BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Intensitas Nyeri pada Ibu Bersalin Primipara dan Multipara
Hasil penelitian pada distribusi frekuensi intensitas nyeri menunjukkan bahwa pada ibu bersalin primipara lebih banyak ibu yang mengalami intensitas nyeri agak
mengganggu sampai sangat mengganggu yaitu sebanyak 16 orang 59,3, sedangkan pada ibu bersalin multipara lebih banyak yang mengalami intensitas nyeri
agak mengganggu sampai sangat mengganggu yaitu sebanyak 11 orang 47,8. Pengalaman rasa nyeri berbeda antara satu wanita dengan wanita yang lain,
demikian pula antara persalinan pertama dan persalinan berikutnya pada wanita yang sama ataupun pada wanita yang berbeda. Dengan semakin dekatnya jadwal
persalinan terutama pada persalinan pertama, maka timbul perasaan cemas ataupun takut. Meskipun ibu sangat menantikan kelahiran sang bayi, di sisi lain timbul
kekhawatiran apakah ibu bisa menjalani persalinan tanpa suatu halangan tertentu. Salah satu kecemasan para ibu dalam menghadapi proses persalinan adalah ketakutan
terhadap rasa nyeri, apalagi pada ibu yang belum pernah melahirkan sebelumnya. Untuk persalinan pertama timbulnya kecemasan ini sangat wajar karena segala
sesuatunya adalah pengalaman baru yang akan dirasakan ibu. Hal ini sesuai dengan penelitian Hariani 2012, yang menyatakan bahwa
paritas berhubungan secara signifikan terhadap nyeri persalinan di BPM Ny. Laila, karena nilai probabilitas menunjukkan 0,0000,05. Hal ini disebabkan karena adanya
Universitas Sumatera Utara
faktor yang memengaruhi rasa nyeri pada persalinan antara lain intensitas nyeri dan lamanya kontraksi rahim, regangan jalan lahir bagian bawah, umur dan banyaknya
persalinan yang dialami oleh ibu. Hal ini juga didukung dari beberapa penelitian yang diambil, diantaranya
penelitian Marpaung 2011, menyatakan bahwa ibu bersalin primipara mengalami nyeri berat sebanyak 54 dan mengalami nyeri ringan sebanyak 46. Penelitian
Munawaroh 2009, menyatakan bahwa pada ibu multipara mengalami nyeri berat sebanyak 37 dan mengalami nyeri ringan sebanyak 63. Penelitian Purwati
2007, menyatakan ibu primipara dalam merespon nyeri menjelang persalinan di RB dan Klinik 24 Jam Pucong Anom Semarang menunjukkan intensitas nyeri berat 40,
nyeri sedang 53, nyeri ringan 6,7. Pada ibu bersalin, nyeri yang dirasakan dibagian perut, pinggang, punggung
dan menjalar ketulang belakang. Ibu merasakan sesak nafas saat persalinan dan menghindari berbicara dengan orang lain ketika proses persalinan. Oleh karena rasa
nyeri yang hebat menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis pada tubuh ibu seperti tekanan darah menjadi naik, denyut jantung meningkat, laju pernafasan
meningkat, kehilangan banyak cairan tubuh dan kelelahan yang sangat berat. Hal inilah yang dapat memperburuk kondisi ibu saat bersalin, sehingga proses persalinan
menjadi lebih lama. Menurut Judha 2012, tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan intensitas
nyeri yang dipersepsikan oleh ibu saat proses persalinan. Intensitas rasa nyeri persalinan bisa ditentukan dengan cara menanyakan tingkatan intensitas atau
Universitas Sumatera Utara
merujuk pada skala nyeri. Emosi pada ibu bersalin dapat meningkatkan stres atau rasa takut ibu, yang secara fisiologis dapat meningkatkan kontraksi uterus sehingga
meningkatkan nyeri yang dirasakan. Saat ibu dalam kondisi inpartu mengalami stres, maka tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga secara dari stres tersebut
merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu hormon katekolamin dan hormon adrenalin. Katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat
persalinan, jika ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, berbagai respon tubuh yang muncul antara lain uterus menjadi semakin tegang
sehingga aliran darah dan oksigen ke dalam otot-otot terus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tidak tertahankan.
Yanti 2010 mengatakan primipara lebih merasakan nyeri pada awal persalinan kala I daripada multipara. Primipara cenderung lebih banyak mengalami
kecemasan hingga menimbulkan ketegangan dan ketakutan. Kecemasan, kelelahan, kehabisan tenaga dan kekhawatiran ibu seluruhnya menyatu sehingga dapat
memperberat nyeri fisik yang sudah ada. Begitu nyeri persepsi semakin intens, kecemasan ibu meningkat semakin berat, sehingga terjadi siklus nyeri-stres-nyeri dan
seterusnya sehingga ibu bersalin tidak mampu lagi bertahan. Faktor lain yang dapat memengaruhi persepsi nyeri persalinan antara lain adalah umur, pendidikan, sosial
ekonomi, paritas, ukuran bayi maupun presentasi dan sebagainya. Tingkat nyeri selama persalinan meningkat jika wanita tersebut gelisah dan takut serta pengetahuan
tentang proses persalinan sedikit.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pengaruh Hypnobirthing terhadap Lama Persalinan Primipara