Pembangunan Ekonomi TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Pembangunan Ekonomi

Dalam kebanyakan literatur mengenai pembangunan ekonomi sebelum tahun 1970-an, pada umumnya pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai: Suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat berketerusan dalam jangka panjang . 11 Dengan meningkatnya pertumbuhan tersebut diyakini akan menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain sehingga distribusi dari hasil-hasil pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih merata dan kesejahteraan masyarakat akan tercapai. Itulah yang secara luas secara luas dikenal sebagai prinsip “efek menetes ke bawah”. 12 Dengan kata lain, tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang lebih diutamakan dibanding dengan masalah kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan distribusi pendapatan. Namun, selama dekade 1970-an keberhasilan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negara berkembang gagal untuk memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Hal tersebut menunjukkan ada yang salah dengan mendefinisikan pembangunan itu sendiri. Para ekonom dan perumus kebijakan mulai beranggapan bahwa tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB yang tinggi bukanlah suatu indikator tunggal atas terciptanya kemakmuran dan kriteria kinerja pembangunan. Sejak itu mulai 11 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, masalah, dan Dasar Kebijakan Jakarta: Kencana,2007, h. 11. 12 Efek e etes ke bawah erupaka salah satu topik pe ti g dala literatur e ge ai pembangunan ekonomi pada tahun 1950-an sampai 1960-an. Dikembangkan pertama kali oleh Arthur Lewis 1954, dan diperluas oleh Ranis dan Fei 1968 dan lainya. Lihat Tulus Tambunan, Perekonomian Indonesia: Beberapa masalah penting, Jakarta:Ghalia Indonesia,2001, h.82. mempertimbangkan untuk mengubah strategi guna mengatasi berbagai masalah mendesak seperti tingkat kemiskinan yang semakin parah, ketimpangan distribusi yang semakin tinggi, dan tingkat pengangguran yang semakin besar. Secara sederhana Sukirno mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai: pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan 13 . Artinya, suatu pembangunan ekonomi dalam suatu negara tidak saja dilihat dari pertumbuhan PDB, tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam beberapa aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia, penurunan ketimpangan, peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat. Sedangkan Todaro dalam mendefinisikan pembangunan menjelaskan sebagai berikut: Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap- sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan . 14 Dengan demikian, pembangunan harus mencakup perubahan secara keseluruhan, tanpa mengabaikan kebutuhan masyarakat yang beragam, untuk bergerak maju untuk mecapai kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material maupun spiritual. Mengacu pada definisi pembangunan diatas, maka para ekonom memutuskan ukuran-ukuran keberhasilan pembangunan, Dudleey Seer dalam Todaro merumuskan ukuran-ukuran keberhasilan pembangunan bukan lagi 13 Sadono Sukirno, op cit, h. 11. 14 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op. cit., h. 18-25. menciptakan tingkat pertumbuhan PDB setinggi-tingginya, melainkan dalam pembangunan harus ada penanggulangan ketimpangan pendapatan atau ada pemerataan dalam distribusi pendapatan, penghapusan atau setidaknya terdapat penurunan tingkat kemiskinan disuatu negara, dan yang terahir harus ada penurunan tingkat pengangguran dalam konteks perekonomian yang terus berkembang. 15 Walaupun memahami kekurangan-kekurangan dari data PDB maupun data pendapatan per kapita pendapatan rata-rata penduduk sebagai alat untuk mengukur tingkat kelajuan pembangunan ekonomi dan taraf kemakmuran masyarakat, hingga saat ini data pendapatan per kapita selalu digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pembangunan ekonomi. Salah satu teori pembangunan ekonomi yang populer adalah teori yang dikemukakan oleh Walt Withman Rostow. Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen merupakan suatu proses yang multidimensional. Pembangunan ekonomi juga bukan hanya berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peran sektor pertanian dan meningkatnya sektor industri saja. Dalam pembangunan ekonomi Rostow ada lima tahapan masyarakat dalam pembangunan ekonomi. 16 Pertama, masyarakat tradisional traditional society yaitu masyarakat yang memiliki tingkat produksi per kapita dan produktivitas per pekerja masih sangat terbatas. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Terkadang dalam tahap 15 Ibid., Hal 19 16 Didin S. Damanhuri. Ekonomi Politik dan Pembangunan: Teori, kritik, dan Solusi bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang Bogor: IPB Press,2010, h. 31. masyarakat tradisional terdapat sentralisasi dalam pemerintahan dan kekuasaan politik masih di daerah yaitu oleh tuan-tuan tanah. Kedua, prasyarat tinggal landas preconditions for take-off atau biasa disebut masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan dari kemampuannya sendiri. Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan ciri-ciri penting dalam suatu masyarakat; yaitu perubahan dalam sistem politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyarakatnya, dan struktur kegiatan ekonominya. Proses pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan berlaku, jika perubahan-perubahan tersebut muncul. Suatu masyarakat yang telah mencapai taraf pertumbuhan ekonomi yang sering terjadi, sudah dapat dikatakan berada dalam tahap prasyarat tinggal landas. 