ketika IS bergeser ke kanan maka akan menyebabkan naiknya tingkat bunga r
o
ke r
1
. Hal ini ditransmisikan kembali ke kurva keseimbangan agregat supply AS
dan agregat demand AD. Pergesaran kurva IS ke kanan IS ke IS
1
menyebabkan bergesernya kurva AD ke kanan AD
ke AD
1
sehingga menyebabkan harga P dan output Y
keseimbangan meningkat P ke P
1
yang berarti terjadi inflasi dan pertumbuhan pendapatan nasional. Meningkatnya AD ditansmisikan ke kurva philiph
sehingga menyebabkan menurunnya jumlah pengangguran U ke U
1
. Transmisi kurva ini dapat dilihat pada lampiran 1.
2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai perekonomian syariah, mulai banyak diminati. Mulai dari industri perbankan syariah beserta produknya sampai dengan lembaga keuangan
lainnya beserta produknya. Walaupun yang secara khusus membahas tentang hubungan obligasi syariah sukuk dengan indikator makroekonomi masih sangat
jarang, namun penulis tetap berusaha untuk melakukan penelitian ini dengan tetap mengacu pada penelitian sebelumnya. Penulis mengacu pada penelitian tentang
obligasi konvensional yang kemudian diaplikasikan ke obligasi syariah sukuk. Berikut adalah beberapa penelitian tentang obligasi syariah sukuk dan hubungannya
dengan perekonomian. Engen dan Skiner 1992, melakukan penelitian dengan menggunakan data
cross section dari 107 negara pada periode 1970-1985 yang mengembangkan sebuah general model kebijakan fiskal dan pertumbuhan ekonomi. Mereka menyimpulkan
bahwa penerapan anggaran berimbang dengan meningkatkan Pengeluaran
Pemerintah dan Penerimaan Pajak, diprediksi akan mengurangi pertumbuhan ekonomi.
Litbang Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 melakukan penelitian dengan judul “Kajian Penerbitan Obligasi Daerah Sebagai Salah Satu Sumber
Pembiayaan Pembangunan” menggunakan regresi berganda. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil variabel ekonomi realisasi penerimaan pemerintah
berpengaruh nyata secara positif terhadap penerbitan obligasi daerah pada tingkat kepercayaan 95 persen. Variabel pendapatan perkapita, tingkat ekspor, dan variabel
inflasi tidak berpengaruh nyata secara positif terhadap penerbitan obligasi daerah pada tingkat kepercayaan 95 persen. Variable pengangguran tidak berpengaruh nyata
secara negatif Kinerja ekonomi Pempropsu memberi dorongan peluang positif terhadap penerbitan Obligasi daerah.
Lubis 2009, meneliti tentang pengaruh nilai kurs, tingkat suku bunga SBI, dan GDP terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai kurs, tingkat suku bunga SBI, dan GDP berpengaruh simultan dan signifikan terhadap Permintaan Obligasi Swasta di Indonesia.
Siahaan 2006, menganalisis pengaruh inflasi dan suku bunga SBI terhadap penerbitan obligasi pemerintah dalam rangka Rekapitalisasi perbankan. Dengan
menggunakan metode estimasi Ordinary Least Square pada periode 1989-2005, menyimpulkan bahwa inflasi dan suku bunga SBI memiliki pengaruh negatif
terhadap penerbitan obligasi pemerintah dalam rangka rekapitalisasi perbankan. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ahmadi Sarip 2011 menggunakan
Ordinary Least Square OLS. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi obligasi pemerintah di Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Variabel penerimaan negara tahun sebelumnya, pengeluaran pemerintah, pinjaman
luar negeri pemerintah dan suku bunga SBI secara bersama-sama mampu memengaruhi pen
erbitan obligasi pemerintah Indonesia, signifikan pada α = 1. Pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang positif terhadap penerbitan
obligasi pemerintah, sedangkan penerimaan negara tahun sebelumnya, pinjaman luar negeri pemerintah dan suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang negatif terhadap
penerbitan obligasi pemerintah Indonesia.
2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual