Gambar 18 KA bambu tali dan ampel pada bagian pangkal, tengah, dan ujung. Berdasarkan Gambar 18, pada bambu tali dan ampel terlihat bahwa
terdapat penurunan KA dari bagian pangkal ke ujung. Menurut Nuryatin 2000, hal ini diakibatkan pada bagian ujung memiliki proporsi ikatan serabut yang lebih
banyak dan didukung oleh proses lignifikasi yang lebih banyak sehingga lebih stabil dan mengakibatkan kandungan KA yang relatif lebih rendah dibandingkan
bagian tengah dan pangkal. Bagian buku bambu tali dan ampel memiliki KA lebih besar daripada
bagian ruas. Selain itu, KA bambu tali lebih besar dibandingkan KA bambu ampel. Menurut Sattar 1995 diacu dalam Nuryatin 2000, perbedaan ini diduga
karena adanya perbedaan struktur anatomi dan komposisi kimia antar jenis yang mempengaruhi besarnya volume udara dalam batang bambu.
Nilai KA pada penelitian ini cenderung lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Nuryatin 2000, nilai KA pada bambu
tali sebesar 13,93 pada bagian pangkal dan 12,02 pada bagian ujung. Selain itu, hasil penelitian ini juga jauh lebih kecil dibandingkan hasil penelitian
penelitian Bachtiar 2008 yang memperoleh KA pada pangkal sebesar 12,20 dan pada tengah sebesar 12,15. Perbedaan ini diduga disebabakan oleh pada saat
pengujian curah hujan di Bogor sangat tinggi, sehingga mempengaruhi nilai KA. Menurut Habib 2010, Bambu cenderung menyerap jumlah air yang besar bila
terendam atau tertimpa hujan dan bila hal ini berlangsung pada waktu yang cukup lama, bambu dapat menyerap hingga 100 dari berat keringnya.
4.2.2 BJ dan Kerapatan
Hasil pengujian BJ dan kerapatan pada bagian pangkal, tengah, dan ujung tersaji pada Tabel 7, Gambar 19, dan Gambar 20.
5 10
15 20
25
Buku Ruas
Buku Ruas
Tali Ampel
K A
Jenis dan Bagian Bambu
Pangkal Tengah
Ujung
Tabel 7 BJ dan kerapatan bambu tali dan bambu ampel pada bagian pangkal, tengah, dan ujung
Sifat Fisis Jenis
bambu Bagian pangkal
Bagian tengah Bagian ujung
Rata-rata Buku
Ruas Buku
Ruas Buku
Ruas BJ
Tali 0,66
0,67 0,70
0,72 0,70
0,73 0,70
Ampel 0,78
0,70 0,71
0,64 0,73
0,65 0,70
Kerapatan gcm
3
Tali 0,79
0,80 0,83
0,85 0,83
0,85 0,83
Ampel 0,92
0,83 0,83
0,79 0,85
0,76 0,83
Besarnya BJ pada bambu tali adalah 0,66-0,73 dengan rata-rata 0,70. Sedangkan pada bambu ampel BJ-nya berkisar 0,65-0,78 dengan rata-rata 0,70.
Sedangkan kerapatan pada masing-masing bambu adalah 0,79-0,85 gcm
3
dengan rata-rata kerapatan 0,83 gcm
3
pada bambu tali dan 0,76-0,92 gcm
3
dengan rata- rata kerapatan 0,83 gcm
3
pada bambu ampel. Perbedaan BJ pada masing-masing bagian bambu yang dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19 BJ bambu tali dan ampel pada bagian pangkal, tengah, dan ujung.
Menurut Nuryatin 2012, BJ bambu dipengaruhi oleh kandungan sklerenkim pada bambu. Vaskuler dengan ikatan bertipe III dan IV relatif
memiliki sklerenkim yang hampir sama, walaupun memiliki jumlah rantai serabut yang berbeda. Sehingga vaskuler dengan tipe ikatan III dan IV tidak memiliki
perbedaan BJ yang signifikan. Dari Gambar 19, pada bambu tali terlihat bahwa BJ semakin meningkat
dari bagian pangkal ke bagian ujung. Struktur anatomi bambu erat kaitannya dengan sifat-sifat fisis dan mekanis bambu. Bila dikaitkan dengan proporsi luas
vaskuler, maka BJ bambu tali memiliki pola yang sama dengan pola proporsi luas vaskuler, yaitu semakin meningkat dari pangkal ke ujung.
0.2 0.4
0.6 0.8
1
Buku Ruas
Buku Ruas
Tali Ampel
B J
Jenis dan Bagian Bambu
Pangkal Tengah
Ujung
Hal berbeda terjadi pada bambu ampel yang memilki BJ cenderung menurun dari bagian pangkal ke ujung. Sedangkan pada buku bambu ampel
memiliki BJ yang lebih besar dibandingkan ruasnya. Jika dikaitkan dengan proporsi luas vaskuler, BJ bambu ampel memiliki pola yang berbeda dengan
proporsi luas vaskuler. Pada bambu ampel, mengalami penurunan dari bagian pangkal ke bagian ujung. Sedangkan proporsi luas vaskuler mengalami
peningkatan dari bagian pangkal ke bagian ujung. Hal yang sama juga terlihat pada perbadingan BJ antara bagian buku dan bagian ruas. Pada bagian buku
bambu ampel memiliki BJ yang lebih besar dibandingkan ruasnya. Hal ini diduga disebabkan oleh kandungan zat ekstaktif bambu ampel mengalami penurunan dari
pangkal ke ujung. Zat ekstraktif bambu ampel pada pangkal dan buku diduga lebih besar dibandingkan tengah dan ujung, serta ruas. Sehingga menyebabkan BJ
bagian pangkal lebih besar dibandingkan bagian tengah dan ujung, serta BJ bagian buku lebih besar dibandingkan bagian ruas. Perbedaan besarnya kerapatan pada
masing-masing bagian dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Kerapatan bambu tali dan ampel pada bagian pangkal, tengah, dan ujung.
Berdasarkan Gambar 20, besar kerapatan bambu tali dan ampel memiliki pola yang sama dengan BJ-nya. Menurut Dransfield dan Widjaja 1995, susunan
serat pada ruas memiliki kecenderungan bertambah besar dari bawah ke atas sementara parenkimnya berkurang, sehingga mentebabkan kerapatan yang
semakin besar dari pangkal ke ujung.
4.2.3 Penyusutan Dimensi