22
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data atau akuisisi data kedalaman dasar perairan dilakukan pada tanggal 18-19 Desember 2010 di perairan barat daya Provinsi Bengkulu oleh
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT. Lokasi tersebut dipilih karena menjadi jalur survei kelautan yang dilakukan oleh tim riset kelautan BPPT,
LIPI, Departemen ESDM, Compagnie Générale de Géophysique-Veritas
CGC- Veritas dan IPG Institut de Physique du Globe Paris
Pengolahan data dilakukan selama 5 bulan yaitu pada bulan Maret hingga bulan Juli tahun 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk
kedalam kategori data primer. Hal ini disebabkan data dari hasil pemeruman sounding
kapal survei dan belum pernah diolah sebelumnya. Pengolahan data penelitian ini dilakukan di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Institut Pertanian Bogor IPB dan Laboratorium Balai Teknologi Survei Kelautan, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi BPPT Jakarta. Gambar 13 merupakan lokasi survei yang dilakukan oleh tim riset kelautan dan sekaligus menjadi lokasi penelitian yang dilakukan.
Penentuan gunung bawah laut dalam penenlitian ini, dianalisis berdasarkan data nilai kedalaman batimetri. Sebuah objek yang memiliki tinggi lebih dari
1000 meter dari dasar perairan dan memiliki bentuk kerucut akan dianggap sebagai seamount. Hal ini didasarkan pada beberapa teori yang menjelaskan
mengenai definisi gunung bawah laut.
23 Gambar 13. Peta lokasi penelitian
24
3.2 Pengambilan Data Multibeam
Survei batimetri dilakukan menggunakan dua buah instrumen multibeam yaitu jenis ELAC SeaBeam 1050D dengan frekuensi 50 kHz dengan kedalaman
maksimum mencapai 3000 meter Lampiran 1. Jenis instrumen jenis lain yang digunkan yaitu Simrad EM 12D dengan frekuensi 12 kHz yang memiliki
kemampuan deteksi hingga mencapai 10.000 meter. Kedua instrumen mutibeam ini masing-masing terpasang pada Kapal Riset Baruna Jaya III dan Baruna Jaya
IV. Profil Kapal riset Baruna Jaya IV dapat dilihat pada lampiran 2. Data multibeam yang diperoleh merupakan data yang telah mengalami
koreksi terhadap pengaruh pergerakan kapal seperti pitch, heave, dan roll. Koreksi tersebut dilakukan menggunakan sensor attitude and positioning Coda
Octopus F 180 Lampiran 3. Data hasil koreksi pengaruh pergerakan kapal selanjutnya digunakan untuk proses koreksi selanjutnya, yaitu koreksi offset
static. Titik referensi kapal diperlukan dalam penentuaan beberapa komponen koreksi offset. Sistem navigasi yang digunakan pada kapal survei diatur dalam
perangkat lunak Hypack yang secara langsung terhubung dengan sistem akuisisi data multibeam. Data mentah atau Raw data hasil kegiatan pemeruman
selanjutnya akan diproses pada perangkat lunak CARIS HIPS and SIPS 6.1 untuk menghasulkan data posisi lintang dan bujur serta kedalaman terukur. Alur
akuisisi data multibeam di lokasi survei dan pengolahan data tersebut dapat dilihat dengan diagram alir pada gambar 14.
25 Gambar 14. Diagram alir perolehan dan pengolahan data multibeam
Dalam pelaksanaan survei batimetri, perekaman data batimetri dilakukan berdasarkan jalur survei. Akuisisi data yang dilakukan untuk mengetahui
keberadaan gunung bawah laut diperoleh melalui penyusuran jalur survei. Desain survei yang dilakukan oleh kapal Baruna Jaya III dan Baruna Jaya IV dengan
instrumen akustik dapat dilihat pada gambar 15 dan 16 di bawah ini. Navigasi
Hypack Coda
Octopus F 180
Sea Star 8200 VBS
Transducer CTDSVP
Akuisisi Data
Hydrostar
.XSE Data Proccessing
CARIS HIPS and SIPS 6.1
Export Data XYZ
Lintang Bujur
Kedalaman
26 Gambar 15. Jalur survei kapal selama melakukan kegiatan
sounding dengan ELAC SeaBeam 1050D
27 Gambar 16. Jalur survei kapal selama melakukan kegiatan
sounding dengan Simrad EM 12D
28
3.3 Pengolahan Data Kedalaman Batimetri