17 Ketiga, tahapan tinggal landas the take-off, dalam tahap ini ditandai oleh terjadinya perubahan yang besar dalam masyarakat seperti revolusi politik, adanya inovasi-inovasi yang besar dalam terciptanya kemajuan, dan pasar semakin luas. Oleh karena itu ciri utama pada tahapan ini adalah adanya pertumbuhan ekonomi yang selalu terjadi. Keempat, tahapan menuju kedewasaaan drive to maturity ditandai adanya penggunaan teknologi moderen dalam pengelolaan sumber daya sehingga terjadi efektifitas yang tinggi. Kelima, tahap konsumsi massa yang tinggi high mass-consumption merupakan tahap terahir dalam teori pembangunan ekonomi menurut Rostow, pada tahap ini perhatian utama bukan lagi kepada produksi, melainkan pada masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. 18 17 Ibid, h.32-34. 18 Ibid, h.34-37. Dalam membedakan proses pembangunan ekonomi menjadi kelima tahap seperti yang dijelaskan diatas, Rostow membuat penggolongannya berdasarkan kepada ciri-ciri perubahan keadaan ekonomi, politik, dan sosial yang terjadi. Menurut Rostow pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi suatu masyarakat moderen merupakan suatu proses yang memiliki banyak dimensi. Pembangunan ekonomi bukan saja berarti perubahan dalam struktur ekonomi suatu negara yang menyebabkan peranan sektor pertanian menurun dan peranan kegiatan industri meningkat. Akan tetapi pembangunan ekonomi antara lain adalah proses yang menyebabkan: 1. Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada mulanya mengarah ke dalam menjadi berorientasi ke luar. 2. Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi membatasi jumlah keluarga. 3. Perubahan dalam kegiatan penanaman modal masyarakat dari melakukan penanaman modal yang tidak produktif menjadi penanam modal yang produktif. 4. Perubahan sikap masyarakat dalam menentukan kedudukan seseorang dalam masyarakat dari ditentukan oleh kedudukan keluarga atau suku bangsanya menjadi ditentukan oleh kesanggupan melaksanakan pekerjaan. 5. Perubahan dalam pandangan masyarakat yang pada mulanya berkeyakinan bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh keadaan alam sekitaranya dan selanjutnya berpandangan bahwa manusia harus memanipulasi keadaan alam sekitarnya untuk menciptakan kemajuan. 19 19 Sadono Sukirno, op cit., h. 168. Menurut Rostow perubahan-perubahan ini, dan banyak lagi perubahan yang bercorak sosial, politik, dan kebudayaan, merupakan perubahan yang selalu mengikuti tingkat perkembangan kegiatan ekonomi suatu masyarakat. Dengan melihat perkembangan ekonomi dan perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi yang terjadi di Indonesia, muncul pertanyaan pada tahapan manakah Indonesia saat ini? Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut haruslah ada pengkajian yang lebih dalam sehingga dapat diterima oleh berbagai kalangan. Teori selanjutnya adalah teori perubahan struktural. Teori ini fokus terhadap mekanisme yang membuat negara-negara berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara mentransformasikan struktur perekonomiannya dari yang semula sektor pertanian yang bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih moderen dan sektor jasa-jasa. Teori ini dirumuskan oleh W. Arthur Lewis. Menurut Lewis, proses pembangunan di negara berkembang mengalami kelebihan penawaran tenaga kerja yang dikenal dengan model dua-sektor Lewis Lewis two-sector model. Model pembangunan ini menjelaskan bahwa perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor. Pertama yaitu sektor tradisional, yaitu sektor perdesaan subsistem yang kelebihan penduduk dan ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja sama dengan 0. Kondisi ini yang melatarbelakangi Lewis untuk mendefinisikan suplus tenaga kerja surplus labor. 20 Kedua, sektor industri perkotaan dengan tingkat produktivitas tinggi sehingga dapat menampung tenaga kerja dari sektor subsistem. Perhatian utama model ini terletak pada proses pengalihan tenaga kerja, pertumbuhan output, dan 20 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op. cit., h. 133-134. peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor moderen. Sedangkan percepatan terjadinya pertumbuhan output ditentukan oleh tingkat investasi di industri dan akumulasi modal di sektor moderen. Dalam teori ini, Lewis menyimpulkan bahwa trasformasi struktural perekonomian dengan sendirinya akan terjadi dan suatu perekonomian pada akhirnya akan beralih dari perekonomiaan pertanian tradisional yang berpusat di daerah pedesaan menjadi sebuah perekonomian industri moderen yang beroriantasi pada pola kehidupan perkotaan. 21 Selanjutnya Lewis menunjukkan pula pentingnya pembangunan seimbang di sektor produksi yang menghasilkan barang-barang kebutuhan dalam negeri dan barang-barang untuk diekspor. Peranan sektor ekspor dalam pembangunan dapat ditunjukkan dengan merujuk pada implikasi dari timbulnya perkembangan yang tidak seimbang antara sektor dalam negeri dan sektor luar negeri. Untuk menjelaskan hal tersebut perekonomian perlu dibedakan menjadi tiga sektor, yaitu sektor pertanian, sektor industri, dan sektor ekspor. Apabila sektor industri berkembang, permintaan di sektor pertaniaan akan meningkat. Apabila kenaikan produksi sektor industri merupakan penggantian terhadap barang-barang impor, maka devisa yang dihemat dapat digunakan untuk mengimpor barang sektor pertanaian. Akan tetapi jika sektor pertanian tidak berkembang, maka akan harga pada sektor pertanian akan naik dan impor akan naik, sehingga meninbulkan defisit neraca pembayaran. Tetapi jika sektor ekspor berkembang, defisit neraca pembayaran dapat diatasi. Dengan demikian perkembangan sektor industri tanpa diikuti oleh sektor pertanian dapat terus berlangsung hanya apabila sektor ekspor 21 Ibid. juga mengalami perkembangan. Dengan pendekatan yang sama dapat ditunjukkan bahwa perkembangan sektor pertanian tanpa diikuti perkembangan sektor industri, akan terus berlangsung hanya jika sektor ekspor berkembang. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa menurut pandangan Lewis salah satu fungsi penting dari sektor ekspor adalah untuk menjamin kelangsungan pembangunan apabila tidak terdapat pembangunan yang seimbang di antara sektor-sektor dalam negeri, yaitu sektor industri dan sektor pertanian. 22

2.2. Pertumbuhan Ekonomi