stabil karena pada kondisi aerobik selama nitrit terbentuk dengan cepat nitrit dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrobacter, oleh karena itu senyawa nitrit
ditemukan dalam jumlah yang kecil Karagozogluet al. 2002. Berdasarkan standar mutu air yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia PP No.82 Tahun 2001, batas maksimum nitrat dalam N pada air golongan 1 tidak boleh melebihi 10 mgL. Pada pengujian ini nitrat NO
3
yang dianalisis dalam bentuk nitrat total. Sedangkan penelitian ini adalah proses
pengolahan air baku yang nantinya akan di olah menjadi air golongan 1 yaitu air yang menjadi air baku untuk air minum atau air bersih.Nilai konsentrasi nitrat
total yang dihasilkan dari pengolahan fixed bed reactor6mgL hal ini menunjukkan bahwa kadar nitrat hasil pengolahan memenuhi standar baku mutu
air golongan 1.
4.4.3 Pengaruh WTH Terhadap Sifat Fisik Air Baku
Kualitas fisik air sangat penting untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Karakter fisik air meliputi kekeruhan, total padatan tersupensi TSS, dan warna.
Sifat fisik air ini lebih berpengaruh kepada estetika yang ditampilkan. Kekeruhan, TSS, dan warna memiliki kaitan yang sangat erat. Kaitan yang dimaksud disini
adalah penurunan tingkat kekeruhan akan diikuti dengan penurunan TSS dan warna. Kekeruhan air dapat ditimbulkan karena adanya bahan-bahan anorganik
dan organik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri ataupun domestik. Zat tersuspensi yang berada di
dalam air juga terdiri dari berbagai macam zat sama halnya dengan penyebab kekeruhan, hanya saja TSS berfungsi untuk mengukur jumlah atau konsentrasi
padatan yang tersuspensi di dalam air, sedangkan kekeruhan mengamati padatan secara umum yang tidak terlihat oleh mata. Warna air juga dapat ditimbulkan oleh
kehadiran organisme atau bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik dan juga tumbuh-tumbuhan. Tingginya tingkat
kekeruhan dan TSS juga mengindikasi terdapatnya padatan tersuspensi seperti sel mikroorganisme dan senyawa organik yang larut dalam air. Oleh karena itu, sifat
fisik air baku ini perlu ditingkatkan kualitasnya.
Gambar 17 menunjukkan waktu tinggal hidrolik berpengaruh pada konsentrasi efluen dari ketiga reaktor. Semakin tinggi WTH semakin rendah
konsentrasi TSS efluennya. Data diperoleh dari merata-ratakan lima titik yang sudah steady state. Error bar pada grafik menunjukkan bahwa variasi data sangat
kecil yang berarti perbedaan data tidak signifikan atau tidak berbeda nyata. Pada WTH 1 jam, konsentrasi TSS rata-rata influen adalah 131 mgL, sedangkan rata-
rata konsentrasi TSS efluen pada R1 adalah 55 mgL, R2 sebesar 53 mgL dan R3 sebesar 56 mgL. Pada WTH 2 jam, konsentrasi TSS rata-rata influen adalah 72,5
mgL, sedangkan rata-rata konsentrasi TSS efluen pada R1 adalah 42 mgL, R2 sebesar 45 mgL dan R3 sebesar 46 mgL. Pada WTH 3 jam, konsentrasi TSS
rata-rata influen adalah 95.8 mgL, sedangkan rata-rata konsentrasi TSS efluen pada R1 adalah 31 mgL, R2 sebesar 32 mgL dan R3 sebesar 33 mgL. Pada
WTH 4 jam, konsentrasi TSS rata-rata influen adalah 64 mgL, sedangkan rata- rata konsentrasi TSS efluen pada R1 adalah 16, R2 sebesar 18 dan R3 sebesar 20
mgL. Semakin lama waktu tinggal hidrolik menyebabkan konsentrasi TSS
semakin berkurang. Hal ini dikarenakan zat-zat tersuspensi memiliki waktu yang lebih lama tertahan pada media yang ada di dalam reaktor dan akhirnya terurai
menjadi bentuk yang larut dalam air. Pada gambar 17 juga memperlihatkan efisiensi penyisihan konsentrasi TSS dari ketiga reaktor menunjukkan hasil yang
cenderung sama. Kestabilan sistem terjadi dalam penyisihan TSS pada ketiga reaktor. Fluktuasi konsentrasi TSS dalam air baku pada titik masuk dapat
diturunkan dengan baik melalui kestabilan sistem dalam reaktor, sehingga efisiensi penyisihan TSS cukup tinggi. Pada R1, efisiensi penyisihan TSS pada
WTH 4 jam adalah 75, WTH3 jam sebesar 68, WTH2 jam sebesar 42 dan pada WTH 1 jam turun menjadi 36. Hasil ini mendekati perolehan Widayat
2010 yaitu pada WTH 1-4 jam berturut-turut memiliki efisiensi 57, 75, 76 dan 78. Pada R2, efisiensi penyisihan TSS untuk WTH 4 jam adalah 72,
WTH3 jam sebesar 66, WTH2 jam sebesar 37 dan pada WTH1 jam turun menjadi 38. Pada R3, untuk WTH 4 jam penyisihan TSS mencapai 68,
kemudian turun menjadi 66 pada WTH 3 jam, pada WTH 2 jam menjadi 37, dan 34 pada WTH 1 jam.
