18 penentuan posisi. Berdasakan akurasi yang ingin dicapai, DPGS terdiri dari
beberapa klasifikasi, yaitu : 1. Ordinary GPS
2. Carier Smooth DGPS 3. Precise DGPS
Sistem yang bekerja pada DGPS ini pada umumnya sama dengan sistem GPS pada umumnya, namun yang berbeda adalah pada sistem DGPS ini terdapat
satu satelit yang telah menjadi acuan dalam penentuan posisi. Satelit ini akan terus menerus memberikan informasi posisi pada SeaStar 8200 VBS.
2.9 Gunung Bawah Laut Seamount dan Dimensinya
Definisi mengenai gunung bawah laut seamount berkebang dari tahun ke tahun. Hal ini didasarkan pada sudut pandang disiplin ilmu yang digunakan oleh
beberapa peneliti. Menurut Menard 1964, gunung bawah laut dapat didefinisikan sebagai material yang membentuk sebuah ketinggian yang berada di
dasar laut dengan bentuk yang bulat atau elips dengan ketinggian minimum1 kilometer dan memiliki kemiringan slope tertentu serta terdapat puncak yang
berukuran kecil. Schieferdecker 1959 menyebutkan bahwa gunung bawah laut didefinisikan sebagai sebuah daerah di permukaan bumi dimana bahan magma
dari dalam bumi keluar atau pernah keluar pada masa lampau, biasanya akan membentuk suatu gunung, berbentuk kerucut dan mempunyai kawah di bagian
puncaknya
. Secara bentang alam William dan McBirney 1979 membagi gunung yang berbentuk kerucut menjadi daerah puncak, lereng, kaki dan dataran sekitanrnya.
19 Berberapa faktor pembentukan gunung bawah laut menurut Spence and
Turcotte 1985 terdiri dari beberapa proses. Pertama, material-material yang ada di bawah lapisan bumi memiliki asupan panas atau magma dari perut bumi
tepatnya di lapisan litosphere. Kedua, magma yang berasal dari dalam perut bumi memiliki energi yang cukup untuk terangkat ke atas tanpa adanya proses
pembekuan selama pembentukan tonjolan menyerupai gunung Gass et al.,1978. Sebagian besar gunung bawah laut belum dapat diketahui keberadaannya,
hal ini dikarenakan hanya sebagian kecil saja dari dasar laut yang berhasil dipetakan oleh kapal yang melakukan survei kelautan. Perolehan data mengenai
gunung api bawah laut seamount pada awalanya dilakukan hanya dengan menggunakan peta profil batimetri disuatu perairan. Mekanisme penentuan ini
lebih sering dilakukan bila dibandingkan dengan harus melakukan interpolasi dari sebuah peta. Sekitar 90 gunung bawah laut dengan ketinggian kurang dari 1
kilometer tidak dapat terlihat atau teramati, hal ini dikarenakan gunung tersebut terlihat hanya sebagai gundukan-gundukan kecil diantara gunung-gunung
tinggi disekitarnya Craig dan Sandwell, 1988. Gunung laut di dunia dapat ditemukan pada semua cekungan di laut,
dengan distribusi yang cukup bervariasi dalam ruang dan waktu, dan dapat ditemukan pada bagian kerak samudra. Hampir setengah dari gunung laut di
dunia ditemukan pada Samudra Pasifik dan sisanya tersebar pada bagian Atlantik dan Samudera India. Menurut Encyclopedia of Earth, memperkirakan sebaran
gunung laut di dunia berkisar 100.000 gunung laut yang memiliki ketinggian diatas 1000 meter, dan ribuan lainnya jika dihitung di bawah ketinggian 1000
meter. Perkiraan ini didasarkan dengan penggunaan satelit dengan memeriksa
20 altimetry
anomali gravitasi di bawah permukaan laut Gambar 10. Informasi terbaru berdasarkan hasil penelitian Yesson. C et al. pada tahun 2011, diperoleh
data bahwa diseluruh dunia terdapat 33.452 gunung bawah laut seamount dan 138.412 bukit kecil.
Gambar 11. Peta penyebaran gunung bawah laut seamount dunia Kitchingham dan Lai, 2004
Harian Kompas yang terbit pada tanggal 28 Mei 2009 mencatat bahwa Indonesia memiliki beberapa Gunung api bawah laut, antara lain :
1. Gunung Submarine di Sulawesi Utara. 2. Gunung Mahangetang di Pulau Mahangetang.
3. Gunung Niuwewerker di perairan Banda, ditemukan pada tahun 1927. 4. Gunung Hobal, ditemukan pada tahun 1999 di perairan Nusa Tenggara.
5. Gunung Emperor of China di perairan Banda.
21
Sumber : http:unimak.uslandforms.shtml
Gambar 12. Morfologi gunung api. Keterangan :
1. Dapur magma 9. Lapisan Lava
2. Batuan Dasar 10. Kenpundan
3. Pipa Kawah 11. Kerucut Parasit Gunung Api
4. Permukaan Dasar 12. Aliran Lava
5. Retas skill 13. Kawah
6. Pipa Kawah Sekunder 14 Bibir Kawah
7. Lapisan Abu Gunung Api 8. Sisi Gunung Api
22
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data atau akuisisi data kedalaman dasar perairan dilakukan pada tanggal 18-19 Desember 2010 di perairan barat daya Provinsi Bengkulu oleh
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT. Lokasi tersebut dipilih karena menjadi jalur survei kelautan yang dilakukan oleh tim riset kelautan BPPT,
LIPI, Departemen ESDM, Compagnie Générale de Géophysique-Veritas
CGC- Veritas dan IPG Institut de Physique du Globe Paris
Pengolahan data dilakukan selama 5 bulan yaitu pada bulan Maret hingga bulan Juli tahun 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk
kedalam kategori data primer. Hal ini disebabkan data dari hasil pemeruman sounding
kapal survei dan belum pernah diolah sebelumnya. Pengolahan data penelitian ini dilakukan di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Institut Pertanian Bogor IPB dan Laboratorium Balai Teknologi Survei Kelautan, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi BPPT Jakarta. Gambar 13 merupakan lokasi survei yang dilakukan oleh tim riset kelautan dan sekaligus menjadi lokasi penelitian yang dilakukan.
Penentuan gunung bawah laut dalam penenlitian ini, dianalisis berdasarkan data nilai kedalaman batimetri. Sebuah objek yang memiliki tinggi lebih dari
1000 meter dari dasar perairan dan memiliki bentuk kerucut akan dianggap sebagai seamount. Hal ini didasarkan pada beberapa teori yang menjelaskan
mengenai definisi gunung bawah laut.