Latar Belakang Pre-Treatment of Raw Water Using Fixed Bed Reactor Technology

1.3 Hipotesis

Berkaitan dengan latar belakang dan tujuan yang telah dikemukakan maka hipotesis pada penelitian ini adalah sistem mampu menurunkan kandungan bahan organik, amonium, serta parameter lain seperti nitrat, nitrit, TSS, warna, kekeruhan dan stabil terhadap kondisi gangguan laju pembebanan

1.4 Ruang Lingkup

1. Penelitian dilaksanakan dengan cara menggunakan air baku yang bersumber dari air sungai Cihideung menggunakan up flow fixed bed reactor dengan media plastik bekas AMDK. 2. Pre-Treatment dilakukan dengan fokus terhadap pengaruh waktu kontak air dalam fixed bed reactor. 3. Parameter yang dianalisa adalah konsentrasi senyawa organik COD, anorganik amonium dan sifat fisiknya Total Solid SuspendedTSS, kekeruhan dan warna. 4. Mikroba yang digunakan berasal dari mikroba alamidi dalam air baku, dan dikembangbiakkan secara alami dalam bioreaktor. 5. Hasil analisa kualitas effluent akan dibandingkan dengan penggunaan PAC dengan cara melakukan uji Jar Test

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kualitas air baku dari sungai Cihideung yang diolah oleh WTP IPB dapat meningkat, sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan kimia PAC yang biasa digunakan untuk pengolahan air sungai. Biaya yang dikeluarkan oleh pihak Water Treatment Plant WTP diharapkan dapat berkurang. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu

Beberapa penelitian tentang perlakuan pendahuluan dengan menggunakan teknologi fixed bed reactor telah dilakukan. Lucero et al. 2003 telah berhasil menggunakan teknologi up flow fixed bed reactor yang dilakukan untuk mengolah limbah persawahan dengan Waktu Tinggal HidrolikWTH selama 32-42 menit, laju ar influen = 1 – 5 Litermenit dan menghasilkan efisiensi penyisihan COD sebesar 90-91. Westermandan Bicudo 2006 menggunakan biofilter dengan media plastik poly styrene untuk mengolah limbah pada pabrik minuman keras dan menghasilkan penyisihan nitrat sebesar 62 dan BOD sebesar 34. Farizogluet al. 2003 mengadakan penelitian untuk mengetahui kinerja biofilter aerobik menggunakan media batu kerikil sebagai biofilter untuk mengolah limbah pabrik tahu dan menghasilkan penyisihan COD sebesar 73 dan MLSS = 75. Watten dan Sibrell 2006 menentukan parameter kualitas kelembaban, persen konten , pH dan konduktivitas pada limbah landfill serta mengevaluasi efektifitas terhadap penghilangan nitrat pada air permukaan menggunakan biofilter dengan bahan pengisi batu, potongan rumputdan kompos dari landfill dan dari pencampuran tersebut dapat meningkatkan penghilangan nitrat sebesar 70.Widayat 2010 mengkaji karakteristik reaktor biofilter dengan media plastik tipe sarang tawon terhadap penyisihan konsentrasi senyawa organik, amonia, deterjen, dan TSS dalam air baku perusahaan air minum danan menghasilkan WTH semakin pendek, laju pembebanan semakin besar dan efisiensi penyisihan organik, amonia, deterjen, dan TSS semakin kecil.Kondisi operasi terpilih pada waktu tinggal hidrolik adalah 2 jam dan suplai udara 20 Lmenit dengan efisiensi penyisihan organik, amonia, deterjen, dan TSS adalah 68, 65, 64, dan 74.Li 2010 melakukan pengolahan limbah landfill dengan up flow fixed bed reactor terbaik pada WTH = 8 hari, menggunakan konsentrasi COD influen sebesar 6000 mgL dan penyisihan COD sebesar 76.

2.2 Teori yang Mendasari

2.2.1 Karakteristik Air Baku dan Air Permukaan

Menurut Watten dan Sibrell 2006 karakteristik air baku permukaan secara umum digolongkan menjadi : 1. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan tinggi Air permukaan ini telah melalui permukaan tanah yang rentan terhadap erosi atau ditutupi dengan vegetasi yang rendah kerapatannya. Air ini umumnya telah stagnant di waduk atau di danau yang sedikit mengandung gulma atau tanaman air. 2. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang Air ini adalah seperti pada golongan yang pertama hanya telah mengalami pengendapan yang cukup lama di suatu badan air 3. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan temporer Air permukaan ini biasanya dari daerah pegunungan, dimana pada saat tidak turun hujan airnya jernih tetapi pada saat hujan terjadi kekeruhan sesaat. Air ini mengalir melalui permukaan yang tertutup oleh vegetasi yang cukup lebat dan curam sehingga pada waktu tidak hujan menghasilkan air yang jernih, tetapi pada waktu hujan menjadi keruh karena terjadi lonjakan tingkat sedimen akibat erosi. Setelah hujan selesai sekitar 2-3 jam air kembali ke aliran dasar base flow dan jernih kembali. 4. Air permukaan dengan kandungan warna sedang sampai tinggi Air yang demikian umumnya telah melalui daerah dengan tingkat humus tinggi dan akibat terlarutnya zat tanin dari sisa-sisa humus tingkat warnanya menjadi tinggi, selain itu akibat proses alami pH air menjadi asam. Air ini umumnya terdapat di daerah rawa dan gambut. 5. Air permukaan dengan kesadahan tinggi Kesadahan paling banyak dijumpai di air laut, dan pada air permukaan tawar umumnya diakibatkan oleh Ca dan Mg dalam kadar yang tinggi yaitu lebih besar dari 200 mgL CaCO 3 , sehingga air yang mengalir pada daerah batuan kapur akan mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi.