a. Analisis Berat Jenis Standar Nasional Indonesia 1992
Pengukuran berat jenis dilakukan dengan alat laktodensimeter. Sebanyak 100 ml susu pada suhu antara 20
C dimasukkan kedalam gelas ukur. Laktodensimeter dicelupkan perlahan-lahan. Nilai berat jenis dapat dibaca pada
skala yang tertera pada laktodensimeter, kemudian dilakukan penyetaraan pada suhu 27.5
C. Setiap perbedaan 1 C diatas atau di bawah 27.5
C maka nilai berat jenisnya ditambah atau dikurangi 0.0002.
b. Analisis Kadar Lemak Standar Nasional Indonesia 1992
Pengukuran kadar lemak menggunakan metode Gerber. Sebanyak 10 ml asam sulfat pekat dimasukkan kedalam butirometer, kemudian ditambahkan 10.5
ml susu secara hati-hati melalui dinding mulut butirometer dan ditambahkan 1 ml amilalkohol. Setelah butirometer ditutup dengan sumbat karet dan dihomogenkan,
butirometer dimasukkan ke dalam penangas air pada suhu 60
º
C selama ± 10 menit. Tahap selanjutnya adalah sentrifugasi dengan menggunakan sentrifuge
Gerber dengan kecepatan 1200 rpm selama 5 menit, kemudian butirometer dimasukkan kembali kedalam penangas air minimal 2 menit. Butirometer
dipegang vertikal dan karet penutup diatur, sehingga tepat pada suatu garis pada skala butirometer dan dibaca persen kadar lemaknya.
c. Analisis Kadar Protein Standar Nasional Indonesia 1992
Dua puluh lima mililiter susu, 1 ml larutan kalium oksalat dan 0.25 fhenolftalin dimasukkan kedalam gelas beker, dicampur hingga homogen,
dibiarkan selama 2 menit. Setelah homogen, campuran dititrasi dengan larutan NaOH dari buret sampai warnanya sama dengan warna standar merah muda,
kemudian larutan formalin sebanyak 2.5 ml ditambahkan kedalam campuran yang telah dititrasi, lalu dikocok hingga warna merah muda hilang, dibiarkan selama 1
menit. Campuran dititrasi kembali dengan NaOH sampai berwarna merah muda. Dihitung dan dicatat jumlah NaOH yang terpakai p ml. Blanko dibuat dengan 10
ml aquades ditambah 0.4 ml kalium oksalat jenuh, 2 ml formalin 40 serta 2-3 tetes fenolftalein 1, lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai terbentuk
warna merah muda dan dicatat banyaknya NaOH 0.1 N yang terpakai q ml.
Kadar Protein dihitung dengan rumus berikut: protein = p-q x 1.95 faktor formol untuk susu kambing
d. Bahan Kering dan Bahan Kering Tanpa Lemak Standar Nasional
Indonesia 1992 Perhitungan dilakukan setelah kadar lemak dan berat jenis diperoleh dengan
rumus: BK = 1.23 L + 2.71 100 BJ – 1
BJ BKTL = BK – L
Keterangan : BK
: Bahan Kering BKTL : Bahan Kering Tanpa Lemak
L : Lemak
BJ : Berat Jenis
III. Analisis Kualitas Mentega
Analisis kualitas kimia mentega yang dilakukan meliputi nilai pH, bilangan peroksida, kadar lemak, kadar protein, kadar abu, kadar air dan rendemen.
a. Nilai pH Association of Official Analytical Chemist 1995
Pengukuran nilai pH dilakukan dengan pH meter. Sebanyak 50 gram sampel mentega dilelehkan, kemudian suhunya diturunkan sesuai dengan suhu ruang. pH
meter terlebih dahulu distandarisasi dengan buffer untuk pH 4 dan pH 7. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan elektroda pH meter kedalam sampel
dan skala di baca setelah jarum penunjuk berada pada posisi tetap.
b. Bilangan Peroksida SNI 01 -3555 -1998
Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan diletakkan dalam labu Erlenmeyer. Ditambahkan 30 ml pelarut terdiri atas 60 asam asetat glasial dan 40
kloroform, lalu dihomogenkan. Ditambahkan 0.5 ml larutan potasium iodida jenuh lalu dihomogenkan, didiamkan selama 2 menit dalam ruangan gelap.
Ditambahkan 30 ml air destilata dan selanjutnya larutan di titrasi dengan larutan sodium tiosulfat 0.1 N.