Kadar Air Berat Jenis BJ dan Kerapatan Penyusutan dan Pengembangan Dimensi

c. Tipe III, ikatan pembuluh terdiri atas dua bagian yaitu ikatan pembuluh pusat dan satu ikatan serabut. Ikatan serabut terletak di sebelah dalam ikatan vaskular pusat. Selubung ruang interseluler umumnya lebih kecil dari yang lain. d. Tipe IV, ikatan pembuluh terdiri atas tiga bagian yaitu ikatan pembuluh pusat dan dua ikatan serabut yang terletak di sebelah dalam dan luar dari ikatan vaskular pusat. Gambar 2 Tipe ikatan pembuluh pada bambu, a = Tipe I, b = Tipe II, c = Tipe III, dan d = Tipe IV. Sumber: Liese dan Groser 1973 diacu dalam Setiadi 2009.

2.6 Sifat Fisis Kayu Bambu

Menurut Frick 2004 diacu dalam Bachtiar 2008, sifat fisis dan mekanis bambu tergantung pada jenis, tempat tumbuh, umur, waktu penebangan, kelembaban udara kadar air kesetimbangan, dan bagian bambu yang diteliti pangkal, tengah, atau ujung serta bagian dalam atau bagian tepiluar.

2.6.1 Kadar Air

Menurut Haygreen dan Bowyer 1993 kadar air bambu adalah berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas air atau kering tanur BKT. Air a b c d dalam bahan berkayu terdapat pada dinding sel berupa air terikat dan lumen sel berupa air bebas. Kadar air batang bambu merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi sifat-sifat mekanis. Kadar air batang bambu segar berkisar 50-99 dan pada bambu muda 80-150, sementara pada bambu kering bervariasi antara 12-18 Dransfield dan Widjaja 1995.

2.6.2 Berat Jenis BJ dan Kerapatan

Menurut Brown et al. 1949 diacu dalam Pandit 2002, berat jenis merupakan nilai perbandingan antara kerapatan kayu terhadap kerapatan benda standar. Sedangkan kerapatan adalah perbandingan massa atau berat benda terhadap volumenya IAWA 2008. Berat kayu meliputi berat kayu sendiri, berat zat ekstraktif, berat air yang konstan, sedangkan jumlah airnya berubah-ubah. Semakin tinggi berat jenis dan kerapatan, semakin kuat bahan berkayu tersebut Mardikanto et al. 2011. Hasil pengukuran BJ bambu menunjukkan BJ bambu pada tiap ruas bertambah besar dengan bertambahnya ketinggian ruas batang, kemudian nilainya konstan Subiyanto et al. 1994. Menurut Brown 1952 diacu dalam Ganie 2008 pada dasarnya sifat-sifat fisik kayu ditentukan oleh faktor-faktor yang inheren pada struktur kayu. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Banyaknya zat dinding sel yang ada pada sepotong kayu. b. Susunan serta arah mikrofibril dalam sel-sel dan jaringan-jaringan. c. Susunan kimia zat dinding sel.

2.6.3 Penyusutan dan Pengembangan Dimensi

Menurut Prawiroatmodjo 1976 diacu dalam Ganie 2008, perubahan dimensi bambu tidak sama dari ketiga arah stuktur radial, tangensial, dan longitudinal sehingga bambu bersifat anisotropis. Kedua jenis perubahan dimensi mempunyai arti yang sama penting, tetapi berdasarkan pengalaman praktis yang lebih sering menggunakan bambu dalam keadaan basah, maka pengerutan bambu menjadi perhatian yang lebih besar dibanding pengembangannya. Angka pengerutan total untuk kayu atau bambu normal berkisar antara 4,5 - 14 dalam arah radial, 2,1 - 8,5 dalam arah tangensial dan 0,1 - 0,2 dalam arah longitudinal.

2.7 Sifat Mekanis