Untuk tahun 2010, anjloknya penjualan sukuk disebabkan oleh kekacauan politik yang menyebabkan krisis di Timur Tengah sehingga orang-orang menjauh dari pasar
sukuk Timur Tengah. Selain itu anjloknya penjualan sukuk pada tahun 2010 juga dikarenakan para investor lebih selektif memilih instrument investasi akibat gagal
bayar Dubai World atas sebagian obligasinya pada tahun 2009 lalu Sumber : Republika.
4.1.2. Kondisi dan Perkembangan Sukuk di Indonesia
Tidak mau menyia-nyiakan potensi sukuk yang telah diterbitkan oleh negara tetangga Malaysia, Indonesia pun mulai melirik untuk turut serta menerbitkan sumber
pendanaan dengan risiko yang rendah namun berpotensi besar tersebut. Diawali oleh PT Indosat Tbk yang menerbitkan sukuk korporasi pada 30 Oktober 2002 dengan
akad mudharabah senilai 175 milyar rupiah. Namun pada saat itu belum ada regulasi yang memadai. Kerangka peraturan masih menggunakan Peraturan Penerbitan Efek
Konvensional, dengan tambahan dokumen pernyataan kesesuaian syariah dari DSN MUI Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia. Pada akhirnya
diterbitkanlah Fatwa DSN MUI No.32 dan No.33 pada tahun 2002 sebagai basis penerbitan obligasi syariah. Sejak saat itu, penerbitan sukuk korporasi di Indonesia
kian berkembang pesat. Berselang agak lama dengan penerbitan sukuk korporasi pertama, sukuk
Negara SBSN seri IFR0001dan IFR0002 pun diterbitkan oleh pemerintah sebagai instrument pendanaan yang digunakan untuk membiayai defisit anggaran.
Sebelumnya pemerintah juga telah mengeluarkan UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara SBSN pada tanggal 7 Mei 2008 sebagai dasar
hukum atas penerbitan SBSN. Sukuk ini diterbitkan pada 27 Agustus 2008 dengan akad akad ijarah senilai 2.714,7 dan 1.985 miliar rupiah. Sukuk seri IFR merupakan
sukuk yang diterbitkan untuk investor institusi yang umumnya memiliki dana yang sukuk banyak untuk membeli sukuk.
Selain untuk institusi, pemerintah juga menerbitkan sukuk untuk investor individual, yakni sukuk negara ritel. Sukuk jenis ini yang pertama terbit adalah
SR001 yang diterbitkan pada tanggal 25 Februari 2009 senilai 5.556,29 milyar rupiah. Berikut akan disajikan penerbitan sukuk selanjutnya sampai tahun 2011.
Tabel 4.2 Jumlah Total Nilai Emisi Sukuk Indonesia Tahun 2002 - 2011 Tahun
Sukuk Korporasi Sukuk Global
SBSN Total Nilai
Emisi Sukuk Total Nilai
Rp Milyar Total Jumlah
Emiten Total Nilai
Rp Milyar Korporasi dan
Negara Rp Milyar
2002 175,0
1 -
175,0 2003
740,0 6
- 740,0
2004 1394,0
13 -
1394,0 2005
1979,4 16
- 1979,4
2006 2179,4
17 -
2179,4 2007
3204,4 21
- 3204,4
2008 5498,4
29 4699,7
10198,1 2009
7015,4 43
14218,9 21234,3
2010 7815,4
47 38500,0
46315,4 2011
7915,4 48
62771,0 70686,4
Sumber : Bappepam-LK dan Direktorat Jendral Pengelolaan Utang 2012, diolah
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2002 hingga tahun 2011, penerbitan sukuk mengalami perkembangan yang sangat
menggembirakan sebesar 40292 persen. Sukuk korporasi yang semula hanya diterbitkan oleh satu emiten senilai 175 milyar rupiah, pada tahun 2011 telah
diterbitkan oleh 48 emiten dengan total nilai 7915,4 milyar rupiah. Jumlah nilainya
meningkat sepuluh kali lipat hanya dalam selang waktu tujuh tahun. Selain itu tercatat pula sukuk yang telah dilunasi senilai 2.039,4 oleh 17 emiten. Perkembangan
yang lebih menggembirakan terjadi pada sukuk negara. Hal ini dikarenakan sukuk negara menghasilkan nilai multiplier yang sama dengan sukuk korporsi namun
dengan waktu yang relatif lebih singkat. Sukuk negara yang semula hanya bernilai 4699,7 milyar rupiah menjadi 62.771 milyar rupiah pada tahun 2011. Karena baru
berselang waktu empat tahun dari pertama kali diterbitkan dan baru jatuh tempo pada tahun 2015, sukuk ini belum ada yang dilunasi.
Perkembangan penerbitan yang sangat menggembirakan ini tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Tim Studi Minat Emiten di Pasar
Modal faktor yang mempengaruhi penerbitan sukuk bagi para emiten sukuk korporasi dapat dikelompokan menjadi tiga faktor, dari yang paling kuat pengaruhnya, yaitu
faktor eksternal, faktor internal ,dan faktor peraturan. Pertama, ditinjau dari faktor eksternal, faktor yang sangat berpengaruh bagi
emiten sukuk dalam menerbitkan sukuk dipasar modal yaitu adanya kelebihan likuiditas pasar, ketersediaan informasi mengenai pasar modal syariah dan faktor
benchmark risk free rate SUNSBSN, dan cost of fund. Kedua, ditinjau dari faktor internal, faktor yang sangat berpengaruh bagi
emiten sukuk dalam menerbitkan sukuk dipasar modal yaitu faktor penerbitan sukuk dilakukan ketika industri keuangan syariah berkembang pesat. Hal ini berdasarkan
karakteristik sektor industri, total aset, presentase saham publik, presentase kepemilikan asing dan debt to equity ratio.
Ketiga, faktor yang berkaitan dengan peraturan yaitu faktor adanya ketentuan bahwa asetkegiatan usaha yang mendasari penerbitan sukuk tidak bertentangan
dengan prinsip syariah, faktor perlakuan perpajakan atas sukuk dan faktor kebijakan perusahaan dalam pendanaan financing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerbitan sukuk negara oleh pemerintah Indonesia yaitu faktor pendanaan stimulus fiskal yang dibutuhkan oleh pemerintah
untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan untuk membiayai defisit APBN. Penawaran sukuk yang dilakukan oleh korporasi dan perusahaan juga dipengaruhi
oleh permintaan pasar. Menurut Achsein 2004 dalam Huda, et al 2008, selain mengalami
perkembangan yang terus meningkat, sukuk di Indonesia juga tidak luput dari tantangan dan kekurangan yang tak sedikit, diantarnya yaitu sosialisasi yang masih
kurang, opportunity cost yang secara sederhana diterjemahkan sebagai “second best choice
”, perdagangan obligasi syariah di pasar sekunder yang kurang likuid karena merupakan investasi jangka panjang. Hal ini dibuktikan oleh porsi sukuk yang
diterbitakan di Indonesia sampai September 2011 hanya sebesar 9,52 persen jika dibandingkan dengan obligasi konvesional yang total nilai emisi penerbitannya sudah
mencapai 90,48 persen.
4.2. Kondisi Makroekonomi Indonesia Setelah Penerbitan Obligasi Syariah