Pengaruh WTH Terhadap Penyisihan Bahan Organik

hidrolik 2 jam menghasilkan efisiensi penyisihan sebesar 37 dan paling rendah pada waktu tinggal hidrolik 1 jam sebesar 24. Gambar 15Penyisihan amoniuma dan efisiensi penyisihan amonium dengan WTH 1-4 jam pada reaktor dengan media plastik tipe sarang tawon R1, reaktor dengan media plastik AMDK R2, dan reaktor dengan media batu apung R3 Efisiensi penyisihan rata-rata tertinggi pada reaktor dengan media batu apungR3 didapat pada pengkondisian waktu tinggal hidrolik 4 jam yaitu sebesar 70, diikuti dengan waktu tinggal hidrolik 3 jam sebesar 61, kemudian waktu tinggal hidrolik 2 jam menghasilkan efisiensi penyisihan sebesar 36 dan paling 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 K on sent ra si a m on iu m m g l WTH jam Effluen amonium R1 Effluen amonium R2 Effluen amonium R3 influen 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 E fi si en si p en y is ih a n a m o n iu m WTH jam Efisiensi R1 Efisiensi R2 Efisiensi R3 a b rendah pada waktu tinggal hidrolik 1 jam sebesar 25. Efisiensi ini sangat baik jika dibandingkan dengan perolehan hasil yang dilakukan Nurhidayanti 2011 karena dari hasil pengujian yang dilakukannya tidak terlihat penyisihan parameter amonium yang terukur. Waktu kontak yang sedikit kurang mencukupi mikroorganisme untuk melakukan penguraian senyawa organik, dan mengakibatkan efisiensi penyisihan senyawa organik mengalami penurunan. Pada saat yang bersamaan, penyisihan konsentrasi amonia di dalam air yang diakibatkan oleh adanya proses nitrifikasi di dalam bioreaktor menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi nitrat. Proses nitrifikasi ini mengubah amonium menjadi nitrit dan kemudian dirubah menjadi nitrat. Peningkatanrata- rata konsentrasi nitrat pada masing-masing reaktor dengan WTH 1-4 jamditunjukkan seperti pada Gambar16. Gambar 16 memperlihatkan konsentrasi nitrat pada efluen masing-masing reaktor dipengaruhi oleh waktu tinggal hidrolik. Semakin tinggi WTH maka semakin besar konsentrasi nitratnya. Pada WTH 1 jam, konsentrasi nitrat rata-rata influen adalah 3.2 mgL, sedangkan rata-rata konsentrasi nitrat efluen pada R1 adalah 3.3 mgL, R2 sebesar 3.5 mgL dan R3 sebesar 3.3 mgL. Pada WTH 2 jam, konsentrasi nitrat rata-rata influen adalah 3.1 mgL, sedangkan rata-rata konsentrasi nitrat efluen pada R1 adalah 3.6 mgL, R2 sebesar 3.9 mgL dan R3 sebesar 3.6 mgL. Pada WTH 3 jamkonsentrasi nitrat rata-rata influen adalah 3.1 mgL, sedangkan rata-rata konsentrasi nitrat efluen pada R1 adalah 3.7 mgL, R2 sebesar 4.2 mgL dan R3 sebesar 3.8 mgL. Pada WTH 4 jam, konsentrasi nitrat rata-rata influen adalah 3.9 mgL, sedangkan rata-rata konsentrasi nitrat efluen pada R1 adalah 4.8 mgL, R2 sebesar 5.1 mgL dan R3 sebesar 4.8 mgL. Widayat 2010 mendapatkan peningkatan nitrat tertinggi pada WTH 4 jam sebesar 71 dan terendah pada WTH 1 jam sebesar 44. Peningkatan konsentrasi nitrat ini dikarenakan perubahan debit air baku menjadi lebih sedikit dan waktu kontak antara air baku dengan lapisan biofilm semakin besar, sehingga waktu kontak yang tinggi mencukupi mikroorganisme untuk melakukan penguraian senyawa organik dan menyebabkankonsentrasi nitrat mengalami peningkatan. Gambar 16Konsentrasi nitrata dan peningkatan nitrat b dengan WTH 1-4 jam pada reaktordengan media plastik tipe sarang tawon R1, reaktor dengan media plastik AMDK R2, dan reaktor dengan media batu apung R3 Peningkatan konsentrasi nitrat NO 3 -N dapat disebabkan adanya suplai oksigen ke dalam reaktor, sehingga terjadi reaksi seperti dibawah ini : NO 2 - + 12O 2 → NO 3 - NH 4 + + 2O 2 → NO 3 - + 2H + + H 2 O Senyawa nitrit merupakan senyawa peralihan yang terjadi dalam siklus biologi. Senyawa ini dihasilkan dari suatu proses oksidasi NH4-N, tetapi sifatnya tidak 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 K onsent ra si Ni tr a t m g l WTH jam Effluen nitrat R1 Effluen nitrat R2 Effluen nitrat R3 influen 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 P e n in g ka ta n n it ra t WTH jam Efisiensi R1 Efisiensi R2 Efisiensi R3 b a stabil karena pada kondisi aerobik selama nitrit terbentuk dengan cepat nitrit dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrobacter, oleh karena itu senyawa nitrit ditemukan dalam jumlah yang kecil Karagozogluet al. 2002. Berdasarkan standar mutu air yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP No.82 Tahun 2001, batas maksimum nitrat dalam N pada air golongan 1 tidak boleh melebihi 10 mgL. Pada pengujian ini nitrat NO 3 yang dianalisis dalam bentuk nitrat total. Sedangkan penelitian ini adalah proses pengolahan air baku yang nantinya akan di olah menjadi air golongan 1 yaitu air yang menjadi air baku untuk air minum atau air bersih.Nilai konsentrasi nitrat total yang dihasilkan dari pengolahan fixed bed reactor6mgL hal ini menunjukkan bahwa kadar nitrat hasil pengolahan memenuhi standar baku mutu air golongan 1.

4.4.3 Pengaruh WTH Terhadap Sifat Fisik Air Baku

Kualitas fisik air sangat penting untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Karakter fisik air meliputi kekeruhan, total padatan tersupensi TSS, dan warna. Sifat fisik air ini lebih berpengaruh kepada estetika yang ditampilkan. Kekeruhan, TSS, dan warna memiliki kaitan yang sangat erat. Kaitan yang dimaksud disini adalah penurunan tingkat kekeruhan akan diikuti dengan penurunan TSS dan warna. Kekeruhan air dapat ditimbulkan karena adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri ataupun domestik. Zat tersuspensi yang berada di dalam air juga terdiri dari berbagai macam zat sama halnya dengan penyebab kekeruhan, hanya saja TSS berfungsi untuk mengukur jumlah atau konsentrasi padatan yang tersuspensi di dalam air, sedangkan kekeruhan mengamati padatan secara umum yang tidak terlihat oleh mata. Warna air juga dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme atau bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik dan juga tumbuh-tumbuhan. Tingginya tingkat kekeruhan dan TSS juga mengindikasi terdapatnya padatan tersuspensi seperti sel mikroorganisme dan senyawa organik yang larut dalam air. Oleh karena itu, sifat fisik air baku ini perlu ditingkatkan kualitasnya.