Gambar17Penyisihan TSS a dan efisiensi penyisihan TSS bdengan WTH 1-4 jam pada reaktordengan media plastik tipe sarang tawon R1,
reaktor dengan media plastik AMDK R2, dan reaktor dengan media batu apung R3
Kadar zat tersuspensi suspended solid erat sekali hubungannya dengan kekeruhan, karena kekeruhan pada air memang disebabkan oleh adanya zat-zat
tersuspensi yang ada dalam air tersebut. Pada penelitian ini, penurunan konsentrasi TSS diikuti penurunan kekeruhan dan warna. Zat tersuspensi yang ada
dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya pasir halus, liat dan lumpur
20 40
60 80
100 120
140
1 2
3 4
5
K on
sent ra
si T
S S
m g
l
WTH jam
Effluen TSS R1 Effluen TSS R2
Effluen TSS R3 influen
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1 2
3 4
5
E fi
si e
n si
p e
n y
isi h
a n
T S
S
WTH jam
Efisiensi R1 Efisiensi R2
Efisiensi R3
b a
alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan- bahan organik yang melayang-layang dalam air. Bahan-bahan organik yang
merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis senyawa seperti selulosa, lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa
mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Bahan-bahan organik ini selain berasal dari sumber-sumber alamiah juga berasal dari buangan kegiatan
manusia seperti kegiatan industri, pertanian, pertambangan atau kegiatan rumah tangga.
Kekeruhan pada dasarnya juga disebabkan oleh adanya zat tersuspensi dalam air, namun karena zat-zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari
berbagai macam zat yang bentuk dan berat jenisnya berbeda-beda maka kekeruhan tidak selalu sebanding dengan kadar zat tersuspensi. Gambar 18
menunjukkan bahwa waktu tinggal hidrolik berpengaruh pada konsentrasi kekeruhan pada efluen masing-masing reaktor. Semakin tinggi WTH, semakin
kecil konsentrasi kekeruhan pada efluen. Pada WTH 1 jam, konsentrasi kekeruhan rata-rata influen adalah 37 FTU, sedangkan rata-rata konsentrasi kekeruhan efluen
pada R1 dan R2 adalah 28 FTU, R3 sebesar 26 FTU. Pada WTH 2 jam, konsentrasi kekeruhan rata-rata influen adalah 40 FTU, sedangkan rata-rata
konsentrasi kekeruhan efluen pada R1 adalah 23 FTU, R2 sebesar 24 FTU dan R3 sebesar 21 FTU. Pada WTH 3 jam, konsentrasi kekeruhan rata-rata influen adalah
62 FTU, sedangkan rata-rata konsentrasi kekeruhan efluen pada R1 adalah 17 FTU, R2 sebesar 20 FTU dan R3 sebesar 16 FTU. Pada WTH 4 jam, konsentrasi
kekeruhan rata-rata influen adalah 42 FTU, sedangkan rata-rata konsentrasi kekeruhan efluen pada R1 adalah 12 FTU, R2 sebesar 13FTU dan R3 sebesar 22
FTU. Kekeruhan berkaitan erat dengan TSS dan warna pada air. Penurunan
konsentrasi TSS diikuti juga oleh penurunan konsentrasi kekeruhan yang disebabkan oleh zat-zat atau bahan-bahan tersuspensi dan terlarut dalam air akan
tertahan pada media dan akan terurai menjadi bentuk yang larut dalam air. Pada Gambar 18 juga dapat dilihat semakin tinggi WTH menghasilkan efisiensi
penyisihan yang tinggi pula.
