Hal berbeda terjadi pada bambu ampel yang memilki BJ cenderung menurun dari bagian pangkal ke ujung. Sedangkan pada buku bambu ampel
memiliki BJ yang lebih besar dibandingkan ruasnya. Jika dikaitkan dengan proporsi luas vaskuler, BJ bambu ampel memiliki pola yang berbeda dengan
proporsi luas vaskuler. Pada bambu ampel, mengalami penurunan dari bagian pangkal ke bagian ujung. Sedangkan proporsi luas vaskuler mengalami
peningkatan dari bagian pangkal ke bagian ujung. Hal yang sama juga terlihat pada perbadingan BJ antara bagian buku dan bagian ruas. Pada bagian buku
bambu ampel memiliki BJ yang lebih besar dibandingkan ruasnya. Hal ini diduga disebabkan oleh kandungan zat ekstaktif bambu ampel mengalami penurunan dari
pangkal ke ujung. Zat ekstraktif bambu ampel pada pangkal dan buku diduga lebih besar dibandingkan tengah dan ujung, serta ruas. Sehingga menyebabkan BJ
bagian pangkal lebih besar dibandingkan bagian tengah dan ujung, serta BJ bagian buku lebih besar dibandingkan bagian ruas. Perbedaan besarnya kerapatan pada
masing-masing bagian dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Kerapatan bambu tali dan ampel pada bagian pangkal, tengah, dan ujung.
Berdasarkan Gambar 20, besar kerapatan bambu tali dan ampel memiliki pola yang sama dengan BJ-nya. Menurut Dransfield dan Widjaja 1995, susunan
serat pada ruas memiliki kecenderungan bertambah besar dari bawah ke atas sementara parenkimnya berkurang, sehingga mentebabkan kerapatan yang
semakin besar dari pangkal ke ujung.
4.2.3 Penyusutan Dimensi
Penyusutan adalah penurunan dimensi akibat penurunan kadar air di bawah titik jenuh serat Haygreen dan Bowyer 1993. Besar penyusutan tebal dan
lebar bambu tali dan ampel dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 21.
0.2 0.4
0.6 0.8
1
Buku Ruas
Buku Ruas
Tali Ampel
K er
a p
a ta
n g
c m
3
Jenis dan Bagian Bambu
Pangkal Tengah
Ujung
Tabel 8 Penyusutan tebal dan lebar bambu tali dan bambu ampel pada bagian pangkal, tengah, dan ujung
Jenis Bambu
Arah penyusutan
Penyusutan Dimensi Bambu Bagian pangkal
Bagian tengah Bagian ujung
Rata- rata
Buku Ruas
Buku Ruas
Buku Ruas
Tali Tebal
4,80 2,89
3,78 4,95
4,65 6,38
4,58 Lebar
4,27 4,29
5,19 4,75
5,29 3,74
4,59 Ampel
Tebal 3,17
3,73 5,37
5,98 4,18
4,13 4,43
Lebar 5,77
4,69 4,84
4,61 8,71
4,79 5,57
Dari Tabel 8 terlihat bahwa rata-rata penyusutan tebal bambu tali dan ampel lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata penyusutan lebarnya. Selain itu,
rata-rata penyusutan tebal bambu tali lebih besar dibandingkan dengan rata-rata penyusutan tebal bambu ampel. Sedangkan rata-rata penyusutan lebar bambu tali
lebih kecil dibandingkan rata-rata penyusutan lebar bambu ampel. Rata-rata penyusutan tebal bambu tali dan ampel adalah 4,58 dan 4,43. Sedangkan rata-
rata penyusutan lebar bambu tali dan ampel adalah 4,59 dan 5,57. Untuk melihat perbedaan penyusutan dimensi pada masing-masing bagian, dapat dilihat
pada Gambar 21.
Gambar 21 Penyusutan tebal dan lebar bambu tali dan ampel pada bagian pangkal, tengah, dan ujung.
Dari Gambar 21 terlihat bahwa penyusutan dimensi pada masing-masing bagian bambu tali dan ampel memiliki pola yang berbeda-beda pada masing-
masing dimensi. Hasil pengamatan Yap 1967 diacu dalam Nuryatin 2000, untuk bambu yang ditebang pada musim penghujan penyusutan hingga kondisi
2 4
6 8
10 12
14 16
Tebal Lebar
Tebal Lebar
Tebal Lebar
Tebal Lebar
Buku Ruas
Buku Ruas
Tali Ampel
P e
n y
u su
ta n
Jenis dan Bagian Bambu
Pangkal Tengah
Ujung
kering udara besarnya adalah sekitar 10-20 penyusutan tangensial atau penyusutan lebar dan 15-30 penyusutan radial atau penyusutan tebal.
Sedangkan pada bambu dewasa, dengan KA 20, penyusutan bambu sebesar 4- 14 pada bagian tebal dan 3-12 pada bagian diametertebal Dransfield dan
Widjaja 1995. Hasil penelitian Nuryati 2000, besarnya penyusutan tebal bambu tali
sebesar 19,85 pada bagian pangkal dan 12,48 pada bagian ujung. Selain itu penyusutan lebar sebesar 19,19 pada bagian pangkal dan 12,69 pada bagian
ujung. Sedangkan pada bambu ampel besar penyusutan hingga KA 11,3 adalah 9,7-14 pada penyusutan tebal dan 6,0-11,9 pada penyusutan lebar Dransfield
dan Widjaja 1995. Menurut Haygreen dan Bowyer 1993, Perbedaan dalam penyusutan
contoh uji dari spesies yang sama di bawah kondisi yang sama diakibatkan oleh tiga faktor, yaitu:
a. Ukuran dan bentuk potongan. Hal ini mempengaruhi orientasi serat dalam
potongan dan keseragaman kandungan air di seluruh tebal. b.
Kerapatan contoh uji. Semakin tinggi kerapatan contoh uji, semakin banyak kecenderungannya untuk menyusut.
c. Laju pengeringan contoh uji. Di bawah kondisi pengeringan yang cepat,
terjadi tegangan internal karena perbedaan penyusutan. Hal ini sering mengakibatkan penyusutan yang lebih besar bila dibandingkan saat tidak
terjadi tegangan internal. Penyusutan pada bambu berbeda jika dibandingkan penyusutan kayu.
Karena pada bambu, penyusutan dimulai pada saat pengeringan atau di atas titik jenuh serat. Hal ini diduga karena adanya perbedaan struktur anatomi antara kayu
dan bambu. Pada bambu strukturnya didominasi oleh parenkim sebagai jaringan dasar yang dindingnya cukup tipis sehingga pada saat pengeringan masih di atas
titik jenuh serat, air bebas yang keluar dari rongga sel parenkim mengakibatkan tahanan dalam lumen akan menjadi berkurang. Sehingga dinding sel parenkim
yang tipis akan melisut collapse dan proses penyusutan akan dimulai sebelum dinding sel menyusut. Dengan demikian pada tanaman bambu, besarnya
penyusutan akan lebih besar dibandingkan kayu Nuryatin 2000.
4.2.4 Pengembangan Dimensi