Teknologi Fixed Bed Reactor
                                                                                5. Frekuensi kontak Frekuensi  kontak  dapat  diartikan  sebagai  kapasitas  pengolahan  per  unit  luas
permukaan  biofilm.  Frekuensi  kontak  antara  air  yang  akan  diolah  dengan biofilm semakin tinggi maka efisiensi penyisihan akan meningkat.
Dalam  proses  pengolahan  air  yang  mengandung  polutan  senyawa  organik, teknologi yang digunakan sebagian besar menggunakan aktivitas mikroorganisme
untuk  menguraikan  senyawa  organik  polutan  tersebut  Miwa  1991.  Fixed  bed reactor
didefinisikan  sebagai  suatu  tube  silindrikal  yang  dapat  diisi  dengan partikel-partikel  katalis.  Selama  operasi,  gas  atau  liquid  atau  keduanya  akan
melewati tube dan partikel-partikel katalis, sehingga akan terjadi reaksi, baik reksi kimia  maupun  raksi  biologis  Yariv  2001.  Katalisator  disini  digunakan  sebagai
media  pertumbuhan  mikroorganisme.  Cara  penanganan  limbah  dengan  bantuan bahan  pengendali  biologis  sangat  efektif  dan  tidak  membahayakan  perairan
maupun mencemari perairan. Fixed bed reactor
biasanya terdiri dari katalis partikel padat stationary solid catalyst particle
yang bereaksi dengan aliran fluida. Aliran fluida bisa berupa gas atau liquid atau campuran keduanya Elma 2010. Keuntungan penggunaan fixed
bed  reactor ,  antara  lain  relatif  stabil  terhadap  perubahan  kualitas  influen  dan
keberadaan  senyawa  toksik,  konsentrasi biomassa  yang  tinggi  dan  waktu  retensi solid  yang  panjang  dapat  dicapai,  mudah  dalam  proses  aklimatisasi  dan  mampu
mengatasi  influen  limbah  yang  bervariasi  tanpa  kesalahan  proses  Umana  et  al. 2008.
Biofilm heterogen biasa tumbuh di dalam media yang digunakan bioreaktor. Biofilm tersebut dapat menyebabkan korosif bila berada di air permukaan, namun
pada  bioreaktor-bioereaktor  tertentu  biofim  ini  menjadi  sesuatu  yang menguntungkan seperti pada bioreaktor trickling filters, submerged, aerated fixed
bed reactors, dan rotating disc reactors Wiesmann et al.2007.
Fixed bed reactor beroperasi secara aerobik dimana pada area bawah reaktor
terdapat  aerator,  fixed  bed  reactorini  memproduksi  aliran  dua  fase  pada  sistem tiga fase dengan aliran naik ke atas up flow Westerman 2006. Biomassa yang
terdapat  dalam  bioreaktor  ini  dapat  melekat  pada  permukaan  media  dan  juga
tersuspensi  didalam  air  seperti  flok.  Hal  yang  tidak  mudah  untuk  menghindari hambatan  pada  daerah  biofilm  yang  memiliki  ketebalan  yang  besar  dan  dengan
laju alir yang rendah. Sehingga fixed bed reactorharus dibersihkan sewaktu-waktu dengan meningkatkan laju alir air Schulz dan Menningmann 1999.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi penyisihan bahan organik dan kotoran yang  berada  dalam  air  influent  dibutuhkan  laju  bioreaksi  yang  rendah  dalam
reaktor yang memiliki biofilm di dalamnya sehingga dibutuhkan juga laju substrat yang  rendah.Tujuan  lainnya  yaitu  untuk  mengontrol  kesatabilan  biofilm  karena
adanya  aliran  air  ke  dalam  biofilm  tersebut  Martinov  et  al.2010.  Menurut Blackwell  2010,  energi  yang  digunakan  pada  bioreaktor  dengan  sistem  aerasi
sehingga  terbentuk  gas  dalam  CO
2
dalam  pengolahan  limbah  cair  memiliki empat  fungsi  utama,  yaitu  untuk  menghilangkan  karbon  senyawa  organik,
proses  nitrifikasi,  menghillangkan  phosphor,  pencuci  hama,  menghilangkan kotoran berupa mikroorganisme.
Grady  dan  Lim  1980  menyatakan  ada  beberapa  keuntungan  dari  jenis reaktor biofilter ini antara lain:
1.  Pengoperasiannya mudah Di  dalam  proses  pengolahan  air  sistem  biofilm,  dengan  dilakukan  ataupun
tanpa dilakukan sirkulasi lumpur tidak menimbulkan masalah bulking seperti yang  terjadi  pada  proses  dengan  biakan  tersuspensi  misalnya  pada  sistem
lumpur aktif, oleh karena itu pengelolaannya lebih mudah. 2.  Lumpur yang dihasilkan sedikit
Lumpur  yang  dihasilkan  proses  biofilm  relatif  lebih  kecil  dibandingkan dengan  proses  lumpur  aktif,  dimana  30
–60 dari organik  yang dihilangkan diubah menjadi lumpur aktif biomasa sedangkan pada proses biofilm hanya
sekitar  10-30.  Hal  ini  disebabkan  karena  pada  proses  biofilm  rantai makanan lebih panjang dan melibatkan aktifitas mikroorganisme dengan orde
yang lebih tinggi dibandingkan pada proses lumpur aktif. 3.  Tepat untuk mengolah air dengan konsentrasi polutan rendah maupun tinggi.
Proses  pengolahan  air  dengan  sistem  biofilm  ini  mikroorganisme  melekat pada permukaan media penyangga, sehingga pengontrolan proses pengolahan
terhadap  aktivitas  mikroorganisma  lebih  mudah.  Proses  biofilm  cocok
digunakan  untuk  mengolah  air  limbah  dengan  konsentrasi  rendah  sampai konsentrasi tinggi.
4.  Tahan terhadap fluktuasi jumlah air baku maupun konsentrasi polutan Mikroorganisma  dalam  proses  biofiltrasi  melekat  pada  permukaan  unggun
media,  akibatnya  konsentrasi  biomassa  mikroorganisme  persatuan  luas  atau volume  media  relatif  besar  sehingga  tahan  terhadap  fluktuasi  beban  organik
maupun fluktuasi beban hidrolik. 5.  Pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi pengolahan kecil
Jika  suhu  air  baku  turun  aktifitas  mikroorganisme  berkurang,  tetapi  oleh karena didalam proses biofilm substrat maupun enzim dapat terdifusi sampai
ke  bagian  dalam  lapisan  biofilm  dan  lapisan  biofilm  cukup  tebal  maka pengaruh penurunan suhu suhu rendah tidak begitu besar.
                