Gambar 18Kekeruhan a dan efisiensi penyisihan kekeruhan bdengan WTH 1-4 jam pada reaktordengan media plastik tipe sarang tawon R1,
reaktor dengan media plastik AMDK R2, dan reaktor dengan media batu apung R3
Fluktuasi konsentrasi kekeruhan dalam air baku pada titik masuk dapat diturunkan dengan baik melalui kestabilan sistem dalam reaktor, sehingga
efisiensi penyisihan kekeruhancukup tinggi. Pada R1, efisiensi penyisihan kekeruhanuntuk WTH 4 jam adalah 71, kemudian efisiensi naik menjadi 72
pada WTH 3 jam setelah itu turun lagi pada WTH 2 jam sebesar 44, dan terus turun menjadi 25 pada WTH 1 jam. Pada R2, efisiensi penyisihan kekeruhan
yang terjadi pada WTH 4 jam adalah sebesar 67, kemudian turun pada WTH 3
10 20
30
40 50
60 70
1 2
3 4
K e
ke ru
h a
n FT
U
WTH jam
Effluen kekeruhan R1 Effluen kekeruhan R2
Effluen kekeruhan R3 influen
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1 2
3 4
E fi
si e
n si
p e
n y
isi h
a n
ke ke
ru h
a n
WTH jam
Efisiensi R1 Efisiensi R2
Efisiensi R3
b a
jam menjadi 67 pada WTH 2 jam sebesar 39 dan terus turun menjadi 25 pada WTH 1 jam. Pada R3, efisiensi mencapai 71 untuk WTH 4 jam, kemudian
naik menjadi 75 pada WTH 3 jam, dan kemudian turun lagi menjadi 48 pada WTH 2 jam dan menjadi 30 pada WTH 1 jam.
Selain TSS dan kekeruhan, warna air juga dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme atau bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak
senyawa-senyawa organik dan juga tumbuh-tumbuhan.Gambar 19 menunjukkan waktu tinggal hidrolik berpengaruh pada kepekatan warna pada efluen masing-
masing reaktor. Semakin tinggi WTH, semakin kecil kepekatan warna pada efluen. Selain TSS dan kekeruhan yang terlihat, warna yang ada pada air baku
juga dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme atau bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik dan juga tumbuh-
tumbuhan. Kekeruhan, TSS dan warna memiliki kaitan yang sangat erat. Sehingga
dengan adanya penurunan nilai konsentrasi TSS akan diikuti dengan penurunan tingkat kekeruhan dan kepekatan warna. Data diperoleh dari merata-ratakan lima
titik yang sudah steady state.Error barmenunjukkan besarnya variasi dari data- data yang ditampilkan. Apabila error bar semakin kecil berarti variasi data juga
kecil, sedangkan jika error bar semakin besar, maka variasi data juga besar. Error bar
pada grafik menunjukkan bahwa variasi data sangat kecil yang berarti perbedaan data tidak signifikan atau tidak berbeda nyata. Pada WTH 1 jam,
kepekatan warna rata-rata influen adalah 220 PtCo, sedangkan rata-rata kepekatan warna efluen pada R1 adalah 82 PtCo, R2 sebesar 96 PtCo dan, R3 sebesar 85
PtCo. Pada WTH 2 jam, kepekatan warna rata-rata influen adalah 236 PtCo, sedangkan rata-rata kepekatan warna efluen pada R1 adalah 78 PtCo, R2 sebesar
95 PtCo dan R3 sebesar 77 PtCo. Pada WTH 3 jam,
kepekatan warna
rata-rata influen adalah 227 PtCo, sedangkan rata-rata
kepekatan warna
efluen pada R1 adalah 63 PtCo, R2 sebesar 84 PtCo dan R3 sebesar 65 PtCo. Pada WTH 4 jam,
kepekatan warna rata-rata influen adalah 230 PtCo, sedangkan rata-rata kepekatan warna efluen pada R1 adalah 55 PtCo, R2 sebesar 69 PtCo dan R3 sebesar 63
PtCo.