Bambu Ampel Bambusa vulgaris Schrad. Sifat Anatomi Bambu

ini merupakan jenis yang banyak dibudidayakan, karena memiliki kegunaan yang sangat banyak. Kegunaan bambu tali antara lain untuk kerajinan anyaman seperti nyiri, kukusan, besek, bilik, kipas dan lain-lain Sudarnadi 1996. Selain itu, kegunaan bambu tali lainnya adalah sebagai bahan baku kerajianan hiasan rumah tangga Sastrapradja et al. 1987. Beberapa ahli pernah mencoba bambu ini untuk bahan baku pembuatan kertas tetapi hasilnya kurang memuaskan sebab kertas yang dihasilkan tidak berwarna putih Sastrapradja et al. 1987. Bambu tali merupakan jenis yang paling baik untuk dijadikan bahan baku anyaman, karena memiliki serat-serat yang panjang, halus, dan mudah lentur. Namun jenis bambu ini tidak baik digunakan untuk membuat alat musik bambu, karena mempunyai buku-buku atau node yang cekung, sehingga menyebabkan terjadinya gaung yang tidak beraturan Wijaya et al. 1988. Selain memiliki banyak kegunaan, bambu ini juga memiliki kekurangan. Bambu tali tidak tahan terhadap serangan serangga tertentu. Salah satu cara tradisional untuk meningkatkan keawetan bambu tali adalah dengan melakukan perendaman selama 30 hari Sudarnadi 1996. Perbanyakan yang umum dilakukan yaitu dengan rimpang atau potongan buluh. Perbanyakan dengan biji belum pernah dilakukan karena biji-biji jarang ditemukan Sastrapradja et al. 1987. Perbanyakan bambu tali dapat dilakukan dengan menggunakan rimpang, stek cabang, stek buluh, dan biji. Perbanyakan yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan rimpang, karena selain keberhasilannya tinggi juga cepat diperoleh ukuran buluh dengan diameter maksimum. Jika menggunakan stek buluh, hasil yang baik adalah dengan mengunakan buluh yang berumur 1-2 tahun dengan 2 buku dan ditanam secara rebah Handoko 1996.

2.4 Bambu Ampel Bambusa vulgaris Schrad.

Bambu ampel merupakan bambu yang memiliki banyak anakan. Ciri batang bambu ampel antara lain tinggi 15-20 m, panjang buku antara 20-45 cm, diameter 4-10 cm, dan tebal dinding 1-1,5 cm Sudarnadi 1996. Buluhnya berwarna kuning, hijau bertotol coklat, hijau mengkilat atau kuning bergaris hijau. Percabangan terdapat pada buku-buku bagian atas, tapi tidak jarang dijumpai percabangan pada buku-buku bagian bawah. Bambu ampel memiliki cabang yang terletak berselang seling. Cabang primer lebih besar dibandingkan cabang yang lain. Pelepah buluhnya bermiang hitam, dengan pelepah buluh yang menempel. Daun pelepah buluh berbentuk bundar telur melebar. Jenis ini ditanam dengan tujuan sebagai tanaman hias dan dapat dipakai untuk campuran obat penyakit kuning. Buluhnya sangat kuat, akan tetapi bambu ini tidak tahan serangan serangga Dinoderus Sastrapraja et al. 1987. Menurut Farrely 1984, kandungan pati pada B. vulgaris tergolong tinggi, sehingga sangat rentan terhadap serangan serangga. Meskipun demikian pemanenan atau penebangan setelah tanaman berumur tiga tahun lebih dapat mengurangi serangan serangga. Bambu ini dapat menghasilkan bubur kayu yang baik untuk bahan pembuatan kertas Sastrapraja et al. 1987. Sedangkan menurut Sudarnadi 1996, bambu ampel biasanya digunakan sebagai bahan baku alat rumah tangga kursi dan meja, kerajinan tangan, dan lantai rumah.

2.5 Sifat Anatomi Bambu

Hasil penelitian sifat anatomi panjang serabut, diameter sel, diameter lumen, dan tebal dinding sel bambu betung yang berasal dari Darmaga dan Bekasi telah diteliti oleh Lestari 1994. Hasil penelitian menunjukan bahwa panjang serabut pada bagian tengah batang paling panjang 4,42 mm, sedangkan tebal dinding sel pada bagian pangkal lebih tebal 2,91 µm jika dibandingkan bagian tengah dan ujung. Menurut Liese dan Groser 1973 diacu dalam Setiadi 2009, pada umumnya jenis bambu mempunyai ikatan serabut fibre bundle yang terpisah pada sisi dalam atau sisi luar ikatan vaskular pusat. Ada empat tipe ikatan pembuluh Gambar 2, yaitu: a. Tipe I, ikatan pembuluh terdiri atas satu bagian yaitu ikatan pembuluh pusat central vascular strand yang hanya didukung oleh jaringan selubung sklerenkim dan ruang interseluler. b. Tipe II, ikatan pembuluh terdiri atas satu bagian yaitu ikatan pembuluh pusat yang hanya didukung oleh jaringan seperti selubung sklerenkim dan selubung ruang interseluler yang lebih besar dari ketiga tipe lainnya. c. Tipe III, ikatan pembuluh terdiri atas dua bagian yaitu ikatan pembuluh pusat dan satu ikatan serabut. Ikatan serabut terletak di sebelah dalam ikatan vaskular pusat. Selubung ruang interseluler umumnya lebih kecil dari yang lain. d. Tipe IV, ikatan pembuluh terdiri atas tiga bagian yaitu ikatan pembuluh pusat dan dua ikatan serabut yang terletak di sebelah dalam dan luar dari ikatan vaskular pusat. Gambar 2 Tipe ikatan pembuluh pada bambu, a = Tipe I, b = Tipe II, c = Tipe III, dan d = Tipe IV. Sumber: Liese dan Groser 1973 diacu dalam Setiadi 2009.

2.6 Sifat Fisis Kayu Bambu