien memilih kata seperti singkat, berirama atau menetap untuk menetap untuk menjalaskan pola nyeri. Pada bagian keempat klien menentukan
tingkatan nyeri pada suatu skala 0 sampai 5 Price, 2005. Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri
klien :
a. Face Pain Rating